BAB 28

307 43 4
                                    

"Terus lo maunya kapan kita jadian? Sekarang?"—Elang—

***

Elang telah kembali ke sekolah hari ini. Seperti biasa ia menenteng tasnya di pundak saat berjalan masuk ke kelas. Di dalam kelas teman-teman geng GGS sudah menyambutnya dengan ledakan petasan konfeti. Jujur saja Elang ingin mencincang ketiganya karena telah membuatnya kaget. Ditambah lagi Ryan bilang bahwa Elanglah yang harus membersihkan sisa-sisa petasan yang berceceran di lantai kelas.

"Gue baru aja masuk, lo udah seenaknya aja, Yan."

"Sesekali ketua OSIS yang nggak jadi lengser harus nyapu kelas pas enggak ada jadwal piket."

"Enggak, gue nggak mau. Yang bikin kotor kan lo, Evan sama Edo."

"Nggak mau juga," sahut Evan dan Edo berbarengan.

"Gue nggak mau tahu dan nggak mau tanggung jawab. Yang ngotorin kalian." Elang meletakkan tasnya di bangku. "Gue mau ke kantin dulu. Haus!" selorohnya, lantas berlalu dari ketiga teman sintingnya.

"Bos, awas!" seru Ryan saat Elang sudah diambang pintu kelas.

"Apa lagi?"

"Awas kecantol Viona. Tadi anaknya ke kantin juga." Ryan memasang cengiran jahil, menggoda Elang yang dari kemarin tidak sabar ingin ketemu Viona di sekolah. "Katanya kemarin kangen," goda Ryan lagi.

Elang langsung mendelikkan matanya. "Kayaknya mulut lo perlu disumpelin granat, Yan." Ancaman itu malah membuat Evan dan Edo terbahak.

Elang sudah sampai di kantin. Ia mengambil minuman dingin dari kulkas. Lalu ia mendaratkan bokongnya di bangku kosong yang ada di pojok kantin saat melihat Viona melahap siomay dengan khusuk.

"Tumben sarapan di kantin?" tanya Elang membuat Viona nyaris tersedak karena kaget sekaligus senang melihat kehadiran Elang lagi di sekolah.

"Lo udah masuk hari ini?"

"Iya dong. Hukuman skors gue kan dicabut."

"Gue kira lo masih menikmati momen gak masuk sekolah."

Elang berdecak. "Lo kira gue kayak lo yang suka bolos, bego?"

"Yaelah, gue kan sekarang udah berubah. Udah rajin sekolah nih." Viona melirik Elang sekilas sebelum melanjutkan kegiatan mengunyahnya. "Perjuangan gue ngepel lantai mushola nggak sia-sia. Gue ikut seneng lo udah bebas dari hukuman."

"Makasih buat perjuangan lo demi gue."

Elang mengambil garpu yang ada di kotak sendok di atas meja. Ia mencomot siomay di mangkuk Viona.

"Main nyolong siomay orang aja," gerutu Viona.

"Nggak ikhlas?"

"Gue kan laper, El. Nggak sempat bikin sarapan tadi di rumah. Kalau lo ambil satu kan porsinya berkurang."

"Bodo amat. Gue juga laper. Belum sarapan juga."

"Ya udah kalau gitu ntar lo yang bayarin. Terus gue minta minum lo." Viona mengambil alih botol minuman di hadapan Elang.

"Lo minta dibayarin, minta minum, minta hati gue... semuanya gue kasih," gumam Elang.

Viona memukul Elang keras. "Elang! Nanti kalau yang lain dengar gimana? Gue kan malu."

Elang memasang wajah datar dan memandang Viona intens.

"Bodo amat. Kenapa lo harus malu, kan lo yang terang-terangan bilang suka ke gue duluan," timpal Elang seraya terkekeh.

"Ya kan kita belum jadian," protes Viona.

"Terus lo maunya kapan kita jadian? Sekarang?" tanya Elang spontan dengan nada lantang. Membuat Evan, Edo dan Ryan melongo dan nyaris menumpahkan soto berkuah yang mereka bawa. Ternyata ketiganya berniat menyusul Elang di kantin. Siswa lain yang ada di kantin pun ikut melongo mendengar kata-kata sang ketua OSIS yang sangat mengejutkan. Viona pun jangan tanya, dia sama kagetnya. Pipinya pun bersemu merah seperti kepiting rebus yang ditambahkan saus tomat.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang