Kerja keras yang Fany lakukan, akhirnya mencapai akhir. Jam pun menunjukan diangka sembilan lewat.
Fany menghampiri taeyon yang masih mengetik di komputernya.
"Unnie pulang dulu" Fany memanggil unnie karena memang teayoen yang menginginkannya. Teoyoen mengaku bahwa Fany mirip dengan keponakan yang ada di Busan.
Menghilangkan kerinduan, sejak keponakannya tersebut meninggalkan dunia fana karena mengindap penyakit leukemia.
"Akh ya Fany, oh ya ada sesuatu untukmu" saat teayon melihat Fany hanya menggunakan sandal jepit.
Teayeon mengambil kotak sepatu yang untuk Fany dari baekhyun. Awalnya saat baekhyun memberi dua kotak sepatu untuknya dan untuk Fany, teoyeon sudah berprasangka buruk pada kekasihnya.
Tapi itu semua hilang saat baekhyun mengatakan bahwa kotak sepatu yang diberikan untuk Fany adalah dari Siwon, CEO perusahaan ini.
Saat meminta alasan pada baekhyun, mengapa bosnya memberikan kotak sepatu Fany. Baekhyun juga tak tahu apa alasannya. Hanya bosa dan Tuhan yang tahu.
"Akh Gomawo Unnie" Fany langsung memeluk taeyoen setelah membuka isi yang ada di kotak tersebut.
Taeyoen hanya tersenyum, melihat Fany yang sangat gembira. Mungkin belum saatnya taeyoen memberitahukan dari siapa sepatu itu berasal.
"Sudahlah cepat pulang, hati-hati" Fany melepaskan pelukannya dan mengangguk lalu pergi.
Beberapa langkah Fany pergi, fany membalikkan badan. Menggunakan jarinya untuk membentuk Love yang ditujukan pada teayoen.
"Hati-hati" ucap taeyoen karena melihat Fany tersandung dengan langkahnya sendiri.
Fany pun hanya bisa tersenyum, mengingat kelakuannya yang sedikit ceroboh.
Akh jadi teringat seseorang.
Lelah, itu yang dirasakan Fany. Matanya terpejam mungkin tidur di bus bisa menjadi alternatif untuk menghilangkan lelah.
Saat mata Fany terpejam, Chanyeol menaiki bus yang sama. Saat itu pula Chanyeol tertarik untuk duduk di samping Fany.
Chanyeol menegapkan bahunya mencari posisi enak, saat mencari posisi yang enak tiba-tiba kepala Fany bersandar di pundak Chanyeol.
Chanyeol kaget saat kepala Fany menyender pada bahunya. Saat itu pula tangan Chanyeol ingin memindahkan kepala Fany pada kaca, tapi saat itu juga Fany mencari kenyamanan pada bahu Chanyeol.
"Sepertinya kau sangat cape fany, biarlah sekali ini saja kau menyenderkan kepalamu. Memang bahuku ini sangat nyaman untuk bersandar" Chanyeol hanya tersenyum tipis mengakui bahwa dirinya pundakable.
Fany terbangun dari tidurnya, untung saja belum terlewatkan halte dekat rumahnya.
"Rasanya nyaman, apakah aku sedang bermimpi?" Ucap Fany dalam hati.
"Ekhmmm" Chanyeol berdeham untuk menyadarkan Fany.
"Akh Mianne"saat tahu Fany menyandarkan kepalanya pada chanyeol.
"Tak apa, tapi ini tak gratis oke. Sampai jumpa lagi" Chanyeol turun dari bus sambil melambangkan tangan pada Fany
Fany hanya mengangguk dan tersenyum tipis merasa tak enak dengan kelakuannya.
"Akh dasar bodoh Fany" Fany memukul kecil pada kepalanya.
Ya Fany harus membalas kebaikan Chanyeol tapi dengan cara apa?. Mungkin Nnti jika kita bertemu lagi, Fany akan memenuhi persyaratan nya.
#####
Fany memasuki rumahnya, sederhana itu yang bisa menggambarkan rumah Fany. Fany melihat eomma nya tertidur pulas sampai tak terasa buku yang dibacanya terjatuh.
Fany melangkah mendekat memungut buku tersebut, Fany melihat ada yang terjatuh dari buku tersebut.
"Kertas apa ini?" Fany membukanya perlahan, agar tidak mengganggu tidur nyenyak Yuna.
"Eoamma, hiks" Fany membungkam mulutnya air matanya sudah terjatuh deras dengan perlahan.
"Kau sudah pulang nak?" Yuna terbangun dari tidurnya. Sungguh Fany tak ingin terjadi, mengapa eomma nya menyembunyikan hal se begitu pentingnya.
"Kau sudah membacanya?" Tanya Yuna dengan cemas. Ketakutan dan rasa bersalah menghampiri.
"Kenapa eoamma tak bilang, mempunyai utang sebanyak ini. Fany anak eomma"Fany meminta penjelasan, bukan hanya sedikit utang yang dimiliki keluarganya. Harus sepuluh tahun untuk melunasinya, untuk pekerjaan sekarng.
"Maafkan eomma nak, ini untuk kebaikanmu "Yuna menggenggam erat tangan Fany.
Rentenir ternyata sudah lama mencari keberadaannya.
"Tapi tenang, ayahmu sudah mempunyai banyak tabungan. Lihat ini lihat Fany" Yuna menghapus air matanya, memperlihatkan tabungan yang ayah Fany kumpulkan.
Tapi memang utang pada rentenir itu sangat picik. Tabungan itu mungkin bisa melunasi hutang tapi tidak dengan bunganya.
"Kapan rentenir itu akan menagih kembali?" Khawatir itu pasti. Mereka merasakan bagaimana kejamnya rentenir.
Akan tinggal dimna mereka. Rumah ini adalah aset terakhir bagi Fany dan Yuna.
"Sebulan lagi" Yuna mengatakannya sangat pelan. Bagaimana mungkin mengumpulkan 1milyar dalam sebulan.
"Istirahatlah nak, kau pasti capek biar kita fikirkan besok" Yuna mengelus rambut Fany dan melangkah meninggalkan Fany menuju kamar.
Fany sendiri tak menjawab, Fany tetap fokus dengan surat yang diberikan rentenir itu. Sungguh kejutan yang sangat luar biasa.
Fany melangkah pula menuju kamarnya, membuka laci untuk mengetahui seberapa banyak uang tabungannya.
"Hanya segini? Mana cukup" Fany menghembuskan nafas kasar. Sungguh berat hidup ini.
Tak ingin menyalahkan siapa pun, karena memang ini yang terjadi. Fany pun tak menyangka, biaya hidupnya selama ini dapat pinjaman dari rentenir.
Mengapa ibunya tega?
Andai saja jika Fany tahu semua ini, mungkin Fany akan memilih bekerja di bandingkan kuliah.'Makasih Vote and comentnya🙏🏻
Maaf jika gaje.Wah pundak Chanyeol, bagaimana rasanya?
Nyaman! Itu pasti
KAMU SEDANG MEMBACA
고마워
ФанфикGomawo Satu kata yang Tiffany berikan pada Siwon, karena itu kata yang pas untuk menggambarkan kehidupan yang di jalani sekarang, bukan nanti dan bukan pula dulu Semoga suka ceritanya🙏🏻