Bayangan

7.9K 842 46
                                    

"Aku tidak menuntut agar
kau menganggapku lebih dari
sekedar teman, yang aku ingin
hanyalah kau menganggapku
ADA.."

•••

Pagi itu bersama dengan kicauan burung menemani langkah Lisa pagi ini. Tak ada beban yang dirasakannya, hanya kebahagiaan yang tergambar dari senyum manisnya.

Ia memasuki rumah besar milik Jungkook--temannya dari kecil--dan langsung menuju ke kamar pemuda tersebut.

"Jungkook mana, Bi?" Tanya Lisa pada asisten rumah tangga Jungkook saat ia tak mendapati pemuda berparas tampan tersebut di kamarnya.

"Tuan muda sudah berangkat setengah jam yang lalu, Non" ucap wanita paruh baya tersebut lalu kembali melakukan kegiatan bersih-bersihnya.

Hati Lisa mencelos. Jungkook selalu begitu. Menganggapnya seperti sebuah parasit yang terus mengikuti pemuda itu kemana pun ia pergi. Lisa sudah biasa menghadapi semua ini. Bahkan maniknya sudah kering dengan air mata karena saking seringnya ia keluarkan di tengah malam ditemani kegelapan.

Ia segera keluar dari rumah tersebut dan memesan taxi online untuk berangkat ke sekolahnya. Pergi bersama dengan Jungkook kembali gagal dan bahkan sudah terhitung sekitar ratusan kali hal tersebut terjadi.

Di dalam taxi, ia hanya merenung seraya mendengarkan musik lewat earphone miliknya. Paginya yang tadi cerah berganti menjadi mendung yang menghampiri.

Dan sepertinya, dunia juga mendukung keadaan hatinya--gerimis menghampiri.

Hingga taxi tersebut berhenti tepat di gerbang sekolahnya. Ia beranjak turun lalu memakai hoodie-nya. Berjalan menyusuri koridor yang terlihat sepi karena banyak siswa lebih memilih berdiam di kelas akibat langit yang tiba-tiba menangis.

Lisa memasuki kelasnya. Namun sebelumnya dia sempat melirik ke kelas Jungkook--yang bersebelahan dengan kelasnya--dan mendapati pemuda tersebut saling melempar gelak tawa dengan teman-temannya. Tawa lepas yang tidak pernah Lisa lihat belakangan ini. Tawa yang tidak pernah Jungkook tampakkan lagi ketika Lisa membuat lelucon yang seharusnya membuat banyak orang terpingkal. Lisa hanya bisa tersenyum kecut. Bagaimana pun ia tidak akan bisa membenci Jungkook. Hubungannya yang mendadak renggang dengan Jungkook merupakan kesalahannya sendiri yang dengan bodohnya menyatakan rasa cinta secara gamblang pada pemuda itu sekitar 3 tahun yang lalu.

Lisa menyadari kebodohannya. Seharusnya ia tidak berkata begitu saat sang pemilik hati belum siap menerima kenyataan yang ia lontarkan.

Hingga yang terjadi sekarang, ia dan Jungkook begitu jauh. Ibarat langit yang berjauhan dengan bumi.

°°

"Kookie, kau pasti ingat besok hari apa, bukan?" Tanya Lisa saat ia tengah beristirahat setelah latihan cheers dan Jungkook yang juga tengah beristirahat setelah latihan basket. Sebenarnya ada rasa kurang nyaman bagi Jungkook saat Lisa membawanya duduk bersandar pada kursi di pinggir lapangan. Namun melihat raut wajah teman kecilnya itu membuat Jungkook pasrah.

Dan soal pertanyaan yang baru saja Lisa lontarkan, Jungkook hanya diam seraya meneguk air mineralnya lalu beralih menatap Lisa datar.

"Tidak, bagiku tidak ada lagi hari atau tanggal penting dihidupku"

"Jangan berbohong padaku, kau pasti ingat bahwa besok adalah hari dimana 15 tahun pertemanan kita. Kau tidak lupa kan?" Ucap Lisa semangat berharap mendapatkan respon yang baik dari Jungkook.

Jungkook diam, menatap lurus ke depan dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. 'Hari teman ya? Jadi kita masih berteman?' Hal itu yang mungkin terlintas di benak Jungkook saat ini.

"Oh, Ya. Aku ingat.." balasnya singkat seraya mengangguk pelan yang berhasil membuat Lisa tersenyum lebar. Lisa sudah tau itu, Jungkook pasti tak akan melupakannya.

"Bolehkah aku meminta sesuatu untuk besok?" Lanjutnya.

"Apa?" Tanya Lisa antusias.

Jungkook berdiri dari duduknya. Menatap Lisa yang masih duduk pada tempatnya dengan tatapan yang amat lekat. Namun setelahnya, ia berkata dengan lirih yang berhasil membuat dada gadis itu bagai baru ditikam besi panas. Sakit sekali..

"Kumohon jangan bawakan aku kue lagi seperti tahun sebelumnya. Aku hanya tidak ingin menyakitimu karena kenyataannya kue tersebut hanya berakhir di tempat sampah" lirihnya lalu segera pergi menjauh dari Lisa.

°°

Latihan kembali dilanjutkan. Lisa dengan anggota cheers-nya dan Jungkook dengan tim basketnya. Tak ada semangat yang ditampakkan oleh gadis bersurai panjang tersebut. Hanya wajah sendu yang memancarkan keadaan hati seorang Lalisa yang tengah menangis. Ia sudah duga, Jungkook masih membencinya. Jungkook memang tidak lagi menganggapnya ada. Sadarlah Lisa, kau hanya parasit di hidup Jungkook. Pemuda itu bahkan tak ingin pergi sekolah denganmu. Tak ingin duduk denganmu. Dan tak ingin lagi memperlihatkan gigi kelincinya hanya untuk melemparkan senyum tipis untukmu.

"Lisa, bisakah kau fokus? Kau melakukan banyak kesalahan hari ini" tegur pelatih saat Lisa kembali mengulang kesalahan gerakannya.

Lisa menunduk, berusaha bangkit dan tidak lagi memikirkan kesedihannya. Hingga-

"Permisi.. Ini darurat" ucap beberapa orang heboh melewati kumpulan anggota cheers termasuk Lisa. Itu tim basket. Mereka terlihat membawa seseorang di atas tandu. Lisa dapat melihatnya dengan jelas. Matanya memanas, itu Jungkook.

Karena sebuah insiden sudah terjadi..

°°

"Hiks.. hiks.." pria dengan setelan jas hitam tersebut menangis tersedu saat kembali membayangkan kejadian masa lalunya yang begitu buruk. Hanya dengan menatap kotak kecil berisi sepucuk surat dan kalung dengan liontin berbentuk hati, berhasil membuat Jungkook--yang biasanya selalu tegas di depan para karyawannya--menangis tak terbendung hanya dengan hal kecil ini.

Ini sudah tahun ketujuh semenjak gadis bersurai panjang itu pergi meninggalkan Jungkook untuk selamanya. Dan selama tujuh tahun inilah, Jungkook selalu menangis saat melihat hadiah terakhir pemberian teman kecilnya itu.

Lalisa...

Karena tepat tujuh tahun yang lalu, seorang gadis rapuh yang selalu berpura-pura bahagia sudah menyumbangkan kedua ginjalnya untuk sang pujaan hati yang hampir sekarat tepat setelah insiden itu terjadi. Lisa pikir, untuk apa dia hidup jika orang yang ia sayangi bahkan hanya menganggapnya sebagai parasit. Dan ini saatnya, sebelum ajal menjemputnya surat singkat itu ditulisnya dengan sepenuh hati..

Untuk Jungkook,
Dari Lalisa

Kuakui kau sangat pintar
menyembunyikan penyakitmu, Kook. Karena inikah kau membenci dan menjauhiku? Yang aku ingin hanya satu Kook, anggap aku ini ada. Dan sekarang terimakasih telah hidup dengan kedua ginjalku. Setidaknya kau akan selalu mengingatku dan aku akan selalu ada menjadi pelengkap bagian tubuhmu..
Selamat tinggal..

"Apa sudah siap, Kook?" Tanya Ibu Jungkook saat memasuki kamar sang putra. Jungkook segera menghapus sisa air matanya lalu kembali menutup kotak kecil tersebut.

Ia berdiri lalu segera menghampiri ibunya. Memeluk ibunya dan kembali terisak.

"Berhenti menangis. Kau laki-laki. Jangan cengeng. Lisa pasti tidak akan senang bila melihat kau menangis. Ayo pergi.." ucap Ibu Jungkook. Jungkook mendongakkan kepalanya, lalu berjalan mengekori ibunya.

Mereka hendak pergi ke makam Lisa. Karena sudah kubilang sebelumnya, hari ini tepat tujuh tahun kematian seorang Lalisa..

Seorang Gadis berhati malaikat..

End

Maapkeun sad ending... 😢
Votmennya jangan lupa guys..

Our Stories || Lizkook OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang