1 • Mula

3.3K 259 5
                                    

Sebuah keributan terjadi di sepanjang koridor, terlihat beberapa orang berkumpul disana. Pastinya ingin melihat-lihat, bukannya membantu meredakan. Apalagi ada beberapa diantaranya merekam kejadian itu di ponsel mereka masing-masing, entah apa gunanya.

Sementara seorang perempuan sedang berjalan menuju kelasnya, ia sehabis dari kantin. Dengan tampang khas-nya, perempuan itu berjalan bak model, para murid biasa menyebutnya 'Jalan cantik'. Karena semua yang ada di dirinya hampir sempurna, apalagi wajahnya.

Melihat banyak orang berkumpul, ia menyernyit. Tanpa basa-basi cewek itu datang menghampiri mereka. Bukannya penasaran, tetapi keramaian itu menghalangi jalan menuju kelasnya. Dan itu membuatnya kesal, tentu saja.

Dia menepuk bahu seseorang yang tengah asik melihat keributan itu lalu berkata. "Eh. Itu ada apa?"

Sontak orang yang ditanya terkejut. Bukan, bukan karena Irene menepuknya tiba-tiba, tetapi karena wajahnya yang mampu menyihir siapapun yang melihatnya.

"Heh. Malah diem. Gue nanya, itu pada kenapa rame-rame?" Tanya Irene kedua kalinya.

"E-eh itu disana ada yang berantem. Adek kelas, kalo nggak salah namanya Tae-," jawab murid itu.

"Gue nggak nanya namanya. Yaudah makasi." Potong Irene, lalu ia pergi meninggalkan orang tersebut yang malah melongo.

Irene mendengus ringan. Kalau mau berantem-berantem aja, kenapa harus di koridor? Kan menghalangi jalan. Terpaksa para murid harus berputar jauh jika ingin kembali ke kelas. Dan Irene salah satunya.

Tapi Irene tetaplah Irene, dia tak perduli. Dengan santai cewek cantik itu berjalan menerobos keramaian itu tanpa terbesit rasa takut sama sekali. Lagian juga ngapain dia harus takut? Kan sama-sama makan nasi.

"Minggir, woy. Gue mau lewat ini." Ujar Irene kepada orang-orang yang ada disana.

Tentu beberapa orang membuka jalan untuknya, ia sempat terkejut ketika melihat seseorang sedang memukul seorang lelaki yang tampaknya sudah tak berdaya. Kasian😌

Ketika melihat ke arah lelaki yang dipukul, entah mengapa matanya tiba-tiba beralih ke seorang lelaki berambut coklat tua yang sedang memukul orang tadi. Dan anehnya, lelaki itu menghentikan aksinya untuk menghabisi lawannya, dia terdiam. Lalu matanya bertemu dengan mata coklat milik Irene.

Tatapan mereka bertemu hanya beberapa detik, karena Irene langsung melenggang pergi dari sana. Banyak orang yang melihat Irene dari belakang, katanya sih Irene itu walaupun dari sisi manapun tetap saja cantik.

• • • •

"Nah! Itu dia!" Wendy menunjuk ke arah pintu dengan heboh.

"Eh! Darimana aja?" Tanya Seulgi seraya menaruh sebelah tangannya dimeja, lalu menaruh dagunya.

Irene tak menjawab, kemudian ia duduk di kursi. Tepat di depan Yeri dan Joy. "Gue abis dari kantin."

"Lah? Cepet amat." Sahut Joy.

"Ya trus lo maunya gue di kantin setahun gitu?" Jawab Irene dengan nada ketus. Tenang, sudah biasa.

"Ye. Santai dong, elo mah kalo ditanya jawabnya gak pernah selow. Ngegas mulu." Celetuk Joy.

Irene mendengus. "Bacot."

"Tapi iya sih Rene. Kok lo cepet amat? Bukannya di koridor lagi ada yang berantem? Kan harus muter dulu, jauh lagi." Lanjut Wendy.

"Ya gue terobos lah! Banyak nanya lo pada." Jawab Irene lagi.

"HAH?!" Yeri, Seulgi, Joy dan Wendy kaget.

Irene menyernyit heran. "Kenapa?"

"Omg! Omg! Gila, berani banget lo." Ujar Yeri heboh.

Lagi-lagi Irene bosan mendengar kata-kata itu. Pasalnya sepanjang perjalanan menuju kelas, dia mendengar banyak sekali orang-orang mengatakan kalimat yang sama. Irene bahkan heran, mengapa orang-orang tersebut menganggap kalau itu adalah hal yang sangat hebat?

"Apaansih alay. Tau ah." Seusai berkata seperti itu, Irene berlalu meninggalkan teman-temannya seraya memasang wajah bete.

• • • •

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA PART INI YA. INI ADALAH FANFICTION TENTANG VRENE, AKU HARAP KALIAN BAKALAN VOTE DAN COMMENT. LOVE🤩

Bellatrixia #1: The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang