“Mungkinkah kita harus berakhir di sini? Ingatkah bahwa kita juga yang memulainya di sini.”
Kaan menghampiri Hasret, langsung memegang erat lengan gadis itu. “Ayo, kita pulang.”
Hasret menggelengkan kepala. Matanya merah berkaca-kaca melihat kemesraan Ruya dan Omer yang tak jauh darinya.
“Aku harus menemuinya, Kaan!” Hasret bergegas ingin ke kedai itu, namun Kaan menarik paksa lengan sang gadis dengan kasar. “Lepaskan tanganku! Kau menyakitiku!”
“Kalau kau bermacam-macam lagi denganku, maka aku akan membunuhmu di sini! Memangnya kau mau Omer melihatmu kini berjasad, hm?” ancam Kaan datar, menatap Hasret yang ketakutan.
Hasret menggelengkan kepala. Takut. “Ti-tidak.”
“Ayo ikut aku!” Kaan menarik paksa lengan gadis itu pergi meninggalkan tempat ini.
_______
Omer memang pria yang tampan, tapi ia menyalahkan ketampanannya itu untuk menyakiti banyak orang, gadis, termasuk aku sendiri.
Kadang aku merasa heran sendiri terhadap Omer yang semakin tua, dia semakin tampan. Um, umurnya kini sekitar tiga puluh tujuh, ya? Entahlah.
Jiwa seorang ayah yang ada pada dalam dirinya memanglah kuat. Ya, kuat. Tapi, bagaimana kejiwaannya terhadap seorang gadis? Bukan seorang, tapi banyak! Soalnya pekerjaannya seorang dosen sastra sekarang, para mahasiswi pasti langsung terkesima pada suamiku.
Dia banyak menyakitiku, terutama melalui kemesraannya dengan Ruya. Hal itu membuatku menangis setiap malam selama tiga hari di ruang penyekapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devotion
Acción[Cerita Sudah Lengkap] [Sekuel Resound] [Disarankan baca kisah Resound] Penyebab pengeboman yang membuat kedua orangtua Hasret (27) meninggal, Hasret menjadi kehilangan kendali. Apalagi saat ia bertemu dengan mahasiswa baru bernama Kaan (26), kini...