BAB 6

348 53 18
                                    

Yang tahu itu terbaik atau enggak ya lo sendiri. Lo harus bisa merencanakan masa depan lo sendiri. Nggak perlu jadi kayak gue. Cukup jadi diri lo sendiri. – Rega--

***

Menjadi nomor satu di sekolah tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi anak sekolah. Namun, sayangnya hal itu tidak berlaku untuk Elang. Ia merasa jenuh dengan semua pencapaiannya. Ia ingin berhenti, tapi ada sesuatu yang membuatnya tetap bertahan untuk menjadi nomor satu. Ya, ia ingin sosok yang ditunggunya tersenyum bangga saat datang kembali ke dalam hidupnya. Entah itu kapan. Yang jelas ia harus sedikit bersabar untuk menjadi anak ber-image baik. Elang melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Begitu masuk aroma masakan Mama Risma langsung menguar. Anak itu memutuskan untuk ke dapur menyusul ibunya. Di meja makan yang tak jauh dari kabinet dapur ia mencomot rolade yang masih agak panas sembari mengamati ibunya menumis sayuran.

"Eh, kamu udah pulang? Tumben pulang sore banget? Biasanya kalau sabtu pulangnya agak cepetan."

"Abis ekskul basket ada rapat OSIS, Ma."

"Oh, Mama kira ada bimbel olimpiade."

"Enggak kok, Ma."

"Kamu masih ikut bimbel olimpiade kan di sekolah?"

Elang mengangguk. Nyatanya sudah dua minggu ini ia membolos. Terpaksa ia harus berbohong untuk sekali lagi.

"Tadi Mama dapat telepon dari Bu Lina. Katanya kamu udah nggak masuk bimbel selama 3 hari."

Kebohongan Elang terbongkar. Serapat apa pun menyembunyikan rahasia, pasti akan terciduk juga, kan?

"Maaf, Ma." Elang menunduk. Rasa bersalah tiba-tiba muncul dari benaknya.

"El, Mama nggak maksa kamu kalau udah nggak pengen ikutan lomba-lomba lagi. Mama ngasih kebebasan buat kamu untuk memilih jalan hidup kamu. Tapi meski pun begitu. Mama tetap berharap kamu ikut lagi tahun ini. Mama cuma pengen mendidik kamu jadi anak yang bener. Kalau bisa kamu masuk kedokteran kayak Rega ya, sayang. Jadi Mama nggak akan merasa bersalah jika suatu hari kamu harus jauh dari Mama dan kembali bersama..."

"Ma, Elang capek nih. Mau mandi dulu sama istirahat bentar."

"Oke, kalau udah selesai mandi segera turun ke bawah lagi buat makan malam," titah Risma.

"Kayaknya Elang nggak ikut makan malam bareng, Ma. Tadi udah makan di luar sama Ryan.

"Ya udah. Kalau gitu kamu istirahat aja. Jangan kebanyakan baca novel. Banyakin belajar."

Elang mengangguk mengiyakan petuah Risma. "Iya, Ma. Elang janji bakal belajar lebih rajin," jawabnya seraya berjalan ke arah tangga.

"El, tunggu bentar." Cegah Mama Risma, lalu mengeluarkan amplop dari saku samping roknya.

"Ini apa, Ma?"

"Tiket liburan ke London. Di dalamnya ada surat juga buat kamu."

Elang sudah tahu siapa yang mengirim surat dan tiket itu padanya. Ia terdiam sejenak. Dan akhirnya menolak tiket dan surat itu.

"Mama simpan atau buang aja. Elang sibuk. Nggak butuh liburan ke London."

Mama mengerti maksud dari putranya itu. dan ia tahu betul Elang menolak tiket itu bukan karena ia sibuk. Tapi karena alasan lain.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang