-10-

4.7K 270 13
                                    

Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)

Selamat membaca ❤

-------------------------------------------------------------

Akan ku lakukan yang terbaik, untuk kamu. ~Afka Fedrick.

"Kenapa Af?" tanya Ghirel dengan tepukan pelan di bahu Afka sehingga membuat Afka sedikit terkejut. Afka berbalik menatap Ghirel yang sudah menampakkan raut wajah heran.

"Kok surat ini ada di kamu?"tanya Afka. Surat yang tadinya di meja sudah tergenggam sempurna di tangannya.

"Punya bunda, dia kerja disana. Kenapa?" bukannya menjawab, Ghirel malah balik bertanya. Ghirel menarik surat yang berhasil mencuri perhatian Afka. Surat yang membuat Afka seakan merasa bersalah dengan sendirinya.

"Sebagai?" tanya Afka lagi. Afka tahu, pertanyaan ini akan membuat hatinya semakin sakit tak menentu. Namun, ia rasa ada sesuatu yang mengharuskannya bertanya kepada gadis di depannya itu. Dan juga, ada sedikit rasa benci karena itu artinya ayahnya telah menemukan mereka sebelum Afka. Dan yang membuatnya benci, ayahnya tak memberitahunya. Afka diam berusaha menetralkan keadaan.

"Udah mepet waktunya, sana mandi cepetan!" pinta Ghirel sembari menarik pergelangan tangan Afka. Bukan tak ingin menjawab, hanya saja Ghirel takut. Takut Afka akan risih saat mengetahuinya.

Afka lega sejenak saat Ghirel tak mencurigai semua pertanyaan aneh tersebut. Setelahnya, Afka menuruti perintah Ghirel sedemikian rupa. Selesai mandi dan berganti pakaian, Afka memakai sarung yang diberikan oleh Ghirel. Sarung milik ayahnya dulu. Afka sudah siap, begitupun dengan Junco. Sesaat mereka akan pergi ke musholla,

"Jie, salim sini sama calon Imam!" pinta Afka sembari menyodorkan tangan kanannya dan Ghirel yang sedang sibuk menyirami anggrek kesayangannya menurutinya saja dengan menggapai tangan Afka lalu menempelkan punggung tangan tersebut ke dahinya.

"Bego gak sih lo berdua? Ya bang Afka batal lah wudhunya." celoteh Junco membuat mereka berdua tersadar lalu tertawa bersama setelahnya.

"Anjir bener." Ghirel tertawa terbahak bahak hingga nafasnya tersengal-sengal. Sedangkan Afka sudah menepuk jidatnya menyadari kebodohannya hari ini. Namun, akhirnya Afka kembali ke kamar mandi dan berwudhu.

Setelah wudhu lagi, mereka akan berangkat ke musholla. Ghirel tersenyum hangat melihatnya. Melihat 2 orang laki laki yang berharga baginya. Andai saja ditambah oleh ayahnya, maka lengkap sudah kebahagiaan Afka.

Senyuman Ghirel rupanya disadari oleh semasang mata elang milik Afka membuat Afka mengeryit heran, namun setelahnya ia menikmati wajah Ghirel. Memperhatikannya, dan bergumam dalam hati 'cantik'.

"Jangan senyum kaya gitu. Hati aku yang dingin ajah bisa meleleh, apalagi kutub nantinya?" goda Afka membuat Ghirel malu.

Ghirel tersenyum simpul menyadari ucapan Afka. Pipinya merona bak menggunakan blush on. Ingin sekali memukul Afka jika tak mengingat bahwa laki-laki tersebut sudah ia batalkan wudhunya sebelumnya. Afka dan Junco yang merasa berhasil menggoda Ghirel berangkat ke mushola. Sedangkan Ghirel? Ia melamun membayangkan suatu saat nanti dirinya menjadi istri Afka, sholat bersama, dan........ Suara bunda mengganggu khayalannya.

Greentea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang