-2-

7.4K 456 16
                                    

Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)

Selamat membaca ❤

-------------------------------------------------------------

Seperti angin yang cepat berembus, secepat aveolus melakukan pertukaran oksigen, secepat itu juga aku mencintaimu ~Afka Fedrick


"Woy, bro!" sebuah lengan melingkar pada leher Afka. Sebuah sapaan hangat ia rasakan di pagi yang cerah ini.

"What?" balas Afka dingin, seperti biasanya.

"Lo dapet cewe lagi Af?" tanya Choki, teman sepernakalan Afka. Memang laki-laki ini tidaklah terlalu dekat dengan Afka apalagi mengingat bahwa Choki adalah siswa baru tahun ini. Afka mengenal Choki dari Fran, sahabat yang sudah seperti keluarga untuk Afka. Fran adalah saksi hidup perjuangan Afka selama ini. Fran seperti seorang kakak laki-laki bagi Afka. Meskipun terkadang Fran mengajarkan yang tidak benar kepada Afka, tetap saja Afka hanya bisa menurutinya.

"Yaps! " balas Afka. Afka bukanlah tipe orang yang suka untuk bertele-tele seperti saat ini. Ia lebih suka berbicara hal-hal penting saja.

"Lo jadiin yang ke berapa Af?"

"Nine." sebuah senyuman berarti terlukis di bibir Afka dalam hitungan detik hingga tak terlihat oleh lawan bicaranya.

"Why?" tanya Chiko saat mendapatkan sebuah angka yang tidak seharusnya. Mengapa? Karena kekasih Afka sesungguhnya lebih dari angka tersebut. Dan mustahil Ghirel dijadikan nomor sembilan yang seharusnya bisa saja dijadikan nomor 15 keatas.

"because I like number 9."  Afka mengedikkan bahunya merasa heran dengan jawabannya sendiri. Sungguh, tak ada niatan sedikitpun untuk menjawab seperti itu. Jawabannya murni dari hatinya bukan dari mulut atau otaknya.

"Siapa dia? Degem lagi?" tanya Chiko merasa heran dengan jawaban temannya itu.

"No. She is my classmate ."

"What?! Serius lo Af? " pertanyaan Chiko hanya dijawab anggukan. Tanpa terasa, langkah kaki Afka membawa dirinya kedalam kelas yang seharusnya membawa dirinya ke kantin. Sudah tradisi Afka ke kantin terlebih dahulu sebelum kedalam kelas. Namun, langkah ringannya hari ini mengkhianati dirinya.

Afka selalu berjalan tanpa melihat ke sana kemari karena terlalu malas dengan tatapan memuja dari para gadis di sana. Tak sedikit yang menatapnya dengan tatapan berbinar disertai bisikan yang penuh pujian terhadap dirinya. Afka tak menyadari baru saja melewati Ghirel yang baru saja menjadi kekasihnya.

Sejenak Ghirel berfikir bagaimana bisa status hubungan sebagai kekasih terlihat seperti musuh? Mereka tidak saling menghubungi, chating, atau bahkan menyapa. Ghirel merasa dipermainkan, namun bukankah itu resikonya menjadi kekasih Afka? Hanya sebagai boneka mainan.

***

19.30

Hari ini adalah hari pertama mereka kelas XII Mipa 1 syuting film pendek untuk tugas akhir mereka sebelum kelulusan nantinya. Ini film pendek tapi, mereka selalu menyebutnya drama. Why? Karena naskah cerita ini benar-benar kebanyakan drama pakai banget.

Namun sepertinya syuting hari pertama ini tidak berjalan sebaik yang mereka pikirkan. Terbukti dari wajah resah para kru-yang tak lain adalah teman kelas sendiri. Diantara wajah resah dan panik para kru tersebut, terlihat wajah kesal dari Afka Fedrick. Si tokoh utama novel ini dan tokoh utama drama tersebut.

Greentea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang