11. Keributan Yang Tak Terduga

150 25 18
                                    

      Hasret dan Omer menghampiri Nasan.

“A-apa yang kalian lakukan?” Nasan ketakutan. Hasret dan Omer kebingungan mau jawab apa. Dua orang itu celingukan saling melirik, lalu melirik lagi ke hadapan Nasan. “Answer me, Abi, Abla!”

______

      Kini mereka bertiga ada di ruang tamu; Hasret dan Omer duduk di sofa, sementara Nasan mondar-mandir sambil memijat kepalanya di hadapan mereka berdua.

Omer terpaksa menceritakan semua tentang hubungannya dengan Hasret pada Nasan. Karena kalau tidak demikian, maka Nasan akan memberitahu semuanya pada seluruh Keluarga Demir. Ah, gawat! Bisa-bisa mereka berdua diusir dari rumah. Tapi kalau itu memang terjadi, tidak masalah bagi mereka. Omer langsung menikahi Hasret setelahnya.

“Jadi kalian menjalin hubungan ... kekasih? Allah, allah! Jangan ahmak kalian, ingatlah bahwa kalian hanya sahabat, malahan Omer menganggapmu hanya seperti saudarinya, Hasret. Bagaimana jika Ayah dan Ibu tahu mengenai hal ini? Tidak lain jawabannya kalian akan diusir!” Nasan menjelaskan secara lantang.

“Hubungan persahabatan sampai persaudaraan pun tidak akan tahan karena adanya cinta, Nasan. Contohnya kau dan Can.” Omer membantah penjelasan itu.

Hasret menoleh. “Can? Siapa Can?”

“Can, Hasret. Inspektur yang kita temui beberapa waktu lalu,” jawab Omer.

“Hei, kami hanya bersahabat, tidak lebih.” Nasan mengangkat kedua pundaknya. “Dasar ahmak!”

Tak lama kemudian, mereka bertiga mendengar suara klakson mobil dari luar.

“Itu pasti Ibu dan Ayah sudah pulang,” gumam Nasan. Gadis itu keluar dari rumah.

Di luar, Nasan melihat seorang pria keluar dari mobilnya, kemudian ia berjalan cepat ke arah Nasan. “Suprise!”

“Kak Yamaz,” gumam Nasan. Pria itu adalah paman dalam anak-anak di Keluarga Demir. Namun karena dia berselisih puluhan tahun lebih muda dari Ozgur, maka anak-anak itu memanggilnya kakak.

Yamaz langsung memeluk Nasan, tak lama kemudian melepaskannya. “Apa kabarmu, Nasan-ku yang manis?”

“A-aku baik-baik saja.” Nasan merasa canggung tapi senang.

“Di mana Ibu dan Ayah? Di mana Elif dan Nisan juga?” Yamaz memasuki rumah, sementara Nasan mengikuti pamannya dari belakang.

“Mereka belum juga pulang, sedangkan anak-anak itu masih di sana sedang melaksanakan les,” jawab Nasan, “aku pulang duluan ke rumah.”

Yamaz tidak mendengarkan apa yang Nasan bilang, hanya fokus dan senang melihat Omer. “Hei, apa kau ingat aku?”

Nasan heran, menggelengkan kepala karena merasa dicueki. Ia pun pergi ke dapur untuk membuat pamannya teh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang