BAB 10

282 51 9
                                    

"Jangan takut. Aku bukan orang jahat. Aku bakal ngelindungin kamu." – Rega—

***

"Viona kok udah pulang, El?" tanya Rega yang masuk lagi ke kamar Elang sambil menenteng buku atlas anatomi Sobota.

"Iya. Gue usir. Dia udah bolos pelajaran kesenian buat jengukin gue. Setelah ini dia nggak boleh bolos pelajaran fisika," jawab Elang. Anak itu masih membungkus tubuhnya dengan selimut tebal.

"Tega banget. Pacar sendiri diusir. Dia bolos kan karena peduli sama lo."

"Kita nggak pacaran."

Rega berdecak heran. "Masih nggak ngaku. Padahal udah main nyosor pipinya Viona," ledek Rega dengan volume suara yang sengaja dikeraskan.

Elang langsung menyibak selimutnya, bangkit dengan mata melotot ke arah Rega.

"Lo tahu dari mana? Dari Ryan?" Elang mendadak panik.

"Dari foto di grup whatsapp GGS lo itu."

"Lo kepoin HP gue?"

"Iya dong. Mumpung lo tidur, gue bobol HP lo."

"Taik lo! Keluar dari kamar gue!" Elang yang mulai emosi mengusir Rega. Ia melempar kasar gulingnya ke tubuh Rega.

"Iya. Gue keluar. Lo istirahat aja." Sebelum keluar Rega menepuk dahi Elang. Ternyata ia menempelkan plester penurun demam di dahi adiknya itu. "Get Well Soon, El."

Elang kembali membungkus dirinya dengan selimut tebalnya. Sedikit emosi dengan kelakuan sang kakak yang seenak jidatnya membobol ponselnya. Tapi di sisi lain ia merasa harus berterima kasih pada Rega yang selalu mempedulikannya meski mereka tidak terlahir dari rahim yang sama. Di balik pintu Rega masih berdiri mematung, ia memandangi adiknya yang tertidur dari celah pintu yang sedikit terbuka. Sejenak ingatan Rega terbang ke masa lalu. Saat ia pertama kali bertemu dengan adik laki-lakinya itu.

Siang itu Rega pulang sekolah dengan sepeda kayuhnya. Bocah berseragam putih-merah itu ngebut mengendarai sepedanya karena sudah tidak sabar ingin menagih janji pada Mamanya. Sebelumnya Risma memang berjanji kalau Rega dapat nilai 100 di ulangan matematika, ia akan memasakkan ayam goreng kesukaan Rega. Sialnya sepeda Rega oleng begitu saja saat ada seorang anak laki-laki yang menyeberang jalan tanpa lihat-lihat. Rega menyerempet anak itu. Keduanya jatuh di aspal yang berdebu. Rega ingin memaki-maki anak itu karena menyeberang jalan sembarangan. Tapi niat itu diurungkannya ketika mendengar isakan tangis bocah kecil itu.

"Kamu kenapa nangis? Ada yang luka?" tanya Rega mendekati anak yang masih terkapar dengan posisi tubuh miring ke kanan. Namun tak ada jawaban, hanya isakan demi isakan yang terdengar.

Rega membantu anak itu benagkit. Ia terkaget melihat wajah anak itu yang penuh luka dan lebam di sana-sini. Ada darah yang mengering juga di sudut bibirnya.

"To-Tolong... Kak..." ucap anak itu lirih.

Tak lama kemudian seorang laki-laki paruh baya datang membawa sebilah kayu yang panjang. Pria itu berjalan cepat mendekati bocah kecil yang kini tak berdaya.

"Tolong... tolong selamatkan aku, Kak." Anak itu begitu ketakutan. Nada suaranya bergetar hebat tatkala sosok pria itu semakin mendekat.

Rega yang mulai paham dengan situasi langsung menggendong anak itu, meninggalkan sepeda kayuhnya begitu saja. Ia kesulitan berlari cepat karena harus menggendong anak itu. Akhirnya ia menghentikan taksi yang lewat. Pergi dengan taksi adalah satu-satunya cara agar pria jahat itu tak bisa menangkapnya dan anak yang kini di gendongannya. Rega yang memang anak cerdas langsung pergi ke kantor polisi terdekat untuk melaporkan kejadian ini. Lalu menelepon Papanya agar anak kecil yang ditemukannya segera mendapat penanganan medis, mengingat begitu luka-luka parah di sekujur tubuhnya.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang