(Seaseon 2): 8. Minta Maaf

78 13 0
                                    

     Bahar mengikuti Omer keluar dari rumah. Terlihat pria itu masuk ke dalam mobil. Karena penasaran, Bahar juga melangkah ke arah mobil, kemudian masuk ke dalam mobil.

“Kali ini, Omer, aku akan mengikuti apa yang akan kaulakukan.” Bahar emosi. Menyalakan mesin mobil, lalu mengendarai mobilnya mengikuti mobil suaminya pergi.

_____

      Singkat cerita, mobil pria itu berhenti di depan rumah sakit. Sementara Bahar, ia melihat suaminya turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam rumah sakit.

Dari sinilah yang membuat Bahar bingung dan bertanya-tanya akan sikap Omer yang aneh, mengapa Omer pergi ke rumah sakit yang padahal sehat-sehat saja, serta dia bersikap santai. Jangan-jangan Omer kena virus HIV? Bukan! Hipertensi? Pasti dia sudah terkena stroke! Atau dia sedang melakukan terapi? Ah, bisa jadi itu!

Tanpa basa-basi lagi, Bahar turun dari mobil, melangkah masuk ke dalam rumah sakit untuk mencari tahu ada apa dengan Omer.

______

      Hasret setia menemani putrinya sedang tidur, duduk sambil membelai lembut kepala putrinya. Ia lakukan sampai tertidur juga.

Putrinya—Aysegul—tidak akan tahu kalau ibunya masih hidup, tidak menyadari atas kehadiran ibunya di sisinya. Aysegul hanya tahu ibunya sudah meninggal. Jujur saja, kadang Hasret bingung harus berbuat apa, putrinya belum tahu kebenarannya. Kalau ia menunjukkan diri dan memberitahu bahwa dia masih hidup, bisa jadi dia berbicara seperti Omer, ayahnya.

“Ibu, Ayah,” igau Aysegul membuat Hasret terbangun.

“Aysegul?” gumam Hasret, langsung bangun dan memegang tangan putrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aysegul?” gumam Hasret, langsung bangun dan memegang tangan putrinya. “Ibu di sini, Sayang. Ibu di sini.”

Tak lama kemudian, Omer melangkah cepat memasuki ruangan Aysegul dirawat.

“Aysegul, kau kenapa lagi, Nak?!” cemas Omer.

Hasret memandang Omer sejenak, kemudian ia pergi meninggalkan ruangan ini. Hasret menangis di depan ruangan.

Tak lama setelah Hasret berlalu, Aysegul terbangun. Napasnya terengah-engah. Takut. Gadis itu langsung memeluk Omer, sementara Omer langsung membalas pelukan putrinya dan menenangkannya.

“Ayah, aku takut, Ayah!” lirih Aysegul terengah-engah. Tangisannya pecah. “Aku takut.”

Omer melepaskan pelukan putrinya, kemudian memegang pipi gadis itu. “Itu hanya mimpi, jangan takut.”

“Itu terasa bukan mimpi, Ayah. Aku merasa ... aku jatuh di kejadian yang sama, kejadian sepuluh tahun lalu! Aku sudah kehilangan Ibu, Ayah! Aku tidak ingin kehilangan Ayah!” Aysegul kembali memeluk ayahnya.

DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang