Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)
Selamat membaca ❤
-------------------------------------------------------------
Aku mencintaimu menggunakan hatiku. Bukan lisan,atau perbuatan. ~Ghirel Sananta.
Afka terlihat segan dibawah rintik hujan di teras rumahnya. Air tumpah ruah dari atas sana tanpa memikirkan dampaknya. Tetesnya semakin lama semakin banyak membuat kaos laki-laki bertubuh kekar itu basah karenanya. Pemuda itu kini tengah menikmati hujan tanpa berfikir sakit akan datang padanya. Ia selalu menyukai hujan entah dari kapan. Meski usianya sudah menginjak dewasa namun, bermain dibawah rintik hujan selalu menjadi favorit nya.
Afka-pemuda itu menengadah keatas dengan mata terpejam menikmati butiran menyakitkan itu jatuh mengenai wajahnya. Namun, kegiatannya terganggu karena suara melengking papahnya yang terdengar mengganggu berkali-kali memanggil namanya.
"Kenapa pah?" tanya Afka dengan suara lantangnya berharap papahnya mendengar dari dalam sana.
"Hp kamu bunyi terus daritadi!" meski samar, namun Afka masih bisa mendengar suara papahnya dari dalam sana.
Dengan kaos basahnya, Afka melangkah berat menuju ruang tamu rumahnya dan mengambil ponsel yang sedari tadi berbunyi. Ia melihat nama Junco tertera di layar ponselnya sehingga dengan segera ia mengusap gagang hijau dan telepon tersambung.
"Ada apa Jun?"tanya Afka. Sembari meraih handuk pemberian si Mbok.
"Bang, ada cowok dateng ke rumah katanya temennya kak Jie." kata Junco membuat rahang Afka mengeras mendengarnya.
"Siapa namanya?" tanya Afka sembari menggosokan handuknya ke rambut.
"Tadi,kalau gak salah namanya Harapan, atau Hapan? Atau mapan? Atau papan?" terdengar kekehan diseberang sana membuat Afka menghela nafas kasar lalu membenarkan yang seharusnya.
"Hevan Jun." balas Afka dengan nada datar. Afka selesai mengeringkan rambut lalu melemparkan handuk tersebut ke sofa ruang tamu secara kasar. Setelahnya, Afka mengucapkan terima kasih kepada Junco dan memutuskan sambungan teleponnya.
Selama ini Junco memang menjadi mata- mata untuk Ghirel saat dirumah. Ia tidak mau kejadian Ghirel hilang 2 hari karena menghindarinya terulang kembali. Jauh dari Ghirel adalah siksaan terberatnya sekarang. Awalnya Afka ragu apakah Junco akan mengenali dirinya atau tidak mengingat dahulu, Junco masih sangat kecil. Dan ternyata Junco mengenalinya dan tidak marah padanya. Ia senang karena Junco malah menganggapnya sebagai seorang kakak terbukti dari seberapa sering Junco bertanya seputar kehidupan pada Afka. Dan untungnya, Junco juga dengan senang hati meskipun harus diberi bayaran berupa kuota internet tiap bulan, mau disuruh memata-matai Ghirel yang tidak lain adalah kakaknya sendiri. Tugasnya hanya melaporkan segala kegiatan Ghirel dirumah setiap saat.
Entah tingkah konyol yang akan membuat Afka terkikik, atau kebiasaan buruk Ghirel yang mandi selalu lama karena sembari mendengarkan musik, dan juga mengenai ukuran pakaian Ghirel, sepatu Ghirel, dan skincare Ghirel, ia tahu semuanya mengenai Ghirel sekarang.
***
Telefon dari Afka ia matikan. Ghirel menggigit bibir bawahnya sendiri berusaha merendam rasa gugupnya. Menggigit bibir adalah sebuah kebiasaan buruk yang selalu dilakukan Ghirel saat dirinya berada di titik terjenuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Greentea Latte
Teen Fiction[Sepahit Green tea dan selembut latte, itu kisah Cinta ku -Ghirel Sananta.] [Dia Ghirel Sananta, pemanis kehidupan pahitku. Pemeran utama dalam hidupku. Dia, mymatcha -Afka Fedrick] ----------------------------------- Cerita ini hanya sebuah kisah...