-3-

6.4K 439 25
                                    

Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)

Selamat membaca ❤

-------------------------------------------------------------

Wajah dingin yang dia perlihatkan padaku benar-benar menarik perhatian ku~Ghirel

"Hoahhh." Afka menguap saat netra nya merasakan sebuah cahaya melesak masuk melalui celah jendela kamarnya. Ia duduk lalu mulai mengucek matanya dan berusaha membiasakan diri dengan cahaya terang tersebut. Diliriknya jam yang berada di nakas sebelah kirinya. Baru pukul 06.15 pagi menurutnya. Bagi sebagian siswa, bangun di jam segini rasanya akan sangat menyiksa saat membayangkan mandi dengan cepat, sarapan, serta menyiapkan buku yang harus dibawa. Namun, tidak dengan Afka Fedrick. Anak dari seorang pebisnis handal yang menjadi panutan para pembisnis lainnya. Tuan Zyan Fedrick. Dan istrinya, Nyonya Rehna.

Kehidupan Afka nyaris sempurna, seseorang dengan IQ di atas rata rata, wajah yang lumayan tampan, dan badan atletis yang ia miliki menambah kesempurnaannya. Tapi tidak dengan keadaan keluarganya yang berbanding terbalik dengan kesempurnaannya yang dimiliki.

Afka bangkit dari tidurnya lalu memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan diri, berganti pakaian dan dirasa sudah mantap dengan penampilannya, ia menyambar tas yang berada di atas meja belajarnya lalu mulai melenggang keluar kamar.

"Pah, Afka berangkat dulu ya!" seperti biasanya, Afka berteriak saat akan memasuki mobil kesayangannya yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Hati-hati boy!" sahut papahnya dari dalam rumah.

Sesampainya di sekolahan, salah jika kalian mengira bahwa Afka akan memasuki kelas, belajar, mengikuti pelajaran, atau sesuatu hal yang umumnya dilakukan semua orang. Big no! Karena yang dia lakukan adalah, pergi ke kantin sekolahannya, duduk di salah satu bangku yang dekat dengan kedai Bude Yuni yang sangat terkenal maknyus di sekolah tersebut. Terlebih, Bude Yuni adalah wanita paruh baya yang cukup ramah kepada konsumennya terutama Afka yang selalu menjadi pelanggan tetap nya di setiap pagi.

"Eh Afka, pesan apa nih hari ini?" ujar Bude Yuni. Ibu kantin yang jualan mie ayam, bakso dan kwetiaw goreng. Bude Yuni yang tengah membersihkan meja segera menghampiri pemuda tersebut.

"Nasi goreng yah bude, sama air putih." jawab Afka seraya mengeluarkan hp nya dari dalam kantong seragam sekolahnya lalu mulai berkutat dengan benda persegi panjang itu.

"Loh? Bude ga jualan nasi goreng, Afka." B ude Yuni mengernyit heran dan merasa bahwa pemuda itu mulai dengan kebiasaannya lagi. Lupa.

"Masa?"

"Afka mah gitu, kemaren ke Bu Marni minta bakso padahal jualnya nasi goreng. Sekarang ke bude minta nasgor padahal jualan bakso." Bude Yuni menepuk pelan bahu Afka lalu tertawa renyah.

Afka ikut tertawa. Sifat dingin Afka hanyalah topeng semata. Topeng yang ia gunakan agar tidak terkecoh dengan para wanita yang tergila gila padanya.

Dia. Benci. Wanita.


Dia membenci kaun hawa bukan tanpa alasan. Jika biasanya seorang perempuan akan membenci laki-laki karena telah disakiti, begitupun dengan Afka. Bahkan, perempuan yang menjadi cinta pertamanya sekalipun ia benci sekarang. Gadis itu, gadis yang baru saja menjadi kekasihnya.

Greentea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang