0; PROLOGUE

22.5K 1.3K 66
                                    

Lelaki berusia 32 tahun itu menepi di bawah pohon rimbun, alih-alih sengaja menjauhkan mobilnya dari keramaian yang terjadi di depan loby utama. Sudah genap satu minggu gedung perusahaan penerbitan gim itu ramai didatangi wartawan yang haus akan pernyataan tentang artikel yang sedang tren pekan ini. Ia sendiri masih belum tahu orang yang menyebabkan dirinya menjadi tokoh yang kontroversial.

Rambutnya diacak frustrasi, sementara usai itu ia refleks memukul stir guna meluapkan emosinya yang terlanjur membeludak. Tanpa disengaja hal-hal di luar nalar datang mengganggu pikirannya.

Pekan lalu, tepat saat ia mengetahui fakta yang begitu menyakitkan, saat ia mengunjungi hotel bar membawa hati yang patah, luka yang dalam akibat sembilu terparah. Ia menikmati malam itu bersama wanita yang tak dikenalnya. Awalnya hanya terjadi perbincangan biasa. Entah seberapa kuat minuman berwarna pekat yang membuatnya gerah dan membawa hasratnya menjerumus ke dalam suatu masalah.

Bagai surga baginya. Ia menikmati malam itu bersama wanita yang mengerti rasanya patah hati. Ia puas telah membagi candu beserta nyeri yang terasa singkat. Sampai akhirnya fajar menyapa, ia terbangun tanpa sehelai benang di samping seorang wanita. Di saat itu pula flash kamera paparazi telah menyimpan bukti-bukti yang mendadak mengubah surganya menjadi neraka. Hari itu juga, nama baiknya tercemar, ia dipandang sebelah mata, kontrak kerja sama dengan pengusaha ternama nyaris batal. Hingga saat ini, ia masih bingung bagaimana cara menghadapinya.

"Nama baik mendiang Ayah harus kujaga. Apapun caranya, akan kulakukan."

Tanpa pikir panjang, pemuda itu, Jeon Jungkook, turun dari mobil membelah keramaian wartawan dan berdiri di antara lima bodyguard yang akhirnya mengembuskan napas lega.

"Akhirnya dia turun juga," gumam salah satunya."

"Ehem!" Dehamannya membuat mereka seketika diam. Menatap presensinya yang sangat dinanti. Mereka menunggu saatnya Jeon Jungkook akan mengatakan sesuatu yang akan memenuhi timeline sosial media.

"Tuan Jeon, apa pendapat Anda tentang artikel itu?"

Namun tak berapa lama, setelah satu dari mereka membuka suara yang lain ikut menyerangnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang lapar akan jawaban.

"Tuan Jeon, tolong beri klarifikasi sekarang juga, mengenai-"

"Bisa ceritakan kronologi Anda bertemu wanita itu di hotel bar?"

"Apa benar wanita itu seorang pekerja malam?"

"Tetapi ada yang bilang dia seorang dokter."

"Jadi yang benar dia seorang dokter atau pekerja malam?"

"Benarkah Yesi Kim, mantan Anda itu seorang model majalah dewasa?"

"Apa Yesi Kim mencampakkan Anda?"

Sh*t! Mengapa jadi membahas Yesi?

"Pertanyaan apa ini?!" tukas Jungkook, membuat mereka kembali diam.

Melihat betapa rusuhnya mereka, Jungkook paham bahwa wartawan itu tidak datang dari satu agensi saja. Masalahnya adalah, ia harus mencari paparazi itu. Jungkook bersumpah akan mengutuknya karena telah berani mengganggu privasinya.

"Catat baik-baik. Aku ini Jeon Jungkook, tidak mungkin meniduri wanita sembarangan. Dia itu calon istriku." Jungkook memberi jeda. Sedangkan para wartawan semakin menyodorkan miknya. "Minggu depan kami akan menikah. Terima kasih."

Seolah disambar petir yang menggelegar, mulut wartawan mendadak bisu. Jungkook membalikkan badan, berjalan cepat meninggalkan keramaian. Ia merutuki diri sepanjang perjalanan menuju ruangan. Apa yang telah ia ucapkan adalah keputusan yang telah ia buat. Entah bagaimana caranya nanti, ia benar-benar akan menikahi wanita entah siapa namanya itu. Anggap saja, sebagai pelampiasannya karena Yesi telah mencampakkan hatinya.












****

Halo hay? Apa kalian masih ingat sama story pertamaku ini? Maaf karena jarang banget update. Jadi, aku bawa Emergency Marriage ini dengan versi aku yang sekarang, yang setidaknya akan lebih baik dari yang dulu.

So, mohon dukungannya, ya :)

Revision mode
29/10/19

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang