BAB 25

322 45 2
                                    

Gue cuma mau lo tahu kalau gue beneran suka sama lo dan selalu percaya sama lo, sekali pun lo punya banyak rahasia. " –Viona –

***

"Bangun, kebo!" seru Rega sambil menarik selimut tebal yang membungkus tubuh Elang.

Elang menggeliat, matanya membuka perlahan. "Apaan sih? Gue kan lagi diskors."

"Emang kalau di skors lo bisa santai kayak liburan?" Rega menjitak kepala Elang. "Kebiasaan banget abis subuhan tidur lagi. Mau gue panggilin Mama ke sini?"

"Iya gue bangun. Jangan kasih tahu Mama kalau gue di sini." Elang langsung bangkit.

Rega terkekeh pelan. Mengingat semalam ia sudah memberitahukan keberadaan Elang pada orang tuanya.

"Mandi sana. Abis itu lo ikut gue."

"Ke mana?"

"Ke suatu tempat," jawab Rega. "Gue sama anak-anak kontrakan lainnya ada kuliah sampai sore. Jadi lo mending gue ajak ke suatu tempat biar nggak bosen sendirian di sini."

"Tempat apaan sih?"

"Ntar lo juga tahu sendiri. Udah mandi sana! Abis itu sarapan. Ada roti tawar tanpa selai di meja makan. Kalau haus minum aja air putih di kulkas, soalnya persediaan susu UHT gue abis," titah Rega lagi. Mata Elang langsung membulat. Bisa-bisanya ia disuruh makan roti tawar tanpa selai. Apesnya lagi tak ada susu UHT yang biasanya dijadikan sarapan pagi mendampingi roti tawar. Elang langsung berjalan malas menuju kamar mandi.

***

Mata Elang lagi-lagi membulat ketika Rega menghentikan mobilnya di depan sebuah tempat yang di bagian pagar depannya terdapat papan besar bertuliskan 'Panti Asuhan Pelangi Bunda'. Rega membuka pintu mobilnya. Ia juga menyuruh Elang untuk turun.

"Ngapain lo bawa gue ke sini?"

"Daripada lo nganggur, mending lo jadi relawan di sini. Bantu-bantu petugas pantinya. Daripada lo molor seharian nggak berfaedah."

Elang mengdengus. Bisa-bisanya Rega menuduhkan akan tidur seharian di kontrakan. Padahal ia sudah berencana untuk menghabiskan waktu dengan game online selama menjalani skors.

"Ayo masuk. Ikut gue."

Rega menyeret Elang masuk. Banyak anak kecil berseliweran di Panti. Sepertinya sebagian dari mereka akan berangkat sekolah, terlihat dari seragam yang mereka pakai. Sedangkan yang masih belum sekolah kebanyakan berusia dibawah lima tahun. Dan tentu saja mereka sangat berisik saat berebut mainan atau main kejar-kejaran. Rega mengajak Elang masuk ke sebuah ruangan yang sepertinya difungsikan sebagai ruang tamu. Di ruangan itu seorang wanita berusia empat puluh tahunan menyambut keduanya.

"Eh, Rega. Tumben pagi-pagi udah ke sini?"

"Kangen sama Bu Rita," balas Rega bercanda. Elang akhirnya tahu kalau wanita itu bernama Bu Rita.

"Ihh kamu, Re. Ibu kira ada bakti sosial sama anak-anak BEM lagi ke sini."

"Enggak kok, Bu. Belum ada acara lagi sama anak-anak BEM FK. Begini bu, adek saya lagi nggak masuk sekolah. Jadi dia mau bantu-bantu di sini."

"Oh, ini adek kamu? Ganteng kayak kakaknya."

"Iya, Bu. Tapi saya lebih ganteng," balas Rega membuat Elang ingin muntah. "Namanya Elang, Bu. Dia anaknya rajin kok. Kalau butuh bantuan buat nyapu, ngepel, nyuci baju, setrika atau gantiin popok anak-anak bisa nyuruh dia."

Gantiin popok? Siapa juga yang mau? Elang membatin dalam hati. Ia langsung menyikut Rega dan melemparkan tatapan nyalang. Sayangnya Rega tak mengacuhkannya.

About ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang