"Nyari duit sendiri aja belum bisa, sok-sokan mau minggat."—Rega —
***
"Saya nggak yang diserang, Pak. Bukan ikutan berantem. Dan saya nggak ngerokok, Pak," sanggah Elang saat ia disidang di ruang BK.
Pak Yanto hanya geleng-geleng kepala mendengar penjelasan Elang, sesekali beliau mengelus dada. Masih belum percaya murid teladan di SMA Bakti Nusantara kena skandal hingga harus masuk kantor polisi. Sementara Pak Jaelani hanya bisa membuang napas jengah. Kedua guru itu masih tidak habis pikir ketua OSIS berprestasi bisa terlibat kenakalan remaja.
"Tapi Bapak baru saja dapat keterangan dari polisi kalau kamu ikutan berantem. Terus kenapa itu rokok ada di tas kamu?"
"Saya mukul balik mereka karena saya melindungi diri saya sendiri, Pak. Mereka yang duluan menyerang saya. Kalau saya hanya diam, mungkin sekarang saya udah masuk rumah sakit. Dan saya juga nggak tahu kenapa rokok itu ada di tas saya. Saya bukan perokok," jelas Elang penuh keyakinan.
"Bapak tahu, El. Tapi kenapa kamu bisa ke tempat konser itu? Kenapa kamu ikut band rock nggak jelas itu?" tanya Pak Yanto lagi. "Kamu bikin kepala Bapak pusing aja." Pak Yanto memijit pelipisnya.
"Saya nge-band karena itu kerja sambilan saya, Pak."
"Kerja sambilan?" tanya Pak Yanto dan Pak Jaelani bersamaan.
"Buat apa juga kamu kerja sambilan, El? Anak remaja seusia kamu harusnya belajar aja di rumah. Apalagi orang tua kamu masih mampu bayarin sekolah kamu," timpal Pak Jaelani.
"Saya nggak bisa jelaskan kenapa saya harus kerja sambilan, Pak. Yang jelas saya nggak pernah ada niat buruk."
"Tapi sekarang kamu bikin ulah." Pak Jaelani menunjukkan akun Instagram sekolah di hadapan Elang. Padahal tadi beliau sudah menunjukkan itu berulang kali.
"Saya nggak bohong, Pak."
"Tapi kamu nggak ada bukti kuat buat menunjukkan kalau kamu nggak salah. Kamu tetap harus menerima sanksi dari sekolah."
Elang menghela napas panjang. "Baik, Pak. Saya akan menerima sanksi apa pun. Tapi tolong jangan keluarkan saya dari sekolah selama saya belum membuktikan bahwa saya memang tidak bersalah."
"Hmm, Oke. Kami kasih kesempatan ke kamu buat membuktikannya. Kamu nggak akan dikeluarkan dari sekolah. Tapi kamu terpaksa kami skors satu minggu. Dan mungkin setelah kamu masuk sekolah lagi, kamu harus mengundurkan diri dari jabatan ketua OSIS."
"Seminggu, Pak? Itu terlalu lama, Pak," protes Elang.
"Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatan kamu."
"Baik, Pak. Meski saya nggak salah, saya akan tetap bertanggungjawab karena udah bikin satu sekolah heboh dan udah bikin nama sekolah tercemar. Tapi kalau saya bisa bawa bukti kurang dari seminggu, tolong cabut hukuman skors dan jangan memberhentikan saya dari jabatan ketua OSIS. Karena saya menjadi ketua OSIS atas keinginan Mama saya. Saya nggak mau mengecewakan Mama saya lagi."
Pak Yanto dan Pak Jaelani menggangguk mengerti. Keduanya menyetujui permintaan Elang. Pak Jaelani pun merangkul pundak Elang dari samping.
"Elang, jadikan ini perlajaran buat kamu. Bergaul boleh, tapi jangan kelewatan. Jangan aneh-aneh lagi."
"Bapak tunggu bukti dari kamu. Bapak harap kamu tetap menjadi siswa yang membanggakan," tambah Pak Yanto."
"Iya, Pak. Terima kasih."
Usai disidang di ruang BK, Elang kembali ke kelas untuk mengambil tas dan barang-barangnya yang ada di loker. Semua mata siswa kelas XI IPA 4 tertuju padanya. Elang benci tatapan aneh itu. Untungnya teman-temannya di kelas memilih bungkam tanpa bertanya macam-macam, kecuali Ryan. Cowok tukang gombal itu penasaran apa yang dilakukan Pak Yanto dan Pak Jaelani pada Elang. Bukan kepo, hanya ingin memastikan kalau sahabatnya tidak dikeluarkan dari sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Elang
Teen FictionViona adalah seorang gadis yang jago taekwondo, tapi gagal secara akademik. Hidup penuh tekanan dari Ayahnya. Viona merupakan fans berat dari vokalis band rock Lion-Jr yang misterius. Baginya Lion-Jr adalah sosok keren yang berhasil membangkitkannya...