-14-

3.1K 294 4
                                    


Aula sekolah telah disulap menjadi tempat perhelatan pesta yang sangat meriah. Red carpet digelar disepanjang jalan sebelum memasuki pintu aula. Kami diharuskan berhenti di foto booth, berlatar belakang banner hitam penuh dengan nama-nama sponsor acara, untuk berfoto per pasangan sebelum masuk keruangan. Ini merasa ini sudah seperti acara di Hollywood saja.

Ketika memasuki ruangan, kami disambut oleh dekorasi yang sangat indah. Karena semua dinding ruang aula kami adalah kaca, kini kaca-kaca itu ditutup, dilapisi dengan kain kelambu berwarna emas. Diatas kelambu terdapat untaian tali yang dipenuhi oleh lampu-lampu kecil yang berwarna-warni, memberikan sedikit penerangan dalam ruangan, tapi tetap redup memberikan suasana tenang. Vas-vas tinggi berisi bunga yang indah berdiri tegak setiap jarak 2 meter.

Panggung dibangun tepat di seberang pintu masuk aula, menjadi perhatian pertama setiap kali ada yang memasuki ruangan. DJ booth dan peralatan band lengkap ada diatasnya. Dilangit-langit panggung terdapat beberapa lampu sorot dengan berbagai warna dan motif, yang terus bergerak memberi efek yang lebih meriah dipanggung yang megah itu. Tidak lupa empat buat lampu LED besar disetiap pojok ruangan, menyorot kearah panggung dengan terangnya.

Booth makanan ringan, dan minuman ada disamping kiri. Sedangkan disamping kanan adalah sebuah kolase raksasa sepanjang 10 meter yang berisikan foto-foto murid angkatan kami dari saat junior himgga senior yang ditempelkan secara acak. Sebagian besar foto itu adalah foto candid yang kuambil dengan kameraku.

Pembina ekstrakurikuler jurnalistik dengan jelas menginstruksikanku dan beberapa photografer di club kami untuk mengambil sebanyak mungkin foto candid dari sejak pertama kami bergabung dengan club. Bahkan kami mendapatkan dana khusus untuk mengambil dan mencetak foto-foto itu. Aku senang sekaligus bangga, hasil karyaku dipajang dan hari ini dinikmati oleh banyak orang. Kolase raksasa itu menarik perhatian banyak orang, yang ingin mengenang masa-masa SMA mereka. Melihat mereka tersenyum dan tertawa melihat karyaku, membuatku sangat bersemangat dan ingin terus berkarya lebih baik lagi.

Aku berjalan dengan Davin disampingku, Dena dan Bayu ada didepan kami. Davin memintaku untuk menggandeng tangannya, tapi saat aku menolaknya dia malah merangkul pinggangku. Aku menyerah dan lebih memilih menggandeng tangannya, aku menyingkirkan tangan Davin dari pinggangku. Dia hanya menyeringai puas.

Aku tidak pernah sadar hal ini, tapi Davin sangat tampan dengan kemeja dan jas fit body nya. Jas yang dikenakannya sangat membentuk tubuhnya dengan baik. Seakan-akan jas itu memang hanya dibuat untuknya. Rambutnya sedikit berantakan, tapi hal itu semakin membuatnya tampak tampan. Senyumnya sangat manis walaupun dia tidak memiliki lesung pipi seperti kak Vino.

HUH?
Kenapa aku membandingkannya dengan kak Vino? Aku harus benar-benar berhenti memikirkan tentangnya. Aku melihatnya dan kak Bella tadi, didekat pintu masuk. Tapi aku tidak menghiraukannya. Aku datang untuk bersenang-senang hari ini.

"Now, tell me Davin. Gimana bisa Dena bikin kamu dateng kesini sama aku? Apa dia maksa?" Tanyaku saat kami berdiri berdua disalah satu spot yang tidak terlalu ramai.

Davin hanya mengedikkan bahunya sebelum berkata, "gue yang nawarin diri. Dena sama sekali gak maksa." Terangnya yang semakin menimbulkan banyak pertanyaan.

"Tapi kenapa?"

"Uumm..." Davin tampak ragu untuk menjawabnya.

"Kenapa Davin? We barely know each other." Desakku.

"I saw you with him. Gue liat lo masuk kekelas sama pak Vino. Terus gue liat cuman pak Vino yang keluar. Jadi gue masuk kekelas buat ngecek lo, dan lo disitu lagi nangis dilantai." Jawabnya membuatku terdiam dan beku ditempatku berdiri.

Davin melihatku. Dia melihatku saat aku lemah. Gak seharusnya dia tau sisi lemahku. Memalukan sekali. Dia pasti hanya kasihan padaku.

"Kara?" Davin menjentikkan jarinya didepan wajahku, membuyarkan lamunanku.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang