17

297 17 0
                                    

Gue baru sampai di apartemen tengah malem karena setelah dari butik gue engga langsung pulang melainkan ke apartemen Laura dulu dan disana juga ada Melvi kalo lagi sama mereka gue sering lupa waktu. Saat memasuki apartemen gue ngeliat Sehun lagi tidur di sofa.

Gue menghampiri Sehun, gue suka ngeliat dia lagi tidur kayak gini kalem banget nyebelinnya hilang.

Tanpa sadar gue nyentuh pipi Sehun dan itu ngebuat tidur Sehun terganggu. Dia mengucek matanya lalu ngerubah posisinya menjadi duduk.

"Gue ngebangunin lo ya?" tanya gue.

Sehun cuma menggelengkan kepalanya dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya. Sumpah sekarang muka dia lucu banget.

"Kok pulangnya malem banget?" tanya Sehun.

"Iya gue tadi mampir ke apartemennya Laura dulu, lo kok tidur di sofa?"

"Gue nungguin lo pulang sampe ketiduran disini."

"Kenapa lo nungguin gue?"

"Gue khawatir sama lo, di telepon gak aktif untung lo lagi sama Kris jadi gue lebih tenang," ucap Sehun dan meluk gue. Posisi gue yang lagi berdiri ngebuat kepala Sehun tepat di depan perut gue. Dia nyiumin perut gue yang ngebuat gue cukup kaget karena sikap dia.

"Gue juga khawatir sama anak kita," ucapnya lagi dan mendongak untuk menatap gue.

"Sehun, gue gak suka lo bersikap kayak gini," ucap gue dan ngelepas tangan Sehun yang melingkar di perut gue.

Sehun mengeryitkan dahinya tidak mengerti.

"Gue gak suka lo bersikap kayak gini, gue gak suka lo nungguin gue sampe ketiduran di sofa, gue gak suka lo khawatir sama gue dan meluk gue kayak tadi. Gue gak nyaman sama sikap lo ini!! Kita memang udah menikah tapi gue menikah karena terpaksa demi anak ini. Gue cuma nganggap lo Ayah dari anak yang gue kandung selebihnya lo orang asing buat gue!"

Sehun terlihat terkejut dengan apa yang gue ucapin. Dia berdiri dan natap mata gue.

"Oke kalo itu yang lo mau, gue cuma akan menjadi Ayah dari anak yang lo kandung dan bukan menjadi suami buat lo," ucap Sehun lalu mengambil jaketnya dan langsung pergi ninggalin gue.

***

Keesokan harinya gue bangun tanpa ada siapapun di samping gue, gue keluar kamar dan di sofa juga gak ada orang berarti Sehun gak pulang dari semalem.

Dia kemana?

Hari ini gue juga sarapan pagi sendirian gue ngerasa ada yang kurang, apa mungkin karena gue udah terbiasa sarapan bareng Sehun. Tapi kenapa gue jadi mikirin dia terus.

Gue ngedenger pintu apartemen terbuka apa itu Sehun?

"Hai sayang," ucap Mama dan langsung meluk gue.

"Hai Ma," balas gue sambil tersenyum.

"Mama seneng banget ternyata kamu hamil secepat ini."

"Kok Mama bisa tahu aku hamil?"

"Loh bukannya kamu yang nyuruh Sehun pulang ke rumah kemarin malam untuk bilang soal ini."

Jadi Sehun yang ngasi tahu Mama dan gue yakin dia juga tidur di rumah Mama kemarin.

"Iya Vienna lupa Ma, sekarang Sehunnya dimana?" tanya gue.

"Sehun udah ke kantor, tadi dia nganterin Mama kesini. Mama suruh masuk nemuin istrinya dulu dia malah langsung pergi. Dasar anak itu."

"Mungkin lagi banyak urusan di kantor Ma."

"Gak biasanya, tapi kalau emang bener seperti itu apa salahnya nemuin istri sebentar."

"Sehun bilang kamu mengalami morning sikcness, jadi Mama buatin teh mint ini buat kamu."

Gue ngerasa berdosa banget udah ngebohongin Mama sebaik ini.

"Makasi Ma."

"Na, kamu mau gak tinggal di rumah Mama sementara waktu. Mama pengen ngerawat kamu di masa kehamilan kamu."

"Iya nanti Vienna coba omongin ini dulu ke Sehun."

"Usahain Sehunnya mau ya Na," pinta Mama.

"Iya Ma, nanti Vienna usahain."

"Kalo gitu Mama pamit dulu, sebenarnya Mama masih pengen disini sama kamu tapi Mama masih ada urusan."

"Iya gak apa-apa Ma, aku ngerti kok."

"Kamu jangan sampai kecapean ya Na."

"Iya Ma."

***

"Na, lo kenapa sih diem aja daritadi?" tanya Laura.

"Gue gak kenapa kok La, gue cuma lagi males aja hari ini," jawab gue.

"Yakin lo? Tapi kok gue enggak percaya ya."

"Gue enggak kenapa La."

"Semoga aja apa yang lo bilang itu bener, suami ganteng lo dateng tuh gue tinggal dulu."

Ngedenger omongan Laura gue langsung ngeliat ke luar butik dan bener Sehun ada disini.

Dia masuk dan duduk di depan gue dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Mau ngapain?" tanya gue memulai pembicaraan karena sedari tadi dia cuma natap gue dengan mata tajamnya itu.

"Bukannya sekarang jadwalnya lo untuk cek up."

"Iya," jawab gue seadanya.

"Ayo gue anter."

"Bukannya lo lagi marah sama gue."

"Terus apa hubungannya, gue kan nganterin lo karena gue Ayah dari anak itu bukan karena gue suami lo."

Apa yang Sehun bilang itu bener dan gue Dia seharusnya senang karena ini yang gue mau tapi kenapa gue ngerasa sesuatu yang gue miliki hilang.

"Iya gue bilang ke Laura dulu. Lo tung,."

Belum sempat gue selesai ngomong Sehun langsung pergi gitu aja.

"La, gue pergi dulu ya mau cek up," pamit gue.

"Iya hati hati." sahut Laura.

***

"Usia kandungan lo sudah menginjak bulan ketiga, inget jangan sampe kecapean dan jangan terlalu banyak pikiran karena itu sangat berpengaruh pada bayi yang lo kandung." ucap Melvi setelah selesai pemeriksaan.

"Makasi ya Mel," ucap Sehun sebelum pergi meninggalkan ruang pemeriksaan.

"Sehun kenapa Na? Kok gak kayak biasanya."

"Dia lagi marah sama gue," jawab gue.

"Kalian ada masalah apa lagi?"

"Gue yang mulai duluan, muka lo biasa aja dong."

"Mending cepet baikan deh, kasihan bayi lo nanti kangen Papanya."

"Apaan sih lo, Gue balik dulu ya Mel, thanks buat hari ini dan salam buat Kai." ucap gue dan berlalu. Gue sengaja engga cerita lebih lanjut sama Melvi karena ini masalah gue dan gue gak mau ngebebanin sahabat-sahabat gue.

"Sehun, Mama minta kita tinggal di rumah untuk sementara waktu. Mamah pengen ngerawat gue dimasa kehamilan gue ini. Lo mau nggak?" tanya gue di dalam mobil saat kita dalam perjalanan menuju apartemen.

"Kalau gue sih setuju, tapi kayaknya lo yang harus mikirin ini mateng-mateng," jawab Sehun tanpa melihat gue.

"Maksud lo?" tanya gue tidak mengerti.

"Kalo kita tinggal di rumah orang tua gue otomatis kita harus pura pura jadi pasangan yang saling mencintai dan bahagia. Gue takutnya lo gak kuat pura pura ngelakuin itu sama orang asing kayak gue," ucap Sehun dan terdengar nada meremehkan disana.

Gak kerasa kita udah sampai di apartemen dan Sehun langsung turun dari mobil tanpa peduli sama gue yang masih ada di dalam mobil.

Gue bener-bener gak ngerti sama diri gue sendiri, perasaan apa ini? kenapa gue ngerasa sakit banget diperlakukan seperti ini.



































A Beautiful Mistake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang