(Seaseon 2): 4. Diri Sendiri Yang Kecewa

86 15 0
                                    

        Mereka berdua melepaskan pelukan. Berpandangan. Omer menghapuskan airmata putrinya itu.

Ceddet geram dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

“Sekarang jangan menangis lagi, ya, karena Ayah tidak suka melihatmu sedih karena Ayah.” Omer tersenyum haru, membelai lembut pipi Aysegul.

“Aku sedih karena Ayah tidak ada di sampingku dan selalu memikirkan bagaimana keadaan Ayah di sana.” Aysegul memegang tangan Omer yang memegang pipinya. Matanya terpejam. “Dan sekarang aku tak perlu khawatir lagi, Ayah sekarang sudah pulang dan bersamaku lagi. Aku ingin kita bersama-sama lagi seperti dulu.”

“Seperti empat manusia lidi yang tersenyum bersama.” Omer merangkul, menuntun putrinya sampai ke sofa, lalu membaringkan putrinya di atas sofa serta menyelimutinya, kemudian duduk di dekatnya.

“Tiga manusia lidi yang murung karena satu manusia lidi yang bersama mereka bertiga telah hilang terhapus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tiga manusia lidi yang murung karena satu manusia lidi yang bersama mereka bertiga telah hilang terhapus. Aku ingin menggambarnya kembali, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku sangat menyayangi satu manusia lidi itu; Ibu.” Aysegul mencurahkan semuanya pada ayahnya.

Omer tidak bisa berkata apa-apa pada putrinya, merasa tercekik dengan apa yang dikatakan putrinya. Matanya merah berkaca-kaca, menahan tangis yang mewakili rasanya.

Maafkan Ayah, Nak, batin Omer.

“Aku kehilangan ia, Ayah. Katakan, apa aku harus menggambarnya lagi dengan terpaksa? Apa aku harus menerima hasil gambaran itu bila gambaran yang kugambar amatlah buruk hasilnya? Apa yang harus kulakukan, Ayah?”

Semakin Omer tak tahan karena putrinya menderita. Air matanya pun jatuh juga. Ia bangkit dari kursi, kemudian tidur di dekat putrinya.

“Memang berat kalau kita kehilangan apa yang kita gambar, termasuk empat manusia lidi itu, tapi setidaknya kita mencoba untuk mengikhlaskannya atau kita bisa menggambarnya kembali dengan sesuatu yang baru. Bagaimana?”

“Aku ingin ia kembali, bukan mendatangkan sesuatu yang baru, Ayah.” Mata gadis itu mulai terpejam. “Aku sudah nyaman dengan yang lama.”

“Anak manja,” ledek Omer, tersenyum haru.

______

      Malam harinya, Keluarga Demir—kecuali Aydin—tengah menikmati makan malamnya. Ceddet datang membawa makan malam untuk mereka, lalu duduk bersama Keluarga Demir.

“Wah, yang ini enak! Aku mau makan yang ini aja, ya!” Aysegul tersenyum lebar, mengambil sayuran, kemudian melahapnya.

“Pelan-pelan makannya, Peri Kecil.” Omer tertawa sejenak, mencubit pipi putrinya.

“Omer, Aysegul menyukai sayuran sejak kecil, bahkan dia menghabiskan empat porsi sekaligus dengan nasi,” ujar Ceddet, menikmati makanannya.

DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang