Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)
Selamat membaca ❤
-------------------------------------------------------------
Badai yang akan kita lewati tak seberapa dibandingkan keinginan untuk berjuang - Ghirel Sananta
"Bunda mau kalian putus!"
Ada sebuah rasa sesak yang menerjang Ghirel. Seketika rasa sakit, putus asa,dan tidak percaya berkumpul menjadi satu di dalam hatinya. Sedikit sesal juga terlintas, jika tau akan seperti ini ia tidak akan mempertemukan Afka dengan bundanya. Namun, mau bagaimana lagi? Menyesal bukan saat yang tepat untuk saat ini.
Ghirel masih terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tersadar kembali oleh suara khas Bunda Raila yang sudah memanggilnya beberapa kali. Ghirel bingung saat ini. Apa yang harus ia lakukan dengan kondisi yang menurutnya sangat sulit untuk dipecahkan?
"Jie? Kamu denger bunda?" tanya Raila memastikan. Melihat Ghirel yang tiba-tiba terdiam membuat Raila merasa sedikit cemas sehingga timbul perasaan tidak enak hati dalam benaknya. Namun, sebelum semuanya terjadi Raila harus mencegah Ghirel untuk mengetahui semuanya. Semua masa lalunya.
"Engga bun, Kakak gak denger dan gak mau denger!" Ghirel tersenyum pahit sebelum meninggalkan kamar. Baru dua langkah kakinya berpijak, ucapan yang ia dengar membuat hatinya teriris seketika.
"Kakak gakpernah bantah ucapan bunda, apa cuman karena cowok kakak bakal ngelakuin itu?" tatapan mata Raila kosong saat mengatakannya. Raila tahu kebahagiaan Ghirel saat ini adalah Afka. Namun, kebahagiaan yang dirasakan Ghirel akan tandas begitu saja nantinya karena sesuatu hal. Dan Raila sebagai Bunda yang sangat menyayangi Ghirel harus mencegah semuanya.
"Kenapa bun? Apa alasannya?" Ghirel menoleh menatap Bunda Raila yang sudah membuang muka.
"Kita gak selevel sama mereka. Afka dan keluarganya jauh diatas kita Jie." ujar Bunda Raila. Raila memberanikan diri untuk memegang tangan Ghirel yang bergetar.
"Ini bukan sinetron atau novel yang putus cuman karena alasan itu!" balas Ghirel tegas. Tangan bundanya ia hempaskan begitu saja.
"Bunda gakmau kamu pada akhirnya harus berjuang sendiri dan dicaci-maki sama keluarga Afka nantinya,"
"Putus sebelum rasa sayang kamu itu semakin besar, bunda mohon." lanjut Raila. Sebelum mendengar isakan anaknya yang akan menambahkan pilu dihati, Raila memilih pergi terlebih dahulu meninggalkan Ghirel yang masih dengan perasaan bingungnya.
Lagi-lagi, Ghirel merasa kebahagiaannya terenggut begitu cepat. Saat Ghirel bertemu seseorang bernama Fed dimasa kecilnya, kebahagiaan itu terenggut karena kepindahan keluarga Fed waktu itu. Saat ia sedang sangat mencintai sosok ayahnya, ke bahagiaan itu juga terenggut dengan cepat karena sebuah kecelakaan tragis yang menewaskannya. Dan sekarang, kebahagiaannya harus terenggut karena restu orang tua.
***
"Afka,kamu pulang dulu sana,aku harus kerja!" ujar Ghirel dengan senyum yang dipaksakan. Ghirel memutuskan untuk diam dan tidak akan mengambil keputusan terlebih dahulu. Ia juga lebih memilih tidak akan memberi tahu Afka mengenai masalah ini. Takutnya, Afka akan berpaling dari dirinya.
Afka mengangguk lalu pergi meninggalkan Ghirel dengan motor kesayangannya.Pikirannya melayang jauh kepada sesuatu hal yang Ghirel dengan Ibundanya bicarakan. Yah, dia dengar semuanya dari awal meski samar samar dan masih belum mendengar jelas mengenai alasan Bunda. Afka tersenyum miris saat menyadari sesuatu hal yang ia yakini alasan kuat Bunda Ghirel menyuruh Ghirel putus dengannya. Alasan yang hanya disadari orang-orang yang terjebak dengan masalalu kedua keluarga tersebut. Kenangan mengenai awal pertemuannya dengan Bunda Ghirel melesak masuk kedalam otaknya saat ini dan sebuah percakapan Bunda Ghirel dengan ayahnya juga masuk kedalam otaknya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Greentea Latte
Teen Fiction[Sepahit Green tea dan selembut latte, itu kisah Cinta ku -Ghirel Sananta.] [Dia Ghirel Sananta, pemanis kehidupan pahitku. Pemeran utama dalam hidupku. Dia, mymatcha -Afka Fedrick] ----------------------------------- Cerita ini hanya sebuah kisah...