Gue natap Sehun dari kejauhan, dia lagi asyik ngobrol sama kedua sahabatnya. Gue nyamperin dia dan langsung narik tangannya.
Gue enggak peduli tatapan kaget Chanyeol dan Kai, gue juga gak peduli sama beberapa pasang mata yang natap gue aneh. Gue ngebawa Sehun ke tempat yang lebih sepi.
PLAK
"VIENNA LO APA APAAN SIH, NAMPAR GUE KAYAK GINI!!" ucapnya ngebentak gue.
"Gue hamil, gue hamil anak lo bangsat!"
Sehun memejamkan matanya sebentar, dia narik tangan gue untuk meninggalkan acara pertunangan ini dan masuk ke dalam mobil.
"Kapan lo tau?" tanya Sehun di dalam mobil.
"Gak penting kapan gue taunya, yang jadi pertanyaan kenapa lo ngamilin gue bangsat?" sahut gue. Air mata gue terus keluar tanpa bisa gue tahan.
"Malem itu gue bener-bener gak bisa ngontrol diri gue karena ciuman lo. Jujur gue gak pernah ada niat ngelakuin ini sama lo."
"Gue benci sama lo, Sehun," ucap gue sambil megang kepala gue yang pusing.
"Vienna, liat gue."
"Gak mau."
Sehun narik tangan gue yang lagi megang kepala jadilah gue noleh ke dia. Dia ngerapiin rambut gue yang berantakan lalu menangkup kedua pipi gue, gue gak ngelawan ataupun menepis tangannya dari pipi gue karena gue udah gak punya tenanga untuk ngelakuin itu.
"Gue bakal tanggung jawab, gue bakal nikahin lo," ucapnya.
"Apa lo pikir pernikahan itu main main?"
"Gue gak pernah berpikir kayak gitu, gue serius mau nikahin lo."
"Menikah tanpa cinta, apa lo pikir pernikahan kayak gitu bakal bertahan lama. Gue gak mau."
Sehun langsung berhenti nangkup kedua pipi gue.
"Apa lo pikir semua pernikahan karena cinta pasti bertahan lama," ucap Sehun.
Gue gak ngejawab dan milih untuk gak ngeliat dia.
Tanpa gue duga Sehun meluk gue "Vienna, gue tau lo gak mau nikah sama orang yang gak lo cintai. Tapi menikahlah karena bayi yang lo kandung ini, lo gak mau kan bayi ini lahir tanpa seorang Ayah. Jangan sampai karena kesalahan kita dia jadi kena imbasnya dia gak salah apa apa," ucapnya.
Gue cuma bisa nangis di pelukan Sehun, apa penilaian gue soal Sehun cowok brengsek itu salah, mana mungkin cowok brengsek bisa bilang hal setulus itu.
"Maafin gue," ucap Sehun lirih tapi masih bisa gue denger.
Gue ngelepas pelukan Sehun dan ngapus air mata gue.
"Gue mau pulang."
"Gue masih penasaran kapan lo tau kalo lo itu hamil karena tadi lo masih baik baik aja."
"Tadi gue mual dan Melvi bilang gue hamil."
Sehun cuma nganggukin kepalanya dan menyalakan mobilnya untuk meninggalkan tempat ini.
***
Keesokan harinya saat gue baru membuka mata, gue ngeliat muka Laura dan Melvi. Gue gak salah liat kan ngapain mereka kesini pagi-pagi gini.
"Akhirnya lo bangun juga, Na. Gimana kemaren gue takut banget waktu ngeliat lo narik tangan Sehun," ucap Laura.
"Iya lo baik-baik aja kan, Na. Apa kata Sehun?" tanya Melvi.
Gue langsung narik selimut buat nutup seluruh tubuh gue. Baru bangun juga udah di dikasi pertanyaan kayak gini.
Melvi narik selimut gue sampe jatuh ke lantai, gue mencoba untuk duduk tapi tiba tiba gue pengen muntah.
"Gue ke kamar mandi bentar."
Selesai memuntahkan isi perut gue, gue keluar kamar mandi dan duduk di sebelah Melvi.
"Ini gue buatin lo teh mint, biar lo gak mual lagi," ucap Melvi.
"Thanks ya Mel, tapi sampe kapan gue mual kayak gini?"
"Gak tentu sih hormon setiap orang kan beda-beda, biasanya sampe 3 bulan pertama kehamilan," jawab Melvi.
"Gimana kemaren si Sehun, dia mau tanggung jawab?" tanya Laura.
"Jangan kenceng-kenceng ngomongnya ntar Mama gue denger," ucap gue.
"Pintu kamar lo udah gue kunci tenang aja jadi gimana kemaren?" sahut Melvi.
"Sehun bilang dia mau nikahin gue."
Mata Melvi dan Laura langsung membelak kaget.
"Kenapa lo berdua kaget gitu?"
"Sehun bukan cuma ganteng ya tapi dia juga suami idaman banget," sahut Laura.
"Terus lo jawab apa, lo mau kan?" tanya Melvi.
"Enggak," ucap gue sambil ngeminum teh mint yang dikasi Melvi.
Melvi sama Laura noyor kepala gue. "Lo berdua apaan sih sakit kepala gue," kesel gue.
"Aduh, Na. Lo bodoh atau apa sih? Lo nolak dia terus gimana sama bayi yang ada di perut lo," ucap Melvi.
Saat Melvi bilang gitu gue jadi inget ucapan Sehun semalem. Dia bener, jangan sampe karena kesalahan kita bayi dalam kandungan gue kena imbasnya, gak ada pilihan lain selain gue harus nikah sama dia.
"Gue belum selesai ngomong juga, kemaren gue emang bilang enggak tapi ucapan Sehun ngebuat gue berubah pikiran."
"Jadi lo mau kan nikah sama dia."
Gue cuma ngangguki kepala, tiba tiba Laura ngelus kepala gue.
"Syukurlah gue pikir tadi lo udah gak waras karena nolak Sehun."
"Sialan lo," sahut gue.
"Gue gak nyangka diantara kita lo yang bakal nikah duluan, Na," ucap Melvi.
Gue pun langsung meluk kedua sahabat kesayangan gue ini. Gue juga gak nyangka bakal nikah secepat ini dan itu pun dengan orang yang gak gue cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Beautiful Mistake ✔
Fanfictionbecause mistakes do not always have to be regretted #1 - Mistake 23.11.18