4

383 30 1
                                    

Gue bukan tipe cewek yang suka berlarut larut dalam kesedihan apalagi saat putus cinta, karena menurut gue saat kita berani untuk jatuh cinta kita juga harus berani sakit hati. Daripada sedih lebih baik gue ngurusin butik gue sama Laura yang kita kasih nama 'Lavina Butik'. Yang diambil dari perpaduan nama kita.

"Woahh ada angin apa nih pagi banget lo buka butiknya, Na," ujar Laura yang baru aja dateng.

"Lagi pengen aja," balas gue.

"Gimana kemaren seneng gak ngabisin waktu sama Minhyun?"

"Seneng banget sampe gue ngeluarin air mata."

"Maksud lo?" tanya Laura bingung.

"Gue putus sama Minhyun." jawab gue santai.

"Kok dia bisa tau? Lo yang ngasi tau?"

"Dia ngeliat ini," jawab gue sambil ngebawa rambut gue kebelakang dan nunjukin bekas ciuman cowok brengsek itu.

"Gila, Na. Gue baru tau disitu ada tanda," ucap Laura dengan mulut menganga.

"Jangankan elo, gue aja gak tau. Kalau gue tau gue pasti udah nutupin tanda ini dari Minhyun," sahut gue.

"Tapi lo bisa santai gitu ya cerita ke gue, gak ada sedih sedihnya."

"Lo kan tau sendiri saat gue pacaran sama Minhyun dia gak pernah ada waktu buat gue. Gue berasa gak punya pacar, sekarang putus gini gue biasa aja. Ada Minhyun atau gak sama aja buat gue. Cuma yang gue sesali dia gak percaya sama gue dan nganggap gue udah selingkuhin dia."

"Ya mau digimanain lagi mungkin udah jalannya kayak gitu," sahut Laura sambil tersenyum.

Saat sedang asyik bercerita gue ngeliat ada pelanggan yang memasuki butik

"Ada pelanggan, La."

"Biarin karyawan kita aja," balas Laura.

"Biar gue aja," ucap gue.

"Ternyata lo, Seira. Gue kira siapa," ucap gue pada salah satu pelanggan tetap di butik ini saking seringnya dia belanja kesini kita udah kayak temen deket.

"Iya ini gue. Hai, La," balasnya dan menyapa Laura.

"Hai gue denger-denger lo mau tunangan?" tanya Laura.

"Iya makanya gue kesini mau nyari gaun pertunangan," ucap Seira tersenyum malu.

"Selamat ya, tunangan lo mana?" tanya gue.

"Dia gak bisa ikut. Biasalah," jawabnya.

"Nanti inget undang kita ke acara pertunangan lo," Seru Laura.

"Pasti kalian tenang aja."

Gue dan Laura ngebalasnya dengan tersenyum. "Sini liat gaunnya dulu," ajak gue.

Gue ngebawa Seira ke tempat khusus untuk gaun pertunangan yang ada di butik ini.

"Lo bisa liat-liat dulu, Ra," ucap gue dan berlalu dari sana untuk mengambil minum.

Gue kembali dengan membawa minum untuk Seira.

"Udah berasa spesial banget gue dilayanin langsung sama pemilik butiknya," Seru Seira.

"Iya buat lo doang pelanggan istimewa gue," ucap gue sambil terkekeh pelan.

"Lo mau nyari gaun yang kayak gimana?" tanya gue.

Seira tampak berpikir sebentar "Yang enggak terlalu mewah tapi elegan," jawabnya.

Gue langsung ngambil gaun seperti yang disebutkan Seira "Ini cocok buat lo." Gue menyodorkan gaun yang gue pilihin buat Seira.

"Wihh cantik banget, Na. Lo emang paling tau selera gue. Gue ambil yang ini," balas Seira girang.

"Gak mau dicoba dulu siapa tau gak muat," Goda gue.

"Enak aja, gue coba dulu ya," sahut Seira.

Sambil menunggu Seira mencoba gaun pertunangannya gue coba nyari gaun lain yang kira kira cocok dipakai Seira.

"Gaun yang itu cocok buat lo," ucap seorang cowok entah siapa tapi suaranya gak asing buat gue, akhirnya gue pun noleh kebelakang. Betapa kagetnya gue saat ngeliat cowok yang ada di depan gue saat ini adalah cowok brengsek yang udah ngebuat gue putus sama Minhyun.

Kenapa dia bisa disini?

"Hai, kita ketemu lagi Vienna," ucapnya sambil ngedipin sebelah matanya.

Dia bahkan tau nama gue.

Yang bikin gue kaget Seira yang udah selesai nyoba gaun pertunangannya meluk cowok yang ada di depan gue ini.

Siapa sebenernya cowok ini kenapa Seira meluk dia?

A Beautiful Mistake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang