Malam itu, dengan hati yang hancur aku terdiam dimobil Dena yang sedang berjalan kearah rumah Dena. Aku tidak menangis, aku menahannya sekuat mungkin. Meskipun dadaku terasa sesak, kepalaku terasa akan pecah karena memikirkan banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang bisa menjelaskan ini semua, meskipun mataku terasa panas, aku menolak menangis.
Aku telah menceritakan pada Dena apa yang sudah kulihat di cafe tadi. Dena yang tahu setiap detail hubunganku dengan kak Vino, mengeluarkan segala sumpah serapah, bahkan dalam bahasa jawa timuran yang aku benar-benar tidak tahu lagi apa artinya. Kenyataan bahwa Dena lebih marah daripada aku, sedikit menghiburku. Dena memelukku, membelai punggungku, menenangkanku. Dia mengatakan tentang bahwa laki-laki brengsek seperti itu tidak pantas untuk kutangisi, hal itu yang membuatku berhenti menangis.
Aku bertanya pada Dena, apakah aku bisa menginap semalam saja dirumahnya hari ini. Aku tahu, besok hari senin dan besok aku harus pergi ke sekolah untuk ujian sekolah, aku hanya tidak ingin pulang kerumah hari ini. Aku tidak siap bertemu dengan kak Bella. Aku takut dia akan bercerita tentang hubungannya dengan kak Vino malam ini. Aku tahu cepat atau lambat aku harus menerima kenyataan ini, tapi tidak untuk dalam waktu dekat. Aku tidak akan membiarkan masalah ini mengacaukan fokusku pada ujian sekolah yang sudah didepan mata.
Tentu saja Dena dengan senang hati mengijinkanku menginap dirumahnya, dia bilang aku bahkan bisa pindah kerumahnya sekalian, dan dia akan mengangkatku sebagai kakaknya dengan nada gurauan. Aku sangat menghargai usahanya untuk meringankan suasana. Aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya. Malam itu juga aku memberi kabar pada mama bahwa aku tidak akan pulang dan akan meginap dirumah Dena. Dia memberiku ijin dengan sedikit terpaksa.
Mama being mama, dia langsung tau ada yang salah denganku hanya dengan mendengar suaraku. Dia bertanya apa aku menangis? Dalam hati aku menjawab "jackpot!", tapi aku hanya membalas aku sedang sedikit flu. Mama yang tidak percaya alasanku terus menekanku, bertanya apa ada yang salah. Aku ingin segera mengakhiri pembicaraan ini dan aku mengatakan akan menceritakan semuanya besok, dan mama akhirnya menerima itu. Tentu saja aku bohong, mama tidak perlu tahu hal ini. Aku tidak ingin mama menanyakan hal ini pada kak Bella.
Besok aku harus pulang kerumah pagi buta, dan segera bersiap kesekolah jika tidak ingin melewatkan ujian sekolah pertamaku. Aku langsung berusaha tidur dan memejamkan mataku sesampainya dikamar Dena. Dena yang paham keinginanku untuk tidak membahas masalah ini lagi, menurut dan ikut tidur disampingku.
Hening malam menyelimuti, aku menghela nafas yang terasa memberatkan dadaku. Aku kembali membuka mataku, aku melihat Dena menatapku dengan wajah khawatir. Aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil, senyuman yang bermaksud untuk meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa, tapi sepertinya tidak berhasil karena Dena menunjukkan ekspresi yang semakin khawatir. Aku tidak yakin apa aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Setiap aku memejamkan mata, memoriku tentang kak Vino dan kak Bella berciuman kembali berputar seperti sebuah video. Memaksaku kembali membuka mataku.
"Gak bisa tidur?" Tanya Dena.
"Ya.. sepertinya aku homesick" gurauku.
"Jadi kamarku tidak nyaman untukmu?" Dena memanyunkan bibirnya, membuatku tersenyum sambil menggeleng karena sikap kekanakannya.
"Terima kasih Dena. You are the best bestfriend in the world. I couldn't ask for more." Ucapku sangat pelan, lebih mirip dengan bisikan. Tapi aku yakin Dena mendengarnya dengan baik.
"Aaaww so sweet. That is what friend for right, no meed to thank me." Balasnya kemudian memelukku dengan posisi yang masih rebahan diatas kasurnya.
"Sudah malam, ayo tidur." Ucapnya setelah beberapa saat keheningan, yang kubalas dengan anggukan.
Aku kembali memejamkan mataku. Kali ini aku berusaha untuk tidak mempedulikan bayangan mereka berdua yang sedang berciuman. Lambat laun, rasa kantuk menyerangku. Dan akupun berhasil tertidur saat jam menunjukkan pukul 23.00.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Curve
ChickLitApa deskripsi wanita cantik? Tinggi, seksi, bentuk badan bak gitar spanyol, kulit yang cerah dan mulus tanpa cela, bla bla bla dan sebagainya. Ya ya ya.. benar itu deskripsi wanita cantik. Tapi, lalu bagaimana dengan wanita yang pendek? Berkulit hit...