Gue berulang kali memutar rekaman cctv untuk mengetahui siapa orang mencurigakan yang gue liat di depan butik gue tadi.
"Gimana sayang kamu kenal?" tanya Sehun.
"Aku gak bisa mengenali siapa orang ini, tapi dia engga asing buat aku."
"Kamu engga usah khawatir nanti biar aku yang cari tau mending sekarang kamu temenin Melvi."
Gue menganggukan kepala dan menghampiri Melvi yang sedang asyik melihat gaun pengantin.
"Udah nemu model gaun pengantin yang lo suka?" tanya gue.
"Bagus-bagus semua, Na. Gue bingung mau model yang kayak gimana. Lo kasi tau gue dong, lo kan jago tuh."
"Menurut gue lo bagus make yang model itu," ucap gue menunjuk salah satu gaun.
"Gue juga maunya itu, tapi masih ragu sama pilihan gue makanya nanya ke elo dulu," Jawab Melvi dengan cengiran khasnya.
"Labil banget udah mau nikah juga, udah sana cobain dulu."
Melvi keluar dari ruang ganti dengan gaun pengantinnya.
"Suka banget gue, Na tapi kepanjangan."
"Ya ampun Melvi yang lo pake sekarang kan cuma contoh gaun pengantin yang mau lo pake, makanya sekarang fitting gaun penganti dulu biar gak kepanjangan kayak gini."
Melvi tersenyum malu lalu masuk lagi ke ruang ganti.
Setelah selesai fitting gaun pengantin Melvi menghampiri Kai yang sedang mengobrol dengan Sehun.
"Udah selesai sayang?" tanya Kai.
"Udah," jawab Melvi.
"Pokoknya lo berdua tenang aja gue bakal buat penampilan kalian sempurna di hari pernikahan nanti," ucap gue
"Thank you, you're the best," ucap Kai.
"Your welcome."
"Gue sama Kai balik dulu ya."
"Iya, hati-hati," sahut gue dan Sehun.
"Inget, Na. Nanti kita shopping bareng sama Laura juga," ucap Melvi.
"Iya."
***
"Sayang aku keluar dulu ya, Melvi sama Laura udah nungguin," ucap gue dan bersiap akan keluar, tapi Sehun menahan tangan gue.
"Peluk dulu dong."
Gue terkekeh lalu memeluk Sehun.
"Kamu meluknya erat banget."
"Aku sebenarnya gak mau kamu keluar sekarang karena aku gak tenang kamu keluar tanpa aku. Apalagi sekarang ada orang mencurigakan itu dan aku belum dapat informasi tentang siapa dia," ucap Sehun.
Gue melepaskan pelukan Sehun lalu mencium bibirnya, Sehun membalas ciuman gue dengan sangat lembut dan menekan tekuk gue untuk memperdalam ciumannya, tapi gue langsung melepas pangutan bibir kita.
"Sayang kamu gak perlu khawatir aku perginya gak sendiri ada Laura sama Melvi juga," ucap gue sambil mengelus pipi Sehun.
Sehun menggenggam tangan gue lalu mengecupnya. "Kamu hati-hati, kalo ada apa-apa hubungin aku."
"Tenang aja, Hun. Kita bakal jagain istri cantik elo," ucap Laura.
"Loh kalian kok kesini bukanya tadi bilangnya nunggu di luar."
"Iya, tapi lo lama jadi kita masuk."
"Password apartemen kita kamu kasi tau ke mereka?" tanya Sehun.
"Iya, aku pergi sayang," pamit gue.
***
Setelah 1 jam mengelilingi mall untuk berbelanja membuat perut gue laper dan akhirnya gue dan juga kedua sahabat gue memutuskan untuk makan malem.
"Mel, hari ini lo yang traktir ya," ucap Laura.
"Kenapa gue?"
"Iya karena kan lo bentar lagi mau nikah, kita bakal jarang bisa ngumpul bareng. Traktir kitalah kapan lagi coba. Iya kan Na?"
Gue cuma mengendikan bahu.
"Oke gue yang bayarin makan kalian."
"Asik gitu dong, makanannya biar gue yang pesenin," sahut Laura.
"Tu anak kalo gratisan nomor satu," ucap Melvi.
"Siapa sih yang gak suka gratisan," balas gue.
Laura kembali dengan seorang pelayan yang membawakan makanan kita.
"Makanan datang," ucap Laura.
"Makasi ya, mbak," ucap gue kepada pelayan yang dibalas senyuman.
Kita bertiga makan dengan tenang sampe akhirnya Laura mulai berbicara.
"Mel, lo kan mau nikah. Lo gak mau nanya gimana rasanya malam pertama sama Vienna dia kan udah berpengalaman."
"Gini nih jadinya kalo lo kena pergaulannya Chanyeol lo ikutan mesum, ngapain gue nanya orang nanti gue juga bakal ngerasain," sahut Melvi.
"Enak aja bilang gue mesum gue kan cuma nanya. Lo tu yang pikirannya mesum," balas Laura gak terima.
"Udah ngapain lo berdua jadi ribut. Lagian lo lupa, La. Gue sama Sehun engga ada malam pertama waktu itu kita belum saling cinta."
"Walaupun gak ada malam pertama tapi sekarang setiap malam lo indah kan jangankan malam tadi pagi di butik aja lo berdua ciuman," ucap Melvi.
"Tadi juga waktu mau berangkat ke mall mereka ciuman," sahut Laura.
"Parah lo berdua suka banget ngegoda gue, yang gue cium kan suami gue sendiri apa masalahnya," ucap gue lalu tatapan gue terhenti pada seseorang yang tadi pagi gue liat di butik.
"Kenapa, Na?" tanya Melvi.
"Liat orang yang duduk di belakang kalian, dia lagi pura-pura fokus sama ponselnya."
Melvi dan Laura menoleh ke belakang.
"Dia siapa?" Tanya Laura.
"Dia orang mencurigakan yang tadi pagi gue liat di butik dan sekarang dia ngikutin gue kesini. Guys gue perlu bantuan kalian."
"Bantuan? Lo mau ngapain jangan aneh-aneh ya, Na," ucap Melvi.
"Engga aneh kok gue cuma mau kalian pura-pura pergi ke toilet supaya orang itu nyamperin gue, gue yakin kalo dia tau gue sendiri dia pasti bakal nyamperin gue."
"Tapi, Na kita gak tau niat dia apa ngikutin lo. Lo bisa dalam bahaya gue bakal hubungin Sehun sekarang," Sahut Laura.
"Jangan, La. Jangan hubungin Sehun, lo berdua tenang aja gue bakal baik-baik aja. Bantu gue, gue harus tau dia siapa."
"Tapi, Na."
"Percaya sama gue."
"Oke, tapi kalo ada apa-apa gue bakal telpon Sehun," jawab Laura.
"Oke thanks guys." Sahut gue.
Setelah kepergian Melvi dan Laura ke toilet gue pura-pura melanjutkan makan dan bener aja orang itu bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri gue.
Gue manatap lekat mata itu, mata yang hampir tidak terlihat karena tertutup topi hitamnya dan juga masker hitam yang menutupi hidung dan mulutnya.
"Lo siapa?" tanya gue.
Dia membuka topi dan masker hitamnya, mata gue seketika membulat sempurna.
"Minhyun."
"Hai Vienna udah lama ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Beautiful Mistake ✔
Fanfictionbecause mistakes do not always have to be regretted #1 - Mistake 23.11.18