6. Pelin - Kekasih Sahabat dan Musuh Sahabat

198 27 33
                                    

      Waktu terus berlalu. Berbulan-bulan sudah terlewati. Perjalanan serta dendam terpendam dari seorang Hasret masih berjalan. Kadang Omer cemas terhadap Hasret akan hal itu. Bagaimana tidak, Hasret menangis tersedu-sedu setiap dini hari, takutnya nanti Hasret bisa depresi memikirkan kematian orangtuanya dengan tidak terhormat.

Selama waktu itu berjalan, Hasret sama sekali tidak pernah menunjukkan senyuman sedikit pun pada orang-orang terdekatnya; tidak di universitas maupun lingkungan all same.

Selama waktu itu juga, Omer tetap menemani Hasret dengan cara selalu ada di dekatnya dan menjaganya ketika istirahat berlangsung. Takutnya nanti para mahasiswa di universitas akan mem-bully sahabatnya, yaitu rombongannya Pelin.

 Takutnya nanti para mahasiswa di universitas akan mem-bully sahabatnya, yaitu rombongannya Pelin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelin

Pelin adalah pacar Omer. Sebenarnya, ia iri karena kedekatan Hasret—Omer. Jadi, ia bersama rombongannya berusaha menghancurkan Hasret dengan cara menjelek-jelekkannya.

 Jadi, ia bersama rombongannya berusaha menghancurkan Hasret dengan cara menjelek-jelekkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PelMer (Pelin ve Omer)

Meskipun demikian, Omer tetap membela Hasret. Omer tidak memandang status, ia melindungi sahabatnya ketimbang sang pacar, bahkan perhatian Omer akhir-akhir ini semakin berkurang terhadap Pelin dan lebih peduli pada Hasret. Hal itulah yang membuat Pelin semakin cemburu di hadapan Hasret—Omer. Bagi Pelin, hubungannya renggang karena ada Hasret di tengah mereka.

_______

Beykent Üniversite, Türkey.

      Pagi ini di Universitas Beykent, Hasret berjalan sendirian menuju ke ruang sains. Ia mengambil jurusan sains bagian astrologi di ruangan semester satu. Di dalam ruangan, gadis itu duduk di atas kursi dan meletakkan buku di atas meja, kemudian ia membuka buku tersebut lalu membacanya.

Tak lama kemudian, Pelin datang ke ruangan itu. Semua mahasiswa serta mahasiswi takut melihat perempuan itu serta genk-nya. Pasalnya, mereka tahu bahwa Pelin adalah mantan seorang petinju, dan dia sering berlatih tinju bersama Omer di dalam ring tinju selama mereka pacaran.

Hello Small Girl aka Hasret.” Pelin duduk di atas meja belajar Hasret, sementara Hasret pun mendongak ke atas, menatap sinis pacarnya Omer. “Apa kau merindukanku, hm? Pagi ini memang sangat menyenangkan, bukan? Ya ... itu bagiku, tapi entah denganmu yang selalu menghabiskan waktu dengan belajar, belajar, dan belajar. Hn, iya, kan?”

“Jangan ganggu aku lagi, Pelo, aku sedang belajar. Pergilah, nanti pacarmu akan mengetahui ini sekali lagi.” Hasret menjelaskan pada perempuan itu dengan dingin serta tatapan sinisnya, kemudian ia kembali melanjutkan belajarnya.

Pelin menepuk tangannya perlahan dengan ekspresi berapi-api. “Wah, ternyata kau masih memerlukan Omer-ku sebagai tamengmu, begitu?”

“Tidak begitu,” jawab Hasret, “sama sekali aku tidak pernah memintanya untuk menjadi tamengku.”

Pelin menoleh pada genk-nya. “Teman-teman, katanya dia tidak pernah meminta pacarku menjadi tamengnya. Mari kita buktikan ....”

Pelin menyuruh genk-nya untuk mengusir para mahasiswa itu keluar dari ruangan ini, mereka pun menurutinya.

“Apa yang akan kaulakukan?” tanya Hasret sedikit tegas.

“Ingin membuktikan kata-katamu.” Pelin mengambil buku pelajaran milik Hasret, kemudian merobeknya satu persatu.

Hasret mulai emosi dan bangkit dari kursinya. “Hei! Apa yang kaulakukan dengan bukuku!”

“Sudah kubilang, ingin membuktikan kata-katamu itu! Lihatlah sekali lagi, Hasret! Karenamu, aku merasa kehilangan orang yang kucintai! Kau sudah merusak hubungan kami! Kau adalah Perempuan Perusak Hubungan Orang! Apa lagi yang kaulakukan setelah ini? Hah! Apa ...?!” Pelin langsung merobek lagi secara habis buku itu, menjatuhkan, serta menginjak-injak buku itu.

Hati Hasret merasa hancur berkeping-keping karena Pelin menyebutnya sebagai ‘Perempuan Perusak Hubungan Orang’. Padahal yang sebenarnya, Hasret sama sekali tidak pernah berniat untuk hal itu. Jangankan ingin merebut, menyukai Omer adalah hal yang memalukan bagi Hasret. Tapi, mengapa Pelin menudingnya sampai ke sana? Tidak ada jawaban, Hasret justru hanya bisa menangis.

Hasret melangkah mendekati Pelin. Menatapnya berkaca-kaca. Berlutut di hadapannya untuk mengumpulkan serpihan buku-buku yang telah habis dirobek Pelin di lantai. Pelin dan genk-nya tertawa puas.

“Ambil ini!” Pelin menendang buku itu ke arah Hasret, kemudian mereka kembali.

Tak lama kemudian, Omer masuk ke ruangan sains untuk melihat keadaan Hasret. Ia terkejut dan langsung menghampiri mereka semua. “Apa yang kalian lakukan pada Hasret? Hah!”

Mereka terkejut karena mendengar seruan itu, kecuali Hasret.

Genk-nya Pelin pergi meninggalkan ruangan ini karena ketakutan akan Omer yang mulai berapi-api.

Kini hanya ada Hasret, Omer, dan Pelin. Hanya bertiga saja di ruangan.

“O-Omer,” pekik Pelin menggumam.

Omer menarik paksa tangan Pelin ke luar ruangan. Sesampainya di luar, pria itu menatap kekasihnya dengan lekat.

“Kita putus!” Hanya perkataan itulah yang bisa Omer berikan pada Pelin. Ini juga bermaksud untuk memberi pelajaran pada kekasihnya tanpa kekerasan atau apa pun itu.

What?! Omer, apa kau gila? Hah!” pekik Pelin.

“Ya, aku gila ... karena aku lelah dengan sikap bencimu terhadap sahabatku!” Omer masih menatap gadis itu dengan lekat, kemudian ia pergi masuk ke ruangan dan meninggalkan Pelin tanpa sepatah kata apa pun.

_______

     Omer masuk ke dalam ruangan tengah melihat Hasret yang terduduk lemas dengan kepala tertunduk. Menangis sambil memeluk bukunya yang telah rusak.

“Hasret ..., maafkan aku,” lirih Omer.

Hasret mengusap airmatanya, berdiri di hadapan pria itu, kemudian menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Kau ... tidak pantas untuk dimaafkan,” kata Hasret, kemudian pergi meninggalkan Omer sendiri di ruangan. Omer hanya diam memandang Hasret yang perlahan berlari menjauh darinya. Tanpa disadari mata pria itu meneteskan airmata. Hatinya telah hancur sebab Hasret kini membencinya. Entah sampai kapan lagi gadis itu kembali mau bersahabat lagi dengannya.

______

     Sementara di posisi Hasret, ia duduk bersandar di dinding gerbang universitas. Menangis sambil memeluk bukunya,mengingat apa yang Pelin katakan terhadapnya barusan.

“Lihatlah sekali lagi, Hasret! Karenamu, aku merasa kehilangan orang yang kucintai! Kau sudah merusak hubungan kami! Kau adalah Perempuan Perusak Hubungan Orang! Apa lagi yang kaulakukan setelah ini? Hah! Apa ...?!”

_______

DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang