-41-

2.5K 274 13
                                    

Dihari terakhirku di Indonesia, aku menghabiskan waktuku bersama Davin. Dari pagi hingga malam datang. Dia sangat manda dan meminta banyak hal hari ini. Tapi sedikit banyak aku paham dengan apa yang diinginkannya. Hubungan kami baru berjalan hampir dua bulan, tapi aku sudah akan pergi meninggalkannya untuk waktu yang sangat lama. Tidak banyak aktifitas sebagai pasangan yang kami lakukan dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Maka dari itu aku paham jika hari ini Davin ingin melakukan banyak hal sebelum aku pergi. Meskipun akibatnya badanku terasa pegal karena terlalu lelah.

Kami sudah ada didepan rumahku saat ini, lebih tepatnya didalam mobil Davin yang terparkir didepan pagar rumah. Setelah pagi tiba-tiba dia membawaku ke pasar dan memintaku untuk membuatkannya sarapan semur jengkol yang sama sekali belum pernah kubuat sebelumnya, siangnya dia membawaku pergi ke mall. Disana kami bermain di timezone. Awalnya aku mengejeknya bahwa dia seperti anak kecil yang meminta bermain di timezone, tapi nyatanya aku sangat menikmati segala game machine yang ada disana. Ada kejadian lucu dimana Davin menghabiskan separuh koin yang kami beli untuk permainan capit boneka. Dia ingin memberiku boneka baymax yang ada didalam mesin itu. Dia bilang bonekanya mirip dengannya, jadi selama di Italia boneka itu yang akan bertugas menemaniku dan menjagaku. Manis bukan?

Hasilnya? Tentu saja gagal. Dia tidak bisa mengambilnya, dan aku melarangnya untuk menggunakan sisa koin yang kami miliki. Jika kubiarkan, mungkin dia akan menghabiskan seluruh koin dan dia tetap tidak akan bisa mendapatkan bonekanya. Dengan wajah cemberut dan gerutuan yang tidak bisa kudengar, dia pergi kesuatu tempat dan memintaku untuk tidak bergerak satu langkahpun dan menunggunya. And you know what? Dia kembali dengan boneka baymax berukuran 3x lipat lebih besar dari yang ada didalam mesin. Dia bilang begini, "Siapa yang butuh mesin capit jika kamu bisa membeli yang lebih besar dan lebih lembut ya kan?" Aku sampai tidak bisa mengontrol tawaku yang pecah saat itu juga. Kurasa harga dirinya terluka, sampai-sampai dia pergi dan membeli boneka yang lebih baik dari yang ada didalam mesin.

Selama di mall dia terus menggandeng tanganku kemanapun kami berjalan. Tidak sedikitpun dia melepasnya. Aku sempat protes padanya karena kami tidak terbiasa untuk menunjukkan "kedekatan" kami di tempat umum. Tapi aku hanya bisa pasrah dan menurutinya saat dia berkata, "Aku pingin pamer ke semua orang. Please let me do this at least once" Ada sedikit rasa bersalah setelah mendengarnya berkata seperti itu. Karena inikah dia memilih tempat keramaian sedari tadi? Akupun pada akhirnya terus menggenggam tangannya selama acara jalan-jalan kami. 

Sebelum kami berpindah ke destinasi selanjutnya, kami menyempatkan diri untuk berfoto di booth photobox. Tentu saja ini ide Davin. Dia bilang dia ingin memiliki foto denganku hasil photobox untuk diletakkan didompetnya seperti pasangan lainnya. Meskipun dalam hati aku melancarkan protes, karena hanya pasangan bocah yang menyimpan foto hasil photobox didompetnya, tapi aku tidak menyuarakannya dan hanya menurutinya. Aku akan menuruti semua permintaannya hari ini. Karena dia sudah mengajukan permintaan yang takut untuk kuajukan, menunggu. Dia akan menungguku.

Mungkin orang akan bertanya-tanya, bagaimana mungkin setelah dipermainkan seperti itu aku dengan mudah memaafkannya? Jawabannya sederhana. Karena aku mencintainya. Karena aku percaya padanya. Dia bilang bahwa taruhan bukan lagi tujuannya ketika dia datang ke promnite denganku. Dia datang karena dia ingin. Kedekatan kami juga tidak ada hubungannya lagi dengan taruhan itu. Jika dia hanya memikirkan taruhan, dia tidak perlu datang kerumahku sesering itu setelah promnite. Tapi nyatanya dia datang, dia membantuku, menghiburku, menasehatiku saat orang lain tidak bisa melakukannya. Aku percaya dia tulus, jadi aku memaafkannya.

"Boleh aku minta satu hal lagi, ini yang terakhir." Ucap Davin memecah keheningan dalam mobilnya.

"Katakan saja.."

Davin membuka laci yang ada didasbor mobilnya. Dia mengeluarkan kotak kecil yang dilapisi kain beludru berwarna hitam. Bahkan sebelum dia membuka kotak kecil itu, aku tahu apa isinya. "Please accept and wear this." Davin membuka kotak kecil itu dan menyodorkannya padaku.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang