Chapter 4

2.6K 114 3
                                    

Begitu menginjakkan kaki di ambang pintu, suasana sunyi menyambutku. Tentu saja, sekarang masih jam enam pagi. Hanya beberapa murid yang entah memang rajin atau sok rajin yang sudah duduk masih di kursi masing-masing.

Aku sendiri tak tahu hal apa yang merasuki sehingga datang ke sekolah jam segini. Yah, sudahlah, tak mungkin aku kembali ke rumah bukan?

Aku mendudukkan diri di kursi. Hmm ... apa yang sebaiknya di lakukan? Membaca buku? Ide bagus. Tapi, aku tak pernah tahan membaca buku pelajaran. Aku hanya betah jika berurusan dengan novel romantis.

Mungkin novel seperti itu ada di perpustakaan sekolah. Aku belum pernah menginjakkan kaki kesana. Karena perputakaan terletak di lantai dua. Otomatis jika aku ke sana aku akan melewati koridor XII-IPA. Yang mana adalah kelas Kak Berlian dan Kak Rendy.

Ah, Kak Rendy. Dia seperti tokoh utama dalam sebuah novel romantis. Tampan, baik hati, ramah. Pokoknya semua hal yang di idamkan para wanita ada padanya.

Tiba-tiba aku teringat pada sosoknya. Ia sama dengan Kak Rendy. Memiliki semua hal yang di idamkan para wanita. Tapi, kini dirinya menghilang seperti di telan bumi.

"Lo kenapa si? Mikirin gue ya?" Sebuah suara terdengar di telinga kiriku.

Aku menoleh, Radith sedang duduk di bangkunya dan memperhatikanku. Ia tersenyum jail.

"Tuh kan bengong. Lagi mikirin gue ya? Iya, gue tau gue ganteng kok. Liatinnya gak usah segitunya juga."

Aku mendengus. Seenaknya saja kalau bicara.

"Udah. Gak usah segitunya terpesona sama gue." Radith melambaikan tangannya.

Tak ayal hal itu menyulut emosiku. "Enak aja! Siapa juga yang mikirin lo!"

Radith tertawa. "Gak usah malu-malu. Ngomong aja."

"Apaan sih? Enggak! Gue gak lagi mikirin lo!"

Radith mengangkat tangan dan mengacak rambutku yang tertata rapih. "Masih gak mau ngaku lagi."

"RADITHH!" Refleks aku berteriak.

Radith hanya terkekeh kemudian berlari keluar kelas. Dengan kesal aku berlari mengikutinya.

"RADITH! Jangan kabur lo!"

Sampai di ambang pintu, aku menolehkan kepala ke kanan-kiri, terlihat Radith sedang menaiki tangga menuju lantai dua. Tanpa pikir panjang aku mengikutinya.

Kini aku telah berada di lantai dua. Tepatnya koridor kelas XII-IPA. Shit. Aku melirik jam tangan. Double shit. Lima menit lagi istirahat. Jangan sampai Kak Berlian melihatku ada di sini.

Dengan segera aku berbalik dan berlari menuju tangga. Sialnya, aku bertubrukan dengan seseorang. Aku pun terjatuh dengan tidak elite.

Tiba-tiba, sebuah tangan terjulur padaku. Aku mendongak dan terbelalak. Kak Rendy. Ia tersenyum sangat manis. Menambah ketampanannya.

Aku meraih tangannya dan bangkit. Aku menundukan kepala, tak ingin menambah kecepatan jantung dengan menatap wajahnya.

"Emm ... ma-makasih, Kak."

"Sama-sama," jawabnya.

"Kak, a-aku balik ke kelas, Ya." Tanpa menunggu jawaban, aku berlari meninggalakannya.

***

Radith, di mana kamu? Kok kayak menghilang di telan bumi gini, sih?

Aku tak kembali ke kelas, melainkan melanjutkan pencarian. Tapi, hanya di koridor kelas X-Mipa. Nihil.

Kesal, aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Aku berjalan sembari menghentak-hentakkan kaki.

Di depan, terdapat kerumunan siswa yang mengelilingi tiang bendera. Ada apakah gerangan? Dengan rasa penasaran yang amat tinggi, aku berjalan mendekati kerumunan.

Jalan Hijrahku [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang