BAB 30

399 44 8
                                    

"Lo harus janji bakal nungguin gue, sampai gue sukses jadi dokter dan bakal ngelamar lo saat kita udah dewasa nanti." –Elang

*** 

"Re ayo buruan!" perintah Elang pada kakaknya yang kini masih sibuk mengaitkan tali sepatunya. Sementara Elang sudah duduk di kursi penumpang belakang mobil Rega. Di kursi depan, tepatnya di samping kursi kemudi ada Ayunda yang sibuk memoles bibirnya dengan lipstick warna peach.

Hari ini adalah hari istimewa bagi Elang karena buku sang ibu dan Viona resmi terbit. Ia sudah tidak sabar ingin melihat acara talkshow dan dilanjutkan dengan bedah buku. Acara itu sebenarnya ditayangkan juga di salah satu televisi swasta. Tapi Elang tidak akan puas jika hanya menonton dari layar televisi.

"Elaahh. Bentar masih nali sepatu nih."

"Gue nunggu lo udah lumutan. Lo dandan aja lamanya ngalahin cewek. Sekarang nali sepatu aja lemot," gerutu Elang membuat Ayunda terbahak melihat pertengkaran kakak beradik itu.

"Gue lama karena nunggu rambut gue kering dulu. Gue kan abis keramas."

"Lo kenapa sih nggak minjem hairdryer-nya Gladys aja?"

"Hairdryer-nya Gladys dirusakin Mama."

"Ya udah lo pakai catoknya Gladys aja. Catok kan juga panas."

"Lo belum tahu? catoknya Gladys dialihfungsikan Mama jadi alat masak buat matengin daging. Gila aja kalau pakai itu rambut gue yang wangi mendadak jadi amis. Lagian rambut pendek gini mana bisa dicatok," timpal Rega tak kalah sengit. Rega akhirnya masuk ke mobil dan segera menghidupkan mesin mobilnya.

"Bodo amat. Emang rambut lo udah bau bangke dari lahir," umpat Elang pada Rega. "Acaranya udah mulai lima belas menit yang lalu nih. Belum nanti kalau kena macet, bisa-bisa udah buyar waktu kita nyampai sana."

"Gampang lo tinggal streaming aja. Apa susahnya, sih?"

"Ya udah kalau gitu minta tethering."

"Ogah! Kuota gue juga limit."

"Kampret lo, Re. Lama-lama gue kepingin bakar rambut lo."

Gelak tawa Ayunda kembali meledak mendengar konversasi konyol Elang dan Rega. "Kalian itu kalau berantem gini lucu ya. Lumayan dapet lawakan gratis."

Setibanya di aula kantor penerbit, acara itu ternyata baru saja selesai. Jelas saja Elang menyalahkan Rega habis-habisan. Sang kakak hanya pasrah menerima omelan dari adiknya. Rega sadar betul kalau ia yang membuat Elang datang terlambat di acara penting ini. Sekarang Elang ngambek bukan main. Wajahnya semakin sinis dan bibirnya dari tadi terus mengumpatkan kata-kata kotor yang membuat kuping Rega panas.

"Kok telat, sih?" tanya Viona saat menghampiri Elang yang berdiri di samping pintu aula.

"Sorry. Gue telat gara-gara dia." Elang melirik Rega yang berdiri di sebelahnya bersama Ayunda. "Dia dandannya lama banget kayak emak-emak mau kondangan," tambah Elang. Rega hanya terkekeh ketika Elang lagi-lagi menyalahkannya.

"Ya udah nggak apa-apa. Gue panggilin Tante Yasmine dulu ya. Lo tunggu di sini."

Elang mengangguk setuju. Ia juga ingin bertemu dengan ibu kandungnya dan memberi ucapan selamat. Sepersekian sekon kemudian Viona kembali bersama Yasmine. Bibir wanita paruh baya itu tersenyum lebar mendapati sosok sang anak datang di acaranya.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang