-16-

3.9K 201 4
                                    

Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)

Selamat membaca ❤

-------------------------------------------------------------

Khawatir? Tentu saja itu sangat menyakitkan untukku meskipun kau yang terluka.~Ghirel Sananta.  

Hari pertama ulangan akhir semester rasanya sangat tidak pernah diinginkan. Sekolah yang biasa dibenci oleh siswanya akan semakin mencekam bak neraka di hari-hari seperti ini. Jika ada ulangan akhir semester seperti ini, sudah rutinitas untuk siswa 12 Mipa 1 untuk berjejer seperti ikan asin yang sedang dijemur di depan kelas tempat tes akan dilangsungkan. Mereka akan sangat sibuk hingga tak dapat diganggu. Ada yang sibuk belajar, sibuk mengulang materi, ada juga yang sibuk membuat catatan kecil seperti yang dilakukan Ghirel saat ini. Sepertinya, belajar saat ulangan sangat cocok untuknya.

Rupanya Ghirel terlalu sibuk hingga tak menyadari jika sedari tadi ada yang menyebut-nyebut nomor absennya.

"Kak Jie, nomer 12?" tanya adik kelas yang diduga akan duduk dengannya. Ghirel hanya berdehem saja mengiyakan tanpa menyadari jika adik kelas tersebut sudah menyodorkan tangannya ingin berkenalan. Masih sibuk dengan catatannya, Ghirel hingga tak menyadari.

"Jie, sahutin kek kasihan tuh tangan nganggur."celetuk salah satu temannya yang tidak Ghirel ketahui siapa itu. Ghirel segera mendongak menatap tangan yang menggantung itu lalu secepat kilat menjabatnya sembari tersenyum.


"Ghirel." ujarnya memperkenalkan diri. Ghirel sudah akan kembali berkutat dengan kesibukannya jika saja tangannya mau dilepaskan oleh adik kelasnya.

"Hevan kak." balas adik kelas tersebut sembari tersenyum riang lalu melepaskan tangan Ghirel yabg sempat ia genggam tadi.

"Iya, aku bakalan Have Fun kok pas ulangan nanti." ujar Ghirel yang mulai meraih bolpoin nya kembali.

"Bukan Have Fun, tapi HEVAN KAK!" teriakan menggema adik kelasnya membuat Ghirel terkejut hingga menjatuhkan bolpoin tersebut.

"Jadi, nama kamu... Hevun?" tanya Ghirel dengan tampang polos. Terlihat raut kesal pada wajah Hevan namun berusaha ditutupi sebisanya.

Hevan menuliskan namanya di atas kertas lalu memberikannya kepada Ghirel dan pergi begitu saja. Dalam hati ia tergelitik karena Ghirel yang begitu lola namun itu malah membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

***

Penilaian akhir semester berlangsung cukup tenang pada menit-menit awal tentunya. Para pengawas yang berjagapun belum berhasil menemukan sosok pelaku kejahatan keji yang pura-pura menutupi wajahnya menggunakan soal padahal akan bertanya kepada teman sebelahnya. Waktu berjalan semakin memusingkan para siswa. Beberapa adik kelas sudah bertanya-tanya kemana perginya Afka yang menjadi primadona mereka. Beberapa melirik pintu berharap Afka segera datang agar bisa menjadi moodboster nantinya.

Dan sepertinya, doa para dedek-dedek gemas terkabulkan di menit ke 45 karena ditengah tenang suasana bak pantai tak berombak, pintu terbuka memperlihatkan sosok laki-laki berperawakan tegap dengan wajah kalem yang dapat menipu siapapun.

Semua mata tentunya tertuju kepada dirinya saat berjalan dengan gaya khas seorang Afka menuju meja pengawas. Ia melirik Ghirel sekilas lalu mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum hangat. Setelah mendapatkan soal dan lembar jawaban, Afka duduk di tempat yang akan ia tempati selama seminggu itu. Dan entah mengapa ia merasa akan sial saat ini karena yang berada di sebelahnya ada Stefy. Gadis cantik yang sedari awal masa orientasi sudah sering memperhatikannya. Jika seperti ini, bisa-bisa daftar kekasihnya akan bertambah mengingat Afka tak pernah menolak seorang perempuan.

Greentea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang