BAB 11

264 43 13
                                    


Sampai kapan pun gue bakal sabar ngadepin lo. Sekali pun otak lo kayak batu." –Elang--

***

Viona mengamati wajah Elang yang serius saat menjelaskan materi biologi yang dipelajari pada les privat hari ini. Mereka belajar di ruang OSIS karena sebelumnya Elang rapat OSIS di ruangan kecil itu. Mereka belajar lesehan di lantai yang beralaskan karpet dengan meja bundar yang menjadi tempat Viona saat menuliskan materi yang dijelaskan Elang. Hari ini pun jam belajar Viona diperpanjang karena ia meminta diajari juga materi kimia tentang asam dan basa.

"Jadi tulang itu mengalami proses penulangan atau biasa disebut ofisikasi. Osifikasi ini ada endokondral dan intramembran. Kalau osifikasi endokondral..." Penjelasan Elang yang panjang justru mengalihkan fokus Viona pada wajah serius Elang. Entah mengapa Viona suka melihat wajah Elang yang serius saat menjelaskan seperti ini.

"Paham kan, Vi?"

Viona tersadar dari lamunannya. Pertanyaan Elang barusan sungguh membuatnya mati kutu karena sejujurnya ia tidak paham dengan apa yang dijelaskan Elang. Wajah serius Elang membuat fokusnya pada pelajaran menjadi teralihkan. Viona menggeleng sambil cengar-cengir.

"Enggak paham," jawabnya. Membuat Elang menghela napas cukup panjang.

"Gue udah jelasin secara rinci, masih juga belum paham."

"El, tolong lebih sabar ya sama gue. Maklum lah, otak gue nggak bisa nampung pelajaran banyak."

"Iya, sampai kapan pun gue bakal sabar ngadepin lo. Sekali pun otak lo kayak batu."

"Nggak usah bawel deh. Tolong ulangin lagi. Apa tadi bedanya osifikasi endokondral sama intramembran?"

Elang menyodorkan buku catatannya pada Viona. Memperlihatkan catatan detailnya tentang materi yang dipelajari. Viona mulai terbiasa dengan cara Elang memperlakukaknnya sebagai seorang murid yang bodoh. Ia tidak pernah protes tiap kali Elang menyuruhnya menghapalkan rumus matematika dan fisika, menghapalkan nama ilmiah dalam biologi maupun mengkhatamkan tabel periodik unsur yang sampai kelas XI belum dihapalkan Viona. Tapi entah mengapa cara belajar yang ketat itu justru membuat Viona nyaman, meski awalnya sempat tertekan. Momen belajar bersama Elang seperti ini rasanya sama pentingnya dengan nonton penampilan Lion-Jr di atas panggung. Dan momen inilah yang selalu Viona setiap sore usai sekolah.

"Nih! Minum dulu." Elang menyodorkan botol air mineral untuk Viona. "Gue tahu lo haus abis komat-kamit ngehapalin itu semua."

"Makasih," sahut Viona lantas meraih botol air itu dan meneguknya.

"Minum yang banyak. Setelah ini lo harus belajar tentang asam dan basa."

"Siap, kakak."

"Lebay!"

"Gue nggak lebay, biasa aja kok."

Elang menjitak kepala Viona, membuat gadis itu mengaduh. Ia pun ingin melancarkan aksi balas dendam. Ia mengambil ancang-ancang untuk menjitak. Namun Elang langsung menghindar. Jadilah kedua kejar-kejaran di ruang yang sempit itu.

"Awas lo, El!" ancam Viona.

"Apa? Lo nggak bakal bisa nangkap gue."

Aksi kejar-kejaran itu terus berlangsung hingga kedatangan Keyla menghentikan keduanya. Gadis yang dulu pernah menjalin hubungan istimewa dengan Elang itu datang dengan membawa satu keranjang jeruk.

"Ngapain ke sini?" tanya Elang datar.

"Cuma mau ngasih ini ke kamu. Katanya kamu abis sakit. Vitamin C bagus buat daya tahan tubuh." Keyla menyodorkan keranjang jeruknya ke Elang.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang