-34-

2.1K 231 6
                                    

New day, new experience. Akan ada pengalaman baru yang selalu kita alami tiap harinya, arau setidaknya itu yang kita harapkan. Sore ini, seperti yang sudah dijadwalkan, aku akan melakukan tes wawancara dengan salah seorang perwakilan dari universitas di Italia.

Aku telah mempersiapkan laptopku didalam kamar. Kuletakkan diatas meja belajarku dengan kamera yang menghadap tepat padaku jika aku memposisikan diri duduk dikursi belajar. Aku juga memastikan pencahayaan ruangan bagus, agar tidak terlalu gelap ataupun terlalu terang. Untungnya sore itu matahari tidak ebersinar terlalu terik, tapi tidak juga mendung. Sangat pas terlihat dikamera. Sepertinya cuacapun sedang mendukungku. Aku juga sedikit membersihkan dan merapikan kamarku, agar jika terlihat rapi dikamera dan tidak ada barang yang bergeletakan dimana-mana. Alasan kedua tentu saja karena Davin akan menemani wawancaraku. Jika dia masuk kamarku, tentu aku ingin kamarku terlihat serapi mungkin.

Aplikasi skype dalam laptopku sudah terbuka, aku hanya tinggal menunggu panggilan video datang dari Mr. Peter, pewawancaraku. Aku tidak merasa terlalu tegang, berbeda dengan yang kurasakan waktu pertama kali membaca email bahwa akan ada tes wawancara. Semua karna Davin ada disini dan memberiku semangat. Dia sedang ada diatas kasurku, duduk dengan tenang dan jauh dari titik fokus kamera, karena kasurku ada dipojok kanan kamarku, dan meja belajar ada dipojok kiri kamarku.

Pukul 15.00 tepat, sebuah video call masuk dengan nama Mr. Peter tertera dibawah foto seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan jas. Salah satu yang orang Indonesia harus pelajari dari negara maju adalah betapa ketepatan waktu adalah hal yang sangat dihargai disana. Papa selalu mengajarkanku hal ini, "lebih baik datang setengah jam lebih awal dari waktu perjanjian daripada terlambat dan membuat orang lain menunggu walau satu menit saja." Berhenti menggunakan jam karet, jika ingin dihormati atau disegani orang lain.

Aku melirik Davin sekilas, dan dia memberiku kepalan tangan yang mengarah keatas untuk memberiku semangat. Aku akan senang jika mama juga ada disini memberiku semangat, tapi dia berhenti bicara padaku setelah kejadian diruang makan malam itu. Begitu juga kak Bella. Aku berjanji akan menyelesaikan masalah itu setelah selesai dengan yang satu ini.

Setelah mengambil nafas dalam dan panjang, aku segera menerima panggilan tersebut. "Good morning Mr. Peter, my name is Mia Cara. It's nice to meet you" sapaku sesopan mungkin. Karena disana masih pagi, aku juga mengucapkan selamat pagi daripada selamat sore. Mr. Peter mengenakan pakaian yang sangat formal. Kemeja, dasi, dan jas. Beruntung aku memutuskan untuk memakai blazer formalku juga, jadi tidak terlalu terkesan casual walaupun tidak mengenakan dasi. Aku mengenakan kemeja berwarna krem dan blazer berwarna abu-abu gelap. Celana? Ummm itu tidak penting, tidak akan terlihat di kamera. Sejujurnya aku hanya memakai hotpants okay. Memakai blazer sudah membuatku gerah, setidaknya bagian bawah tidak.

"Good Morning Miss Mia, its nice to meet you too" jawabnya dengan bahasa inggris yang memiliki sedikit aksen Italia, tapi masih bisa kumengerti dengan sangat jelas.

Perbincangan kami berlanjut dengan sangat lancar selama setengah jam kemudian. Hampir semua yang kami bicarakan adalah tentang kegiatanku selama masih bersekolah, dan kegiatanku saat ini. Aku bersyukur aku sangat aktif berorganisasi saat sekolah. Aku juga bersyukur aku memiliki sedikit pengalaman di bidang fotografi secara profesional meskipun hanya menjadi asisten fotografer. Mr. Peter nampak puas dengan setiap jawaban yang kuberikan. Beliau bahkan banyak bertanya lebih lanjut tentang pengalamanku sebagai asisten fotografer.

Pertanyaan lain tentu saja tentang mengapa aku tertarik dengan dunia fotografi, dan mengapa aku memilih untuk melanjutkan studi di Politecnico Di Milano. Aku menjawabnya dengan penjelasan panjang lebar tentang cita-citaku menjadi fotografer ternama dan bahwa Italia adalah tempat yang paling tepat untuk mempelajari dunia fotografi, dimana setiap sudut kota adalah ruang kelas yang bisa menjadi sumber inspirasi pemotretan. Aku benar-benar merasa senang dan entahlah, bangga? Karena Mr. Peter terus berkata, wow! Atau nice! Bahkan impressive.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang