BAB 14

270 42 9
                                    

Seberapa besar kesalahan dia sama lo. Coba deh lo belajar ikhlas maafin dia. Sebelum lo menyesal di kemudian hari. –Rega--

***

"Gue heran deh, Pak Akbar kalau nggak masuk hobi banget ngasih tugas," dumel Ryan yang masih sibuk mengarsir gambarnya.

Hari ini Pak Akbar, guru kesenian kelas XI IPA 4 tidak bisa masuk kelas karena ada urusan akreditasi. Jadilah semua siswa diberi tugas untuk menggambar objek nyata di lingkungan sekolah dengan menggunakan pensil 2B. Ribetnya tugas iu harus dikerjakan di kertas manila putih ukuran 60×60 cm. Pasti tugas menggambar di kertas sebesar itu tidak dapat diselesaikan dalam waktu 2 jam pelajaran. Anak-anak pun diperbolehkan keluar kelas untuk mencari inspirasi. Dan kini sebagian besar siswa duduk di teras kelas sambil mengamati objek yang digambar masing-masing. Tapia da juga yang memanfaatkan momen ini sambil duduk makan camilan di kantin.

"Semua guru kalau nggak masuk kan juga ngasih tugas. Udah lo nggak usah ngeluh mulu, Yan. Tugas kesenian mah masih mending daripada tugas fisika." Evan yang sok bijak menceramahi Ryan.

"Van, wajar kalau Ryan ngeluh. Orang gambarnya amburadul nggak jelas gitu." Edo menunjuk gambar Ryan dengan dagunya.

"Eh, lo ngeledek gue?"

"Faktanya gambar lo nggak lebih bagus daripada gambarnya anak TK, Yan." Elang turut menimpali.

Ryan menepuk jidatnya. Kalau sedang bersama tiga sahabatnya ini, ia selalu kalah ngomong. Dan ujung-ujungnya jadi bahan bully.

"Lo bisanya apa sih, Yan? Gambar nggak bisa, ulangan remedi terus, main UNO kalah terus, balap karung sama anak SD aja lo juga kalah," timpal Edo.

Beberapa bulan yang lalu saat acara 17 agustusan Ryan ikut lomba balap karung di komplek perumahannya. Hadiah voucher WiFi unlimited selama 30 hari di kantor kelurahanlah yang membuatnya ambisius untuk memenangkan lomba balap karung itu. Padahal karang taruna yang menjadi panitia sudah memberitahunya bahwa peserta lomba maksimal berumur 12 tahun, tapi Ryan tetap ngotot ikut. Akhirnya ia pun berhasil membujuk panitia, tapi apesnya ia malah kalah melawan anak SD. Dan apesnya Ryan lupa kalau Edo satu komplek perumahan dengannya, alhasil Edo menonton kekalahan Ryan yang memalukan itu.

Evan melirik Ryan. "Jangankan balap karung, Do. Ngegebet cewek aja gagal terus. Padahal sepikannya level raja gombal gitu."

"Iya tuh, sampe mulutnya berbusa padahal kalau ngegombal." Edo menyetujui argumen Evan.

"Mukanya kurang ganteng, makanya sepikannya nggak mempan," cecar Elang dengan wajah datar yang langsung disambut gelak tawa oleh Evan dan Edo.

"Muka lo emang harusnya diamplas dulu, Yan. Biar kinclong kayak artis Korea yang sering ditonton adeknya Elang," sahut Evan lagi.

Edo kembali tertawa, kemudian melanjutkan olok-olokannya ke Ryan. "Kalau Ryan mah artis korengan, Van."

"Njirrr, kalian tahu nggak itu namanya body shamming. Gue bisa tuntut kalian tahu." Ryan mulai emosi.

Elang menyodorkan satu botol air mineral kecil ke Ryan. "Minum dulu, Yan. Lo kayaknya kurang Aqua. Mereka cuma bercanda, jangan emosian gitu." Elang mencoba menengahi.

Ryan mengambil alih botol air mineral dari Elang. Ia membuka tutup botolnya, lalu meneguknya sampai setengah botol.

"Lihat aja deh! Dalam waktu 30 hari gue bakal dapetin cewek. Kalau gue berhasil, lo semua wajib traktir gue makan siang selama seminggu di kantin." Tantang Ryan. "Kalau lebih dari 30 hari gue masih jomblo, gue bakal terima kekalahan dan akan mentraktir makan siang semua anak di kelas ini." Ryan sangat bersemangat mengatakannya sampai tidak sadar bahwa teman-temannya yang lain mendengarnya. Sontak semua mata menoleh ke arah Ryan.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang