18

315 21 4
                                    

Gue masuk ke dalam kamar tanpa tahu kalo Sehun sedang mengganti pakaiannya.

"Lo bisa keluar dulu nggak, gue ngerasa gak nyaman kalau lo ada disini saat gue ganti baju. Apalagi lo bukan siapa-siapa gue," ucap Sehun.

"Bukan siapa-siapa lo bilang, gue Ibu dari anak ini dan ini anak elo!" ucap gue dengan sedikit meninggikan suara.

"Lo emang Ibu dari anak gue tapi lo bukan istri gue dan gue bukan suami lo. Ini kan yang lo mau kenapa sekarang lo jadi marah gini, apa gue salah ngomong?!" ucap Sehun dan mendekati gue.

"Gue tau lo menikah sama gue tanpa cinta, karena itu gue selalu ngertiin elo dan gak pernah menuntut apapun! Tapi kenapa lo ngelakuin ini sama gue, gue juga punya perasaan. Gimana hancurnya perasaan gue, saat istri gue bilang kalo gue cuma orang asing buat dia," ucap Sehun lagi dengan wajah yang memerah karena menahan amarah.

Gue merasakan air mata menetes di pipi gue, gue gak tahu harus membalas ucapan Sehun seperti apa.

Sehun menatap gue lama. "Lo juga harus siap-siap kalau mau ke rumah Mama," ucapnya sebelum keluar kamar.

***

"Kalian udah dateng, Mama seneng kamu bisa bujuk Sehun untuk tinggal disini, Na," ucap Mama saat kita sudah memasuki rumah.

"Hai kak Sehun dan kakak ipar." ucap Seira yang dengan cepat menuruni tangga.

"Seira kangen banget sama kakak, seneng deh kalian bakal tinggal disini," ucap Siera dan memeluk Sehun.

Sehun membalas pelukan Seira lalu mengelus rambut adiknya,

"Jangan meluk kakak kamu erat gitu nanti Vienna cemburu lagi." goda Papa lalu terkekeh.

"Papa bisa aja," balas gue.

"Cintanya kak Sehun kan cuma buat kakak ipar seorang," sahut Seira.

Sehun menatap gue saat Seira mengatakan itu.

"Udahan natap istri kamu Hun. Mending sekarang ajak Vienna ke kamar kamu, ini kan udah malem. Kalian pasti capek perjalanan dari apartemen kamu kesini kan lumayan jauh," ucap mama.

Sehun membawa gue ke kamarnya. Dia langsung mengunci pintu lalu mengambil bantal dan meletakkannya di sofa yang ada di kamarnya.

"Sehun, lo kok naruh bantal disana?" tanya gue.

"Gue mau tidur disini."

"Sehun ini di rumah Mama, gimana kalo ada yang ngeliat?"

"Gue udah ngunci pintunya, jadi lo tenang aja," jawab Sehun datar.

"Ini rumah lo biar gue aja yang tidur di sofa," ucap gue.

"Lo lagi hamil, biar gue aja."

"Kalo gitu kita tidur berdua aja di ranjang."

"Lo gak bakal nyaman tidur sama orang asing kayak gue," kata Sehun sambil membaringkan tubuhnya di sofa.

"Kalo gitu gue aja yang tidur di sofa. Perut gue juga belum terlalu besar jadi gak kenapa kalo gue tidur di sofa," ucap gue dan narik tangan Sehun untuk bangkit dari sofa. Tapi malah gue yang ke tarik dan jatuh di badan kekar Sehun.

"Lo keras kepala banget ya, gue bilang gue aja yang tidur di sofa."

"Tapi lo bakal gak nyaman tidur di sofa, kaki lo kan panjang," ucap gue.

"Gue mau lo jujur sama gue, apa lo pernah nganggap gue sebagai suami lo?" tanya Sehun.

Sehun ngebuat gue berbaring di sampingnya, karena sofa ini sempit jarak gue sama Sehun jadi deket banget.

A Beautiful Mistake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang