14

301 20 4
                                    

Gue mulai membuka mata saat ngedenger suara seseorang. Tapi yang baru gue sadari ternyata gue lagi tidur di dada bidang Sehun.

"Sehun, Vienna bangun sayang. Mama dateng."

Suara itu, suara mamanya Sehun tapi kenapa Mama kesini pagi pagi gini.

Gue pun langsung merubah posisi menjadi duduk dan ngeliat ke arah Sehun yang masih tidur, tidurnya nyenyak banget.

"Sehun bangun Mama lo dateng." ucap gue mengguncang tubunya.

Sehun mengucek kedua matanya persis seperti anak kecil.

"Biarin aja, tidur aja lagi." balas Sehun dan narik tangan gue. Jadilah gue nindih badan dia.

"Bangun Hun, Mama daritadi manggil kita."

"Kasi gue morning kiss dulu baru gue mau bangun," ucap Sehun sambil meluk tubuh gue.

"Gak mau, kalo lo gak mau bangun ya udah. Gue aja yang nyamperin Mama, lepasin jangan peluk-peluk."

Tanpa gue duga Sehun ngecup bibir gue yang bikin tubuh gue jadi menegang.

"Karena lo gak mau gue aja yang ngasi morning kissnya," ucap Sehun bangkit dari ranjang dan memakai bajunya.

"Ayo sini katanya mau nyamperin Mama kok malah bengong," ucap Sehun lagi.

Gue pun ikut bangkit dari ranjang dan keluar kamar untuk menemui Mama Sehun yang sekarang jadi mama gue juga.

Gue ngeliat Mama lagi duduk di sofa. "Sayang maaf Mama ganggu kalian pagi-pagi gini."

"Enggak kenapa kok Ma, tapi ada apa kok Mama pagi-pagi gini udah kesini?" balas gue.

"Mama mau ngasi tiket bulan madu ke Bali buat kalian sebagai hadiah."

"Sehun kira mau ngapain ternyata ngasi itu. Makasi ya Ma, tapi Sehun mau bulan madunya ke Paris."

Sehun apaan sih, kenapa dia jadi songong gini.

"Tapi aku maunya di Bali," ucap gue. Mulai deh 'aku, kamuan'.

"Tuh dengerin istri kamu aja maunya di Bali," sahut Mama.

"Iya kita bulan madunya di Bali, kemana aja deh asal sama kamu." balas Sehun.

Kemana aja asal sama gue, dasar gombal.

"Ini tiketnya, kalo gitu Mama pulang dulu dan inget pulang dari sana harus udah isi ya."

Mama belum tau aja kalo sekarang gue udah hamil.

"Gak perlu nunggu pulang dari sana sekarang aja udah isi." gumam Sehun yang masih bisa gue denger. Tapi untungnya Mama gak denger karena udah jalan keluar apartemen.

"Lo tuh ya kalo Mama denger gimana," ucap gue mulai kesel.

"Tapi kan Mama gak denger."

"Sumpah gue kesel banget sama lo."

Gue akan beranjak dari sana tapi Sehun mencekal tangan gue.

"Lepasin!."

Tiba tiba Sehun berlutut dan mencium perut gue.

"Sayang bilangin ke Mama kamu jangan marah terus sama Papa," ucap Sehun sambil mendongak menatap gue.

Saking keselnya gue langsung ngejambak rambut Sehun dan Sehun pun berdiri.

"Sakit Na."

"Makanya jangan bikin gue kesel lagi." ucap gue.

***

Saat keluar kamar gue ngeliat Sehun lagi duduk santai sambil fokus sama tabletnya. Gue nyamperin dia dan duduk di sebelahnya.

"Sehun lo lagi ngapain?" tanya gue.

"lagi kerja."

"Kerja apaan cuma mainin Tablet doang."

"Gue bukan lagi mainin tablet tapi lagi ngeliat laporan tentang perusahaan. Emang kenapa?"

"Gue bosen di apartemen apalagi gak ngelakuin apapun," ucap gue.

Sehun langsung ngubah posisi duduknya menghadap gue.

"Gimana kalo kita nonton," seru Sehun.

"Ayo, gue ganti baju dulu ya," balas gue. Sehun menghentikan langkah gue yang akan menuju ke kamar.

"Eh.. ngapain ganti baju orang kita nontonnya di apartemen bukan di bioskop."

Dengan gak semangat gue kembali duduk di sofa. "Kenapa gak di bioskop kan lebih seru."

"Kalo bisa nonton disini kenapa harus di bioskop," jawab Sehun.

"Dasar pelit."

"Karena itu gue kaya, gak usah protes nih gue punya banyak film. Lo mau nonton yang mana?" tanyanya.

"Ini aja." gue menunjuk film romance.

 "Gue gak suka filmnya ngebosenin, mending nonton film action aja."

"Kalo ujung-ujungnya lo yang milih filmnya kenapa tadi nyuruh gue dasar nyebelin," sahut gue kesel.

Ketika filmnya udah mulai gue ikut nonton walaupun gak begitu suka film action mau gimana lagi daripada gak ada kegiatan.

"Sehun," Panggil gue saat Sehun fokus dengan filmnya.

"Hmm.."

"Ih kok ngejawabnya gitu sih."

"Iya mau ngapain? Ini filmnya lagi seru banget."

"Gue pengen jus alpukat, lo beliin gue ya."

Sehun ngambil handphonenya dan nelpon seseorang.

"Udah." ucapnya.

"Lo habis nelpon siapa?" tanya gue.

"Nelpon anak buah gue, gue suruh dia beliin lo jus alpukat."

"Gue kan nyuruh lo, bukan nyuruh anak buah lo."

"Emang apa bedanya gue atau anak buah gue yang beliin?"

"Ya bedalah lo kan Ayah dari anak ini," balas gue.

"Oke gue yang beliin. Lo baik-baik disini sendirian," ucap Sehun dan berlalu.

Sambil nunggu Sehun yang lagi beliin gue jus alpukat gue mau video call Laura sama Melvi dulu.

"Hai guys," ucap gue saat mereka udah ngejawab panggilan video gue.

"Hai bumil," balas Melvi sambil melambaikan tangannya.

"Suami lo mana Na?" tanya Laura.

"Lagi beliin gue jus alpukat,"

"Ciieee," ucap mereka bersamaan.

"Apaan sih lo berdua."

"Tapi untungnya lo ngidamnya gak yang aneh-aneh ya Na. Kalo lo ngidam yang aneh-aneh gue kasian sama Sehunnya," ucap Melvi.

"Berarti si baby gak mau nyusahin papahnya tu Mel," balas Laura sambil tersenyum jahil.

"Mulai lagi lo, La," ucap gue.

Mereka berdua terkekeh, mereka emang paling suka ngegoda gue kalo soal Sehun.

"Udahan dulu ya guys, Sehun udah dateng Bye." ucap gue dan mengakhiri panggilan video.

Sehun nyamperin gue sambil ngebawa segelas jus di tangannya.

"Ini jus lo," ucap Sehun.

"Thanks ya Hun," balas gue sambil tersenyum.

"Tumben lo senyum ke gue."

"Masa sih, mungkin karena hari ini lo baik sama gue," sahut gue.




A Beautiful Mistake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang