"Kalau kita tinggal di negara berbeda, gue bisa tersiksa karena kangen lo terus." - Elang -
***
Viona kini duduk di kursi ruang kerja sang Ayah. Keberadaannya di sini tak lepas dari dorongan Tante Nia yang terus membujuknya untuk sekolah desain di luar negeri. Ya, tadi sepulang Viona dijemput Tante Nia. Wanita itu pun memberikan brosur beberapa kampus di luar negeri. Awalnya Viona sempat ragu, tapi akhirnya ia tertarik juga. Sang ayah yang duduk berhadapan dengannya melihat brosur-brosur yang dibawa Viona.
"Kamu mau sekolah di luar negeri, tapi ngambil jurusan desain?" tanya sang Ayah.
Viona mengangguk. "Iya, Yah."
Ayahnya hanya menghela napas berat. Tapi dari raut wajahnya, Viona tau kalau ayahnya tidak menyetujuinya.
"Ayah bilang kamu harus kuliah IT kayak kakak kamu. Anak-anak Ayah harus meneruskan jejak Ayah di perusahaan."
"Yah, Viona bukan robot yang bisa Ayah kendalikan seenaknya. Viona juga punya cita-cita sendiri."
"Nggak bisa. Sekali pun kuliah di luar negeri, kalau ambil desain Ayah nggak bakal setuju."
Nia mencoba menengahi. Wanita paruh baya itu mendekat ke arah Danar yang sebentar lagi mungkin akan meluapkan lava-lava emosi layaknya gunung meletus.
"Mas, coba kasih kesempatan ke Viona. Biarkan Viona menemukan jati dirinya."
"Enggak, menemukan jati diri nggak menjamin kesuksesan dia di masa depan. Apalagi dia tukang buat onar di sekolah."
"Itu dulu, Mas. Viona sekarang udah berubah. Bahkan Viona jadi ilustratornya penulis buku best seller. Harusnya kamu bangga sama Viona."
"Menjadi illustrator juga nggak menjamin kehidupan dia sukses di masa depan."
"Mas..."
"Pokoknya Viona harus masuk IT kayak Erza. Dia harus masuk perusahaanku kelak."
"Ayah!" celetuk Viona.
"Kenapa? Kamu mau membantah Ayah lagi?"
"Masuk di perusahaan Ayah juga nggak menjamin masa depan Viona bakal sukses. Bisa aja di masa depan perusahaan Ayah bangkrut kan?"
Plaaaakkkk...
Suara tamparan keras itu terdengar saat tangan sang Ayah bergesekan dengan pipi Viona. Nia bahkan sampai menutup mulutnya, tak percaya Viona baru saja ditampar Ayahnya.
"Kamu ingin perusahaan Ayah bangkrut? Bisa-bisanya kamu ngomong kayak gitu? Dasar anak pembangkang."
"Mas udah. Jangan main tangan. Kasihan Viona," Nia menengahi lagi. Wanita itu kini malah duduk bersimpuh di hadapan Danar, berusaha menyelematkan Viona dari sikap keras sang Ayah.
"Yah... tolong ngertiin Viona."
"Kamu mau Ayah bisa mengerti keinginan kamu? Kamu kurang apa lagi? Ayah udah ngasih kebebasan buat kamu. Ayah ngasih kelonggaran ke kamu dalam hal belajar. Ayah membiarkan kamu main dan bergaul sama teman-teman kamu. Ayah mengijinkan kamu ikut taekwondo. Ayah nggak nuntut kamu belajar keras siang malam kayak Erza. Nggak pernah ngurung kamu di rumah atau bimbel buat belajar kayak Erza. Bahkan Ayah menyerahkan segala hal tentang sekolah kamu ke Tante Nia."
"Viona bukan Bang Erza, Yah. Kenapa Ayah selalu menbanding-bandingkan Viona sama Bang Erza. Kami beda, Yah. Bang Erza mungkin masih bisa mengikuti jalan Ayah. Tapi Viona nggak bisa. Viona ingin menenukan jalan sendiri. Viona ingin jadi diri sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Elang
Teen FictionViona adalah seorang gadis yang jago taekwondo, tapi gagal secara akademik. Hidup penuh tekanan dari Ayahnya. Viona merupakan fans berat dari vokalis band rock Lion-Jr yang misterius. Baginya Lion-Jr adalah sosok keren yang berhasil membangkitkannya...