BAB 16

239 48 2
                                    

"Azas black dalam teori fisika menyatakan bahwa kalor yang dilepas = kalor yang diterima. Kalau azas Ryan black dalam teori asmara menyatakan bahwa sepikan yang dilepas = penolakan yang diterima." – Edo --

***

Elang tiba-tiba duduk di kursi kosong sebelah Viona. Ia mengamati detail gambar Viona. Mengamati Viona menggambar sekarang menjadi kegiatan rutin Elang di sekolah selain belajar dan rapat OSIS. Dengan sabar ia menemani Viona menggoreskan alat gambarnya pada buku sketsa yang tiap hari dibawa Viona. Terlebih sekarang Viona lebih sering menghabiskan waktu di sekolah untuk menggambar daripada ikut latihan taekwondo.

"Awalnya gue kira lo itu lebih tertarik sama taekwondo. Ternyata lebih fanatik menggambar," kata Elang sembari menatap wajah Viona yang sedang serius menggambar. Bukankah wajah Viona cantik? Sayangnya Elang belum berani mengakui itu.

"Gue emang suka taekwondo. Tapi itu hanya untuk melindungi diri aja. Lo tahu sendiri gue ini anak jarang diawasi sama keluarga. Jadi kalau ada apa-apa gue harus bisa ngelindungi diri gue sendiri. Kalau menggambar emang hobi dari kecil."

"Good, teruskan. Siapa tahu dari hobi bisa jadi profesi."

"Pengennya juga gitu. Tapi ayah gue mana mungkin ngijinin."

"Sabar, lambat laun pasti ayah lo bisa memahami lo."

Viona menghela napas pelan. "Sampai kiamat pun kayaknya nggak bakal ngertiin gue."

"Ya pokoknya sabar aja. Lo juga harus terus berusaha. Tunjukin kalau lo sekarang bukan tukang berantem kayak dulu, tapi lo salah satu siswa berprestasi di sekolah."

"Berprestasi? Gue nggak pinter pelajaran kayak lo, El."

"Berprestasi nggak harus pinter pelajaran kan? Jago di bidang non-akademik pun bisa dianggap siswa berprestasi. Lo bisa ikut lomba gambar atau melukis kalau lo mau."

"Sayangnya gue nggak mau. Males banget ikut gituan."

Elang terkekeh, ucapan Viona nyaris sama seperti yang ia rasakan. Ia sendiri sudah jenuh sering ditunjuk untuk ikut lomba ini dan itu.

"Semerdeka lo aja deh. Yang jelas gue bakal dukung impian lo."

"Thanks," sahut Viona singkat.

Elang masih duduk di sebelah Viona. Tapi di detik berikutnya ponselnya bergetar. Pesan masuk dari grup GGS langsung membombardir ponselnya dengan kejam. Pantun-pantun tidak jelas langsung bertebaran di grup GGS.

GGS (Ganteng-Ganteng SeringGila)

Ryan Tomlinson : Ada belalang boker di gelas. Ups! Ada Elang pacaran di dalam kelas.

Edo Rangga : Ada Ryan boker di selokan. Eh, ada Ryan yang ngiri kannn....

Ryan Tomlinson : Ada kampret boker di kepalanya Edo. Kampret banget lu, Do!

Evan Kusuma: Makan cabe lima kilo. @Ryan Tomlinson kasihan deh lo masih jomblo.

Ryan Tomlinson: Nongkrong di kantin makan sempol. Mulutnya Evan minta ditampol.

Edo Rangga : Bisulnya Ryan minta disalep. Eh, mulutnya ding yang minta disalep.

Ryan Tomlinson : Makan pudding sama Bang Hotman. Minta disleding kalian semua mannn.

Elang Dewantara: Berisik lo pada.

Ryan Tomlinson : Akhirnya nongol juga si Bos setelah betah berada di zona nyaman read doang.

Elang Dewantara: Apaan sih, Yan? Gue nggak pacaran.

Ryan Tomlinson : Elang main golok di kali dangkal. Udah kepergok masih aja nyangkal.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang