Gadis berambut coklat tua itu, berjalan dengan santai sambil bernyanyi kecil. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya yang menumpuk, begitu selesai rasanya sangat lega. Pasti kalian juga begitu, iyakan?
Saat sedang berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari belakang dengan sangat keras. Hampir membuatnya tersungkur. Untung saja cewek itu dapat menjaga keseimbangannya.
"Aduh!" Cewek itu terlonjak kaget. Ia menoleh ke belakang.
"Loh?" Dia menunjuk orang yang menabraknya. "Jimin?"
Jimin spontan melihat ke orang yang dia tabrak. "Maaf, maaf. Tadi gue nggak liat."
Seulgi sempat terdiam beberapa detik lamanya. Baru kali ini sejak satu tahun yang lalu ia berinteraksi langsung dengan cowok bermata cipit, persis seperti dirinya. Padahal mereka berada di satu sekolah, namun lucunya mereka jarang berinteraksi satu sama lain.
Karena kejadian aneh terjadi diantara keduanya yang membuat mereka canggung satu sama lain. Jimin perlahan melirik Seulgi. "Halo, udah lama nggak ketemu."
Seulgi tersenyum canggung. "I-iya, udah lama ya kita nggak ketemu kayak gini."
Situasi sekarang ini terasa sangat canggung. Dan Jimin tidak suka situasi seperti ini, apalagi Seulgi. Rasanya cewek itu ingin terbang saja dan meninggalkan bumi.
"Emm .. lo apakabar?" Tanya Jimin sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
Seulgi tersenyum. "Baik, lo?"
Melihat Seulgi tersenyum, rasanya seperti berada di surga. Sudah lama sekali Jimin tidak melihat Seulgi tersenyum seperti itu. "Gue juga."
Setelah itu mereka berdua diam lagi. Seulgi dengan pikirannya sendiri, begitu juga Jimin. Rasanya susah untuk dijelaskan bagaimana keadaan mereka berdua saat ini.
Jimin berdehem. "Seul, jalan yuk!"
Sontak dengan cepat Seulgi menoleh dengan ekspresi terkejut bukan main. Entah apa yang dipikiran Jimin, kenapa dia bisa bertanya seperti itu. Apakah dia tidak tahu kalau kata-kata tersebut bisa membuat jantung cewek bermata cipit ingin terlepas dari tempatnya.
Seulgi menghela nafas panjang. "Maksud lo?"
"Maksud gue ayo jalan sama-sama ke kelas, lo mau ke kelas kan? Kelas kita juga sampingan." Jawab Jimin.
Perasaan aneh pun muncul. Entah bagaimana bisa terjadi, saat Jimin mengatakan "Jalan bareng" Seulgi merasa senang. Namun, saat Jimin mengatakan maksud dari kata-kata itu, hati Seulgi rasanya seperti di remas. Seperti ... ah
Tidak bisa dijelaskan.
Seulgi tersenyum kaku. "I-iya ayo!"
Jimin pun berdiri di samping Seulgi. Kedua orang tersebut berjalan berdampingan di koridor. Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi, padahal biasanya Jimin sangat cerewet. Dia akan mengatakan hal apapun, walau tidak penting. Sama seperti Taehyung🤭
"Btw, udah lama banget kita nggak kayak gini lagi." Jimin mengatakan hal tersebut sambil terkekeh. "Ternyata tabrakan tadi ada untungnya juga."
Seulgi ikut tertawa kecil. "Iya, tabrakan tadi ada juga untungnya. Lo sengaja ya tadi?" Cewek itu bertanya dengan nada bercanda.
Jimin mengangkat kedua alisnya. "Nggak, tadi gue buru-buru mau ke kelas, soalnya si kutu kupret alias Taehyung mau nyuri hp gue, untung si Jungkook kasih tau."
"Astaga." Balas Seulgi. "Ada-ada aja."
Setelah itu mereka berdua tertawa bersama. Untungnya Jimin bisa mencarikan suasana. Soalnya dia sendiri tidak betah berlama-lama tidak berbincang dengan seseorang jika sedang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellatrixia #1: The Beginning
FanficKarena keberanian Irene, Taehyung jadi penasaran. Dan juga satu kejadian yang tak terduga menghampiri mereka, membuat semuanya berubah. B E L L A T R I X I A Fanfiction by jae unico 2019