Chapter 16

1.8K 82 0
                                    

"Radithh! Fahrii!" Seruan itu membahana di seluruh kelas.

Kepala-kepala menoleh. Kurasakan pipi mulai menghangat. "Kekencengan yah?" tanyaku sok polos.

Dua sosok yang tadi kuteriakan muncul.
"Busett, Vell. Kenceng amat, lo lagi PMS ya?" tanya Radith.

"Iya kali," sahutku asal. "Kita kapan ngerjain tugas?"

Fahri memutar bola matanya. "Ya elah, gue pikir ada hal yang penting."

Aku memonyongkan bibir. "Itu juga penting!"

"Terserah lo aja dah. Gue pergi dulu. Lain kali, kalau mau manggil, jangan teriak. Malu-maluin tau." Radith berbalik dan berjalan keluar kelas.

Aku hanya melongo melihat kepergian Radith. Akhirnya aku mengalihkan pandangan pada Fahri.

"Hari ini kita jadi?" tanyaku.

"Jadi apa?" Fahri balik bertanya, memasang tampang polos.

"Fahri, sebenernya lo itu pura-pura gak tau atau beneran lupa? Karena kalau lo lupa, bersiaplah mendapat hadiah dari gue." Aku menatapnya tajam.

Fahri terkekeh, "Iya, iya. Sori, gue cuman niat bercanda. Serem amat sih? Katanya mau jadi perempuan solehah? Masa gitu aja langsung emosi?"

"Gue lagi gak pengen denger ceramah lo, jadi gak?"

"Jadi dong. Nanti pulang sekolah." Ia memainkan kunci mobil di tangannya.

"Awas kalau lo boong, abiss lo." Aku mengacungkan tinjuku.

Fahri hanya memandangku dengan ekspresi takut bercampur geli.

Muak melihat tampangnya, aku membalikkan badan dan mendudukkan diri di kursi.

Sepanjang pelajaran kuhabiskan dengan mengeluarkan semua cacian pada Fahri di dalam hati.

"Nyebelin!!"

"Velly!! Kamu kenapa?" tanya Pak guru.

Aku terdiam. Saking kesalnya tanpa sadar aku menggebrak meja. Bagaimana jika sudah begini?

"Eeee ... anu, aku ... ma-maaf, Pak." Aku menunduk.

Pak guru mengarahkan tangannya ke arah pintu. "Silahkan keluar, Velly. Diam di luar sampai pelajaran saya berakhir."

Mataku membulat. Ingin rasanya membantah, tapi tak ada gunanya. Itu hanya akan menambah masalah. Jadi, perlahan kulangkahkan kaki keluar kelas.

***

Aku bersandar pada dinding di luar kelas. Menunggu jam pelajaran berakhir. Sesekali melihat jam di tangan, huft, masih lama. Apa yang akan di lakukan untuk menghabiskan waktu?

Yah, tidak ada hal yang bisa di lakukan selain merenungi hidup ini. Dalam beberapa terakhir, hidupku berubah total.
Semenjak aku pacaran dengan Rendy, putus, patah hati. Lalu bertemu dengan Iqbal, memakai hijab untuk menarik perhatiannya, dan kini belajar mengaji!

Sungguh! Rasanya seperti dalam novel! Di mana si tokoh utama cewek berjuang untuk mendapatkan perhatian si cowok. Lalu berakhir bahagia. Tapi, ini dunia nyata bukan novel. Ceritanya tak selalu berakhir bahagia.

Aku memejamkan mata, bertanya pada diri sendiri, apa aku melakukan hal yang benar? Dengan merubah penampilan hingga berusaha memperbaiki sikap?

"Velly?" Sebuah suara memanggilku, rasanya suara itu tak asing.

Aku membuka mata, terbelalak melihat sosok di hadapanku. Rendy. Ya, Rendy!

"Re-Rendy?"

Aku berusaha memadang ekspresi datar, seakan tak peduli. Sangat bertolak belakang dengan degup jantung yang seakan mau melompat keluar.

Jalan Hijrahku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang