-7-

5.5K 357 8
                                    

Budayakan Vote dan komen saat membaca cerita seseorang. Bikin cerita gak gampang, jadi tolong dihargai:)

Selamat membaca ❤

-------------------------------------------------------------

Labil amat jadi cowok, kaya perawan lagi PMS ~Ghirel Sananta

18.15


Afka mondar-mandir di kamar bernuansa hitam putih, warna kesukaannya. Pikirannya kalut terhadap gadis yang berhasil membuatnya menyangkal perasaannya sendiri. Kemarin, dari mulai perkataan Ghirel yang berhasil menusuk hatinya keluar dari mulut Ghirel, Afka gila. Ia frustasi saat perasaan takut tiba-tiba saja melesak dalam hatinya. Perasaan sakit muncul begitu kental di hatinya, ia merasa seperti hatinya patah. Sama seperti perasaan yang dirasakannya beberapa tahun lalu.

Pikiran Afka selalu melayang kepada Ghirel yang menyuruhnya untuk menjauh. Awalnya, Afka cukup senang mendengar hal itu. Namun, entah darimana datangnya kata-kata Ghirel selalu terdengar di telinganya dan memenuhi otak serta hatinya. Afka panik setiap kala membayangkan Ghirel yang tiba-tiba menjauhinya, Ghirel yang tiba-tiba tak ingin berbicara dengannya, dan Ghirel yang tiba-tiba memiliki kekasih baru. Afka tidak rela hal itu terjadi saat ini. Afka rasa, dirinya jatuh cinta. Namun, tetap saja laki-laki dengan gengsi setinggi langit ke tujuh itu selalu menyangkal beribu kali hingga membuatnya frustasi seperti saat ini.

"Aish! Frustasi gue!" teriak Afka. Teriakannya terdengar hingga telinga ayahnya yang berada di ruang keluarga yang berjarak tidak jauh dari kamar tidur Afka.

Khawatir dengan sang anak, Zyan-ayahnya- memutuskan untuk lancang masuk ke dalam kamar anak satu satunya itu untuk memeriksa siapa tahu anaknya sedang berbuat yang tidak-tidak. Misalnya, bunuh diri?

"Napa boy?" tanya Zyan. Zyan masih berada di ambang pintu dengan tangan berada di pinggang bak model yang sedang berjalan cantik di catwalk.

"Bingung pah." jawab Afka santai.
Afka merebahkan tubuhnya di kursi panjang berwarna putih yang terletak di ujung kamarnya.

"Karena apa? Nilai? Atau cita-cita Boy ganti lagi?" tanya Zyan sembari duduk di tempat tidur yang berhadapan dengan anaknya yang sedang terlentang seraya meregangkan tangannya.

"Cita-cita aja gak punya, gimana mau ganti pah?" Afka mengacak rambutnya frustasi lalu membasahi bibirnya sendiri tanda dirinya sedang bingung.

"Trus karena apa?"tanya Zyan lagi seraya menatap jengah pemuda labil yang notabenya adalah anaknya sendiri.

"Cewek,pah." Afka cengengesan merasa malu. Karena dirinya yakin setelah ini ia akan diolok-olok oleh ayah kandungnya sendiri.

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut anaknya ini, Zyan menganga terkejut. Tidak pernah sekalipun Afka sampai frustasi hanya karena seorang perempuan. Afka selalu tidak peduli dengan deretan pacarnya yang entah ada berapa saat ini.Jangankan perduli,tahu nama mereka saja Afka tidak. Tapi sekarang? Ada seorang gadis yang berhasil memikat hatinya hingga berhasil membuat Afka luluh membuat Papah Zyan tersenyum senang karena sebentar lagi anaknya itu tak akan bermain-main lagi dengan kaum hawa, pikirnya.

"Afka, kamu sadar kan sama yang kamu bicarain tadi? Kamu gak lagi kesurupan kan? Mau papah panggilkan ustadz? Iya? Atau orang pinter?" ekspresi serius Zyan pasang saat ini meskipun setelahnya, ia tertawa terbahak-bahak.

Greentea LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang