-17-

3.8K 217 9
                                    

Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)

Selamat membaca ❤

-------------------------------------------------------------

cemburu?itu karena aku benci milikku diambil orang lain. ~Afka Fedrick

Ghirel mengobati luka Afka secara hati-hati. Kapas yang sudah basah terkena alkohol itu mampu membuat Afka mengerang kesakitan. Belum lagi, saat Ghirel dengan jahilnya sengaja menekan luka Afka lebih dalam sehingga menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa. Selama mengobati, wajah Ghirel datar tanpa ekspresi. Bahkan beberapa kali Ghirel menatap Afka tajam. Dan entah mengapa, ekspresi Ghirel seperti itu membuatnya malah terlihat semakin cantik. Beberapa kali Afka sengaja menusuk pipi Ghirel menggunakan jari telunjuknya hingga membuat si tuan marah.

"Cantik." gumam Afka. Ghirel yang menyadari gumaman Afka itu hanya dengan pipi yang bersemu merah.


"Ih pipinya merah." goda Afka sembari mencubit pipi Ghirel lagi. Ghirel kesal karena pipinya menjadi bahan cubitan Afka yang terlalu keseringan.

"Pake lagi bajunya!" seru Ghirel. Afka menyambar baju yang tersampir di kursi lalu mengenakannya tanpa memasang kancing bajunya.

"Afka!" teriak Ghirel membuat Afka sedikit tersentak.

"Kenapa sayang?"tanya Afka dengan wajah santai. Bahkan,ia sempat bermain ponsel saat kekasihnya sedang marah terhadapnya.

"Kancingin bajunya!" pinta Ghirel lebih tegas. Kali ini, Ghirel tengah bersiap kembali ke kelasnya karena mata pelajaran kedua sebentar lagi akan di mulai.

"Kancingin kamu dong Jie." Afka berdiri lalu mendekati Ghirel yang sudah menahan nafas melihat kotak-kotak perut Afka yang sangat jelas berada di depannya. Bahkan, mata Ghirel sudah mengerjap sampai berputar-putar berusaha tak fokus pada hal itu.

"Gak mau." balas Ghirel sembari membuang wajah. Saat ini, jarak antara keduanya semakin menipis.

"Padahal pengen liat abs nya aku lagi kan? Jangan munafik deh sayang." goda Afka dengan seringaiannya. Membuat Ghirel meneguk ludahnya kasar.

***

Mata pelajaran kedua sudah hampir berakhir. Banyak siswa yang sudah lalu-lalang di di sekolahan. Begitupun dengan Afka yang tentunya telah menyelesaikan semua soal tersebut dengan waktu singkat

Afka saat ini sedang menyendiri dengan es krim ditangannya. Sebelumnya, ia sempat menemui Fran dan meminta bantuan agar Fran menyelidiki kasus Stefy, kekasih barunya. Sayup-sayup Afka mendengar suara seseorang tengah membicarakan Ghirel miliknya membuata telinga Afka panas saat itu juga.

"Samping gue dong cantik. Pokoknya punya gue titik!"

"Iyasih cantik, tapi katanya galak?"

"Anjer lo naksir sama kak Ghirel? Lo gak tau kalau dia punya singa jantan?"

"Bahkan beruang kutub sekalipun gue lawan buat neng Ghirel tercinta."

Mereka, sekumpulan laki-laki yang notabenya adalah adik kelasnya tengah duduk dibelakang Afka dengan membicarakan perihal Ghirel. Afka bangkit dengan hentakan keras membuat mereka baru menyadari bahwa yang sedang dibicarakan rupanya ada disana. Afka menatap intens mereka yang sudah ketakutan dibuatnya lalu pergi mencari Ghirel yang sedari tadi tak ia lihat batang hidungnya.

Afka merasa takut jika Ghirel nantinya mengkhianati dirinya. Afka tidak masalah jika Ghirel cuek, atau sibuk hingga tidak peduli kepadanya. Asalkan Ghirel tak bersama yang lain maka Afka masih bisa menerimanya.

Bukan apa-apa, hanya saja Afka tidak mau hatinya salah berlabuh lagi. Ia juga tak mau hatinya merasa terkhianati lagi. Untuk kesekian kalinya oleh orang-orang yang dicintainya. Apalagi oleh seseorang terspesial di hidupnya saat ini, dan saat di masalalu.

Langkahnya gontai menyusuri koridor kelas meskipun sesekali mendapat sapaan dari para kekasihnya, ia tak memperdulikannya bahkan beberapa kali ia menatap tajam salah satu diantara mereka. Fokusnya saat ini hanyalah Ghirel Sananta, perempuan yang berhasil membuatnya kesal dan berhasil mencabik-cabik perasaannya juga.

Dirasa melihat sosok yang ia cari, Afka menghampirinya cepat lalu menarik paksa lengan Ghirel yang hanya menurutinya sembari memasang ekspresi heran. Ghirel yang sudah biasa diperlakukan paksa oleh Afka hanya mendengus kesal menatap tangan Afka pada lengannya yang menggenggam sempurna.

Langkah kaki mereka mengarah pada lapangan basket. Setelah membuka kunci ruangan basket yang sudah pasti ada ditangan sang kapten basket, mereka memasuki ruangan dengan tergesa. Terlihat jelas raut wajah marah ada pada wajah Afka saat ini.

Ghirel menyukainya. Ia suka ekspresi itu, ekspresi yang sama saat ayahnya mengkhawatirkannya. Dirinya jadi mengingat teman kecilnya saat ini, teman yang sangat dekat dengan ayahnya sampai mirip dari segi manapun. Dan itu juga salah satu alasan pembuat Ghirel bertahan dengan segala sakit ini.

"Afka? Lo marah sama gue?" tanya Ghirel saat melihat sorot mata Afka memandang penuh kebencian kepada dirinya.

"Ngapain pake kecentilan sama cowo hah?!"

"Oh,lo balas dendam karena gue punya banyak cewe selain lo?" hardik Afka.

"Trus akhirnya seenaknya mainin gue gitu? Iya?!" bertubi-tubi pertanyaan melayang kepada Ghirel yang masih setia dengan ekspresi kebingungan. Ghirel berfikir tajam, namun ia rasa tidak ada yang salah pada dirinya yang dapat memicu pertengkaran seperti ini.

"Jawab Jie!" bentak Afka yang sudah mulai kehilangan kesabaran.

"Aku kecentilan gimana?" ragu-ragu Ghirel menjawab.

"Ya masa bodo kecentilan gimana yang jelas si Senang sampai naksir lo!" balas Afka.

Senang, sebutan dari Afka untuk Hevan. Iya Hevan bukan Have Fun:v. Kenapa Afka sampai tau bahwa yang duduk di sebelah Ghirel adalah Hevan? Karna ia adalah stalker handal saat mencintai seseorang. Semua yang ada pada Ghirel, Afka ketahui termasuk jadwal PMS nya. Katanya sih jaga jaga biar bisa ngejinakin sebelumnya.

"Kamu cemburu?" sedetik kemudian tawa Ghirel menggema di seluruh ruangan.

"Anjer Afka Fedrick cemburu?!bucin parah lo Af!" Ghirel memegangi perutnya karena tawa yang tak kunjung reda. Rasanya ia ingin mengabadikan momen langka tersebut.

"Siapa yang cemburu coba? AKU CUMAN GAK SUKA KAMU DEKET SAMA DIA!" balas Afka masih keukeuh dengan pendiriannya. Ego Afka terlalu tinggi untuk menyadari dan mengakui kecemburuannya itu.

"Apa bedanya sama cemburu hm?" Ghirel meletakkan tangannya di pipi Afka lalu menepuknya beberapa kali.

"Ya beda pokoknya titik gak pake koma komaan!" kata Afka.

"Aku gak kecentilan Afka, lagian itu hak dia kalo mau suka sama aku. Masa harus tak larang sih? Emang aku tuhan heh?" ujar Ghirel setelah berhasil mengontrol tawanya.

"Lagian nih ya, Jie sayangnya cuma Afka." lanjut Ghirel dengan suara yang teramat kecil hingga nyaris tak terdengar.

"Apa sayang? Aku gak denger, ulang coba!" Afka mendekatkan telinganya ke wajah Ghirel yang sudah tersenyum menang sebelum akhirnya mengucapkan, "Ogah. Gaada pengulangan. Ini cuman sekali."

"Ulang sekali lagi, mau tak screenshot cepetan!"

"Lo kira gue apaan bisa di screenshot ada apa heh?!"Ghirel melotot dengan kedua tangannya berada di pinggang.

"Lo? Jodohnya Afka!" jawab Afka sembari memegang bahu Ghirel, lalu meraihnya kedalam pelukannya.

"KALIAN BERDUA! NGAPAIN MESUM DISINI!!"

Greentea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang