BAB 2

421 66 25
                                    

"Gue cuma nggak suka sama diskriminasi yang nggak memanusiakan manusia." –Elang–

***

"Bangun, El!" seru Rega seraya menggoyang-goyangkan tubuh adiknya. Namun si empunya kasur masih enggan untuk bangun.

"Bangun, Kebo! Bangun!" teriak Rega. Sayangnya usahanya sia-sia.

Rega menarik selimut yang menutupi tubuh Elang. Meski merasa terusik, Elang hanya bergerak sedikit dan tetap melanjutkan tidurnya. Rega berdecak heran. Lalu atensinya tertuju pada botol Tupperware di atas meja belajar Elang. Ia meraih botol berisi air itu dengan cepat.

Byuurrrr....

Rega menyiram wajah Elang sampai bantalnya ikut basah sebagian. Elang tentu bereaksi dengan kelakuan kurang ajar Rega itu. Ia langsung bangkit dan melemparkan guling ke arah Rega dengan geramnya.

"Bangsat, lo!"

"Lo dari kemarin ngomong kasar mulu. Ketahuan Mama mampus, lo!"

"Abisnya lo usil banget."

Kini Elang melempar botol Tupperware kosong mengarah ke kepala Rega. Beruntung Rega bisa menghindari serangan Elang.

"Gue kan cuma mau bangunin lo. Makanya jangan tidur kaya bangke. Susah banget dibangunin."

"Gue ngantuk, Re. Lagian ini weekend." sambar Elang cepat, nada bicaranya penuh dendam.

"Ini udah jam 8 pagi. Mama nyuruh gue bangunin lo buat sarapan." Rega menghela napas kasar. "Makanya jangan pulang larut malem. Susah kan dibangunin. Udah buruan cuci muka, sikat gigi, terus turun. Sebelum gue habisin jatah sarapan lo."

"Iya. Berisik."

Rega memutuskan untuk keluar dari kamar adiknya. Masa bodoh Elang mau bangun atau tidak, yang jelas ia tak mau peduli lagi. Daripada susah payah membangunkan Elang, ia lebih memilih menikmati sarapan pagi. Mumpung lagi di rumah ia bisa makan gratis. Lalu Elang? Jangan tanya, ia masih khusuk melanjutkan tidurnya.

"Blackpink in your area..."

Suara lagu K-Pop menggema dengan indahnya di lantai 2, tepat di kamar Gladys yang terletak di depan kamar Elang. Bocah SMP itu pun ikut bernyanyi. Suara cempreng Gladys semakin mengusik ketentraman Elang di alam mimpinya. Elang menutup telinganya dengan bantalnya yang basah. Apesnya, suara itu tetap tertangkap gendang telinganya. Elang bangkit dari kasurnya, mengambil kacamata dan berjalan ke kamar Gladys. Kini ia berdiri di depan kamar Gladys yang pintunya terbuka. Cowok itu memeloti Gladys dari balik kacamatanya. Sayangnya, gadis itu kebal dengan pelototan mata Elang.

"Alhamdullillah lo udah bangun, Bang. Gue kira lo mati. Abisnya lo tidur terus kayak bangke."

"Gimana gue nggak bangun? Telinga gue kena polusi lagu Korea berisik lo!"

"Astaga, Bang. Sadar! Lagu yang sering lo puter itu 100 kali lebih berisik daripada lagu K-Pop gue. Telinga gue nggak cuma kena polusi, Bang. Udah nyaris pecah gendang telinga gue."

"Anjir. Dasar anak iblis," umpat Elang.

"Maaa!" teriak Gladys kencang. Hendak melapor ke Mama. "Bang Elang ngomong kasa...," dengan cepat Elang membungkam mulut Gladys dengan tangannya.

"Jangan berantem mulu! Ayo cepetan turun. Kita sarapan bareng," sahut Mama dengan suara kencang pula dari dapur. Keduanya menuruti kata-kata Mama. Mereka turun bersamaan.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang