13. Ayse - Kunci Saksi

149 24 34
                                    

     Omer dipanggil oleh kepala universitas untuk datang menemuinya di ruangan pribadi. Ia datang dengan Hasret yang terus setia mendampinginya, dan di sana juga ada mahasiswa yang tadi sedang duduk di kursi dengan keadaan yang sangat babak belur.

Omer duduk di samping mahasiswa itu, sementara Hasret berdiri di samping kekasihnya untuk mendampinginya.

Kepala universitas meminta keduanya untuk menjelaskan mengapa ini terjadi? Namun, mereka menjawab dengan berbeda, bahkan mahasiswa itu memutarbalikan fakta. Kepala universitas percaya pada mahasiswa itu.

“Omer, dari dulu kau memang suka mencari masalah saat pertama kali kau masuk universitas ini. Dia tidak bersalah, tapi kaulah yang suka mencari masalah. Dan, jangan sampai kau membuat nama Universitas Beykent tercoreng karenamu,” jelas kepala dosen tersebut.

“Apa? Dia yang mencari masalah padaku dan Hasret!” bantah Omer.

Omer tidak terima karena kepala universitas mempercayai mahasiswa itu dibanding dirinya, bahkan mereka beradu domba.

“Tapi kau yang menghajarku terlebih dahulu, sementara aku tidak tahu apa-apa!” Mahasiswa itu membela diri dengan cara berdusta.

Omer bangkit dari kursi dan menatap tajam mata mahasiswa yang duduk manis sampingnya. “Apa kaubilang? Kau tidak tahu apa-apa? Apa perlu kupanggil mahasiswa serta pemilik kantin kemari?”

“Kurasa itu tidak perlu. Dia sangat percaya padaku karena aku adalah orang yang paling kaya di universitas, jadi mereka berkaca untuk suatu saat pasti sangat membutuhkanku.” Mahasiswa itu tersenyum sinis saat menatap mata pria itu.

“Apa kau bilang? Kurang ajar kau! Lenyaplah dari sini, lenyaplah!” Omer amat emosi. Mencengkram kuat kerah baju mahasiswa itu.

“Cukup, Omer. Cukup!” Hasret berusaha untuk melerai mereka, namun tidak berhasil.

“Cukup!” Bentakan dari kepala universitas membuat mereka berdua terdiam.

“Dasar tidak tahu diri!” bentak Omer kembali duduk di kursi.

“Omer, aku menskorsmu dari universitas ini selama dua minggu.”

Hal itulah yang membuat petir menyambar di hati Hasret dan Omer atas pernyataan dari kepala universitas. Marah, bercampur aduk yang Omer rasakan sekarang. Mahasiswa itu tersenyum kemenangan, sedangkan Omer bangkit dari kursi dan meninggalkan tempat ini segera dengan emosi. Hasret pun sama, pergi menyusul pria itu dengan emosi juga.

_______


  “Omer, Omer!” Hasret mengejar langkah pria itu, lalu menghadangnya. Langkah Omer terhenti, Hasret berdiri di hadapan pria itu. “Dua minggu adalah waktu yang lama. Bagaimana bisa aku harus sendirian, Omer?”

“Banyak orang menjagamu,” jawab Omer. Tersenyum.

“Tidak! Pokoknya kalau kau diskors, maka aku akan ikut. Ini adalah waktu yang paling tepat untuk kita cari tahu tentang surat ini!” Hasret membentak pria itu sambil menunjukkan surat itu pada pria itu.

“Kita bisa mencarinya saat kau pulang dari kampus, dan itu setiap saat,” balas Omer yang hendak memegang kedua lengan gadisnya, namun sang gadis justru menepis tangan pria itu.

“Lalu, saat aku masih belajar di kampus, apa yang kaulakukan? Hah! Kau mencari kesempatan pergi ke Galata Bridge, memancing serta menjadi nelayan di lautan, dan menikmati lautan bersama Ayse? Ck, ujung-ujungnya Ayse, Ayse, Ayse, dan Ayse! Kau tidak pernah melindungiku atau karena nama Ayse sudah merasuki pikiranmu? Hah!” Entah kenapa Hasret emosi dan membawa nama Ayse, entah mungkin karena cemburu. Pasalnya, cinta pria itu bertepuk sebelah tangan sewaktu awal kuliah.

DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang