-28-

2.5K 227 4
                                    

"Kenapa sih kok muka lo kaya sedih gitu?" Tanya Davin sambil mendorong troli belanjaan kami.

Ucapannya membuyarkan lamunanku. Aku mengedarkan pandanganku, melihat sekitarku. Tanpa kusadari selama ini aku sudah berjalan di lorong supermarket tanpa tahu apa yang sudah kulewati. Aku ingin membeli daging sapi untuk barbeque nanti malam. Tapi sepertinya aku melewatinya begitu saja, karna aku melihat bagian daging dan ikan segar sudah ada dibelakangku saat ini. Ya hari ini adalah malam tahun baru, dan seperti yang sudah direncanakan sebelumnya aku akan merayakannya bersama Davin dirumahnya. Tentu saja bersama si imut Devina juga.

Aku menatap Davin yang ada disampingku. "Kok dilewatin begitu aja sih dagingnya Vin?" Aku memanyunkan bibirku, kemudian memutar badan dan berjalan kembali ke arah daging. Davin membuntutiku dibelakang.

"Gue udah bilang daritadi kali Ra. Lo nya yang ngeloyor terus. Kirain mau cari yang lain dulu. Makanya jangan suka ngelamun. Ada apa sih?" Tanya Davin sekali lagi, tapi aku hanya menggelengkan kepalaku.

Aku memilih dan memilah daging sapi yang dipajang, dan tidak lupa melihat harganya. Memilih daging yang terlihat segar dan sedang diskon adalah prioritas utama. Akhirnya aku memilih empat bungkus daging yang masing masing seberat 250 gram. Aku juga mengambil ayam potong 1 kilogram dan memasukkan semuanya kedalam troli.

Sekali lagi aku mengecek isi troli. Daging sapi, daging ayam, sayuran dan bumbu semua sudah lengkap. Tidak lupa beberapa biji jagung manis untuk dibakar, tidak lengkap perayaan tahun baru sebelum ada jagung bakar kan. "Sudah semua nih Vin. Yuk bayar, langsung kerumahmu siap-siap."

Kami berjalan kekasir dan sialnya antrian begitu panjang. Tidak heran, karena hari ini hari libur nasional. Banyak keluarga yang pastinya ingin keluar rumah untuk jalan-jalan atau sekedar berbelanja bulanan.

Setelah menunggu antrian sekitar setengah jam, akhirnya kami ada dibarisan paling depan. "Ini mbak" aku menyodorkan kartu atmku pada kasir yang saat itu sedang bertugas.

Davin dengan segera merebut kartu atmku dan mengeluarkan kartunya sendiri. "Pake ini aja mbak" ucapnya pada kasir dengan senyuman yang sangat manis. Aku yakin jika kasir ini lebih muda dan bukan wanita yang terlihat berumur diatas 30, dia pasti sudah terpedaya oleh senyum itu.

"Vin?" Aku menatapnya dengan penuh tanya.

"Gue kan tuan rumahnya,masa tamunya yang bayar." Jawabnya santai.

Aku memutar bola mataku. Aku ingin membayar semua karna Davin sudah mengeluarkan banyak uang untuk hadiah natalku. "Patungan deeeh" paksaku.

"No." Jawabnya singkat dan tidak menyisakan tempat untukku berdebat. Lagi-lagi aku pasrah dan membiarkannya membayar makanan kami. Atau lebih tepatnya kali ini calon makanan kami.

Setelah puas berbelanja untuk keperluan nanti malam kami berjalan kembali keparkiran dan masuk mobil Davin setelah semua belanjaan masuk dengan rapi dibagasi mobil. Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 15.11 sore. Masih banyak waktu sebelum makan malam. Mungkin aku akan membersihkan sayuran dan memotongnya. Mempersiapkan bumbunya dan menghabiskan waktu dengan Devina. Davin bisa mempersiapkan peralatan barbequenya.

Ah, aku juga meminta Davin membeli banyak kembang api yang aman untuk dimainkan anak-anak, agar Devina bisa ikut bermain bersama kami. Walaupun aku yakin dia tidak akan bisa tetap terjaga sampai tengah malam. Kami selalu bisa menyalakan kembang api kecil lebih awal, dan menyimpan kembang api yang besar untuk dinyalakan tepat jam 12 malam.

Kami sudah ada dijalan raya ketika Davin berbelok kearah yang bukan rumahnya. Aku menatapnya dengan penuh tanya. Seakan mengerti akan arti tatapanku, dia menjelaskan "Ra lo gue anter pulang dulu ya. Gue ada urusan mendadak nih. Nanti gue jemput jam 6 sore oke?" Ucapnya.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang