"Tidak harus dengan hal yang istimewa, Cinta dapat dimulai dengan hal yang sederhana.."
•••
Hanya derap langkah penuh kekesalan yang terdengar di sepanjang koridor sekolah siang ini. Gadis 17 tahun bernama Lalice lah pemilik sepatu yang beradu cukup keras dengan lantai koridor itu. Dengan wajah yang terlihat kusut dan keringat yang mengalir di pelipisnya, ditambah lagi dengan pandangan tajam yang tampak seperti ingin menerkam orang—Lalice terlihat menyeramkan saat ini.
"Hanya terlambat lima belas menit saja, aku dibuat harus rela menguras tenaga untuk membersihkan WC bau itu!" Ia mengumpat seiring pandangan orang yang terus menatapnya heran. Lalice sama sekali tak mempedulikannya, ia hanya sedang fokus dengan jenis umpatan yang akan ia keluarkan berikutnya.
Entah kenapa rasanya hari ini begitu sial baginya. Dimulai dari motornya yang mogok saat berangkat sekolah tadi—sehingga harus melanjutkan dengan jalan kaki, dikejar anjing saat jalan kaki, dan berakhir dengan keadaan terlambat sehingga mendapat hukuman. Ok, Lalice akan menandai pada kelender di kamarnya bahwa hari ini—tanggal 1 September adalah hari paling sial dihidupnya, cukup.
Bahkan Chaeyong pun tak mau menolongnya untuk membersihkan WC, teman macam apa dia. Lalice sudah cukup lelah menghela napas berat hanya untuk mengingat tingkah sahabatnya yang berpipi gembul itu.
"Jika soal makan, baru si kutil nimbrung" umpatan berikutnya berhasil lolos. Kali ini bukan untuk motor, anjing yang mengejarnya, maupun guru yang menghukumnya. Ini untuk Chaeyong. Ingin rasanya Lalice menjambak rambut sahabatnya itu bila bertemu nanti. Sudahlah, tak penting juga.
Dan sepertinya yang ia butuhkan saat ini hanya makanan. Mungkin dengan mengisi perut datarnya itu dapat membuat mood-nya kembali membaik dan melupakan segala masalah yang dihadapinya hari ini, begitu pikirnya.
Tanpa berpikir dua kali, Lalice segera menggerakkan tungkainya untuk membawanya menuju tempat pemadam kelaparan.
Melalui kumpulan anak cheers, anggota klub buku, ruang musik, dan sekarang ia sudah tiba di sisi lapangan basket disebelah kantin sekolah.
"Hei.. Awasss!!!" Teriakan cukup keras itu berhasil membuat Lalice mendongakkan kepalanya yang sempat tertunduk tadinya. Matanya membelalak lebar saat sebuah benda bulat yang bernama bola mulai mendekat ke arahnya.
"Aduhh!!" Gadis 17 tahun itu sama sekali tidak sempat menghindar sehingga hantaman bola basket tepat mengenai dahinya. Ia terduduk dan meringis pelan seraya mengusap dahinya. Umpatan berbagai jenis binatang hanya bisa ia batinkan. Kesialan keberapa lagi ini? Masih ada lagi?
Anggota basket yang tadinya berteriak menyuruhnya menghindar saat ini terlihat menghampirinya dengan keadaan panik yang luar biasa.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya merasa bersalah karena bola yang ia lempar berhasil mengenai Lalice.
"Apa menurutmu aku baik-baik saja? Kepalaku sakit, bodoh!" Lalice yang masih fokus dengan dahinya tanpa menoleh kepada pemuda yang berusaha memapahnya berdiri saat ini. Lalice hanya menuruti, tak menolak. Namun tetap saja ia ingin sekali memaki pemuda di hadapannya ini.
"Maaf, aku tak sengaja. Oh iya, aku Jungkook, Jeon Jungkook" ucap pemuda yang diketahui bernama Jungkook itu seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
Lalice hanya menatapnya datar, tak berniat berkata sepatah kata pun. Ia hendak segera pergi dari hadapan pemuda yang membuatnya kembali sial itu. Namun belum sempat langkahnya menjauh, Jungkook segera menarik tangannya dan membuatnya segera berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories || Lizkook Oneshoot
Short StoryCuma berisi oneshoot, twoshoot, etc tentang Lisa dan Jungkook. Mari menghayal bersama 🤗 Tinggalkan jejak sebagai bentuk apresiasi.. Ada saran cerita? let's share😊 Jangan lupa follow sebelum baca 🦄 Lisa 🐰 Jungkook