13

303 22 0
                                    

Menikah adalah suatu momen yang  paling istimewa dan membahagiakan bagi pasangan pada umumnya, tapi gue enggak merasakan itu sekarang.

Kalo seandainya yang di depan gue sekarang adalah cowok yang gue cintai gue pasti bahagia banget. Tapi nyatanya  yang di depan gue sekarang adalah Oh Sehun cowok yang gue benci.

Setelah selesai mengucapkan janji pernikahan pendeta mempersilakan kita untuk menunjukan simbol cinta yang tak lain adalah ciuman dihadapan para tamu.

Sehun pun nyium kening gue lama, gue cuma memejamkan mata. Gue bisa ngedenger suara tepuk tangan dari para tamu undangan. Tamu yang dateng lumayan banyak yang pasti itu kolega Sehun dan gak lupa juga ada sahabat-sahabat gue.

"Selamat ya Na," ucap Sahabat sahabat gue.

"Thanks ya," jawab gue.

"Hun, nanti cerita ke gue sama Chanyeol ya gimana malam pertama lo," ucap Kai.

Gue sama Sehun langsung saling tatap. Saat Sehun akan memukul kepala Kai gue menghentikannya.

"Udah biarin aja kayak gak tau Kai aja."

"Selamat kepala gue," ucap Kai sambil mengelus kepalanya.

"Awas lo kayak gitu lagi lain kali gue penggal kepala lo," balas Sehun.

"Penggal aja Hun gue dukung," sahut Chanyeol.

"Tega banget lo mau penggal kepala gue," ujar Kai.

"Minggir lo masih ada tamu yang mau ngucapin selamat."

Semua sahabat gue maupun sahabat Sehun udah selesai ngucapin selamat tinggal beberapa tamu aja. Tapi gue udah capek banget berdiri.

"Capek ya?" tanya Sehun.

"Iya."

"Kalo gitu duduk aja."

"Enggak enak masa gue duduk sih."

"Kalo gitu lepasin high heelsnya biar gak pegel. Kan gak kelihatan ketutup sama gaun lo."

Gue menuruti Sehun untuk ngelepas high heels ini. Saat gue ngeliat ke arah para tamu yang mau ngucapin selamat gue langsung membelakkan mata. Disana ada Minhyun dan sekarang dia udah berdiri di hadapan gue.

"Apa kabar Vienna? udah nikah aja."

Gue gak ngejawab dan gue bisa ngeliat dari ekor mata gue kalo Sehun sekarang lagi natap gue.

"Jadi ini selingkuhan lo, pantes lo nyelingkuhin gue ternyata udah dapet yang lebih kaya," ucap Minhyun sambil terkekeh pelan.

PLAK

"Sekali lagi gue bilang gue gak pernah selingkuhin elo! dan gue juga bukan orang yang bakal ninggalin pacarnya karena udah dapet yang lebih kaya. Gue enggak serendah itu!!"

"Lo nikah sama dia secepat ini setelah putus dari gue apa namanya kalo bukan selingkuh. Dasar cewek murahan."

BUG

Sehun menonjok rahang Minhyun dihadapan para tamu yang hadir. Gue langsung buru-buru menghentikan Sehun sebelum dia memukul lebih jauh lagi.

"Sehun udah, lo gak boleh emosi kayak gini dong," ucap gue.

"Siapa yang mengizinkan orang ini masuk, bawa dia keluar sekarang juga!!" Marah Sehun. Dua pengawal langsung membawa Minhyun keluar. Gue gak tau kalo Sehun lagi marah bakal serem kayak gini gue aja takut.

***

Setelah acara selesai gue sama Sehun langsung menuju ke apartemennya Sehun. Sepanjang perjalanan seperti biasa gak ada percakapan diantara kita.

Sehun menekan beberapa digit angka dan pintu apartemennya langsung terbuka.

Gue sama Sehun melangkah masuk, Sehun ngebuka jas yang dia pake dan melemparnya ke sofa.

Kok dia daritadi diem aja sih? Dia masih marah kali ya. Gue takut sama Sehun yang kayak gini.

"Sehun," panggil gue. Sehun cuma natap dengan tatapan yang gak bisa gue mengerti.

"Lo masih marah?" tanya gue.

Sehun nyamperin gue "lo masuk ke kamar dulu ya pasti gak nyaman pake gaun terus."

Gue cuma menganggukan kepala dan masuk ke dalam kamar. Kamar ini adalah kamar dimana gue bangun pagi itu, gue masih inget. Kamarnya dominan berwarna hitam tapi masih ada sentuhan warna putihnya. Gue mengunci pintu dan segera membersihkan diri.

Selesai membersihkan diri gue mengambil baju tidur yang masih di dalam koper karena belum sempat gue pindahin ke lemari Sehun.

Gue keluar kamar untuk menemui Sehun. Kayaknya dia lagi menghubungi seseorang.

"Siapa?" tanya gue.

"Dari Mamah dia khawatir sama kita. Lo udah selesai mandi?"

"Udah, lo gak mandi?"

"Mandi tapi lo yang mandiin ya."

"Akhirnya Sehun yang ini balik lagi, kalo yang kayak tadi gue jadi takut sama lo," ucap gue.

Sehun narik tangan gue ngebuat gue duduk di sofa sebelah dia.

"Emang yang tadi gue kayak gimana?"

"Lo nyeremin, pokoknya gue gak suka. Tapi lo keren juga waktu nonjok Minhyun."

Ngedenger gue ngomong Minhyun mimik wajah sehun langsung berubah.

"Gue salah ngomong ya."

Sehun langsung meluk gue "Maafin gue ya Na, gara gara gue lo jadi diperlakukan kayak tadi."

Gue ngebalas pelukan Sehun "Enggak kok, gue malah seneng karena lo gue jadi tau Minhyun itu seperti apa."

Sehun ngelepas pelukannya "karena gue?"

"Iya karena tanda yang lo buat di leher gue, gue jadi putus sama Minhyun dan sejak saat itu gue tau kalo Minhyun itu orang yang egois dan kasar sama cewek," jelas gue.

"Mau gue buatin tanda kayak gitu lagi?" tanya Sehun sambil tersenyum jahil.

Gue langsung berdiri "Enggak, awas lo macem-macem sama gue," ucap gue dan masuk ke dalam kamar. Sehun cuma terkekeh dan ikut masuk ke dalam kamar.

Di dalem kamar Sehun langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sebelum tidur gue minum teh mint yang selalu dibuatin Melvi buat gue biar gak mual besoknya.

Saat gue lagi asyik main handphone gue ngeliat Sehun keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan baju hanya menggunakan celana pendek rumahan.

"Hun lo kok gak pake baju?" tanya gue.

"Gue emang gak pernah pake baju kalo mau tidur."

"Gak takut masuk angin apa?"

"Gue udah biasa jadi gak bakal masuk angin." jawab Sehun.

"Lo mau tidur dimana?" tanya gue.

"Tidur disini emang dimana lagi."

"Tidur sama gue?" tanya gue.

"Iya, kita kan udah menikah apa masalah."

"Masalahnya gue enggak bisa tidur berdua sama lo, ntar lo apa apain gue lagi."

Sehun menaiki ranjang "Na, gue gak akan ngelakuin itu sama lo, kita cuma tidur bareng." ucap Sehun.

"Bener ya?"

"Iya, mending sekarang kita tidur udah malem." jawab Sehun dan mulai memejamkan matanya.

Gue menarik selimut untuk menutupi tubuh gue dan juga tubuh Sehun.



A Beautiful Mistake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang