Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)
Selamat membaca ❤
-------------------------------------------------------------
Senyumanmu itu, janganlah pernah pudar karena diriku ~Afka fedrick
Ghirel memejamkan matanya berusaha mencerna semua kejadian yang secara tiba-tiba saja terjadi hari ini. Terutama mengenai bunda yang tiba-tiba tertarik dengan urusan percintaannya. Ghirel memeluk guling disampingnya lalu bermonolog.
"Apa, kamu bakalan kuat ngehadepin semuanya nanti? Pacaran sama Afka, gak akan semudah yang kamu bayangin Ghirel. Bisakah? Tahankah? Kuatkah?"
Merasa ponselnya berdering,Ghirel dengan rasa malas meraihnya lalu menjawab panggilan telepon disana. Terdengar suara Afka yang tidak jelas menurutnya. Namun,ia paham apa yang dimaksud Afka dalam teleponnya. Dan sekarang juga, ia panik mendengarnya. Ia menyambar jaket yang tergantung rapi di pintu lalu berlari mencari Junco. Setelah menemukannya,ia menarik kerah baju Junco hingga ke teras rumahnya membuat Junco merintih kesakitan merasa lehernya tercekik.
"Cepet anterin gue ke Bina bakti!" seru Ghirel tegas. Tangannya sudah menggenggam helm yang akan digunakannya. Bahkan ia sudah naik di motor milik Junco. Junco yang melihat Ghirel panik hanya bisa diam mematung membiarkan kakaknya meluapkan kepanikannya terlebih dahulu. Selain itu,Junco juga masih dilanda kebingungan dengan kata-kata tak jelas yang Ghirel ucapkan.
"Kak, tenang dulu bisa gak sih?!kaya orang kesetanan ajah!" pinta Junco sembari menatap nanar kakak perempuannya. Sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan raut wajah khawatir membuat Junco tidak tega dan merasa bersalah setelahnya.
"Afka, dia kecelakaan trus sekarang di Bina Bakti. Anterin gue kesana!" Ghirel memohon tanpa memperdulikan teriakan bundanya dari dalam sana yang tak jelas.
"Gue anterin tapi, kakak tenang dulu oke?" Junco pasrah. Ia masuk kembali ke dalam rumah dan menyambar kunci motornya secepat kilat lalu pergi menuju rumah sakit yang Ghirel maksudkan tadi.
***
19.14
Membelah lautan manusia yang berada koridor rumah sakit, itu yang Ghirel lakukan sekarang. Meskipun berusaha tenang namun tetap saja ekspresi panik masih setia terpampang di wajahnya. Junco yang mengikuti sampai kepalang bingung melihat tingkah lincah kakaknya tersebut.
Sesampainya di UGD, mata Ghirel menjelajah seisi UGD mencari sosok laki- laki yang berhasil membuatnya khawatir setengah mati. Dan yaps! Manik matanya berhasil melesak hingga ke pojok kanan UGD dimana Afka sedang memijat tangannya. Dan tanpa menunggu lama, Ghirel menghampirinya.
Plak!
Satu tamparan mendarat di dada Afka membuat sang korban tersenyum hangat setelah menyadari Ghirel yang memberinya. Namun, senyumannya lenyap saat melihat Ghirel sedang menangis. Junco sampai mengerjap terkejut melihat tingkah random kakaknya tersebut.
Afka sudah melirik Junco seakan bertanya 'kenapa' dan Junco juga demikian sudah menatap wajah Afka seakan berkata 'tidak tahu'.
Terdengar isakan Ghirel yang semakin mengeras membuat Afka tertawa geli menyadari kebodohannya. Kebodohan karena menyuruh Ghirel kesini yang malah membuatnya melihat air mata gadis itu. Afka menangkup kedua pipi Ghirel lalu menatap mata indah gadis yang masih tak mau menatapnya itu. Persetan dengan semuanya, sekarang Afka yakin bahwa perasaan bemcinya terhadap wanita hancur sudah karena Ghirel Sananta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Greentea Latte
Teen Fiction[Sepahit Green tea dan selembut latte, itu kisah Cinta ku -Ghirel Sananta.] [Dia Ghirel Sananta, pemanis kehidupan pahitku. Pemeran utama dalam hidupku. Dia, mymatcha -Afka Fedrick] ----------------------------------- Cerita ini hanya sebuah kisah...