Dream?

7.5K 746 41
                                    

"Yang paling berat bagiku adalah
saat aku harus mengakui bahwa
bertemu denganmu hanyalah
sebuah ilusi"

•••


Cahaya matahari merombak masuk lewat celah jendela kamarnya. Ia mengeliat pelan dan mengucek matanya perlahan-berusaha mengumpulkan kesadaran. Melihat sekeliling, namun kamar ini tampak asing baginya.

Ia beranjak dari tempat tidurnya, dan melihat keluar jendela.

"Oke, ternyata aku sudah di Swiss" ucapnya pelan yang menyadari keberadaannya yang ternyata sudah berada di tanah kelahiran sang ayah.

"Apakah kepalaku terbentur saat di pesawat menuju kesini?" Tanyanya pada diri sendiri karena belum mengerti juga dengan keadaan yang menurutnya tidak masuk akal. Dan tanpa berpikir panjang, gadis bernama lengkap Lalisa Manoban itu menyimpulkan bahwa ia hilang ingatan karena terbentur di kursi pesawat saat menuju Swiss.

Hingga aroma masakan yang sangat menggoda selera berhasil membawanya menuju dapur dimana tempat banyak orang meracik rempah-rempah untuk menghasilkan suatu masakan yang istimewa.

"Pagi, Dad-" ucapannya terhenti kala mendapati seseorang yang hendak ia sapa dengan sebutan Daddy tersebut bukanlah ayahnya. Ia masih mematung dengan jarak sekitar dua meter dibelakang orang tersebut yang saat ini terlihat menyiapkan makanan.

'Apa Daddy menyewa pembantu baru?' Itu yang terpikir di benaknya saat ini. Karena orang yang tengah ia lihat sedang menyiapkan makanan itu bukanlah ayahnya.

'Kok ganteng-ganteng mau jadi pembantu?'

"Kau sudah bangun?" Tanya pria itu yang membuat Lisa tersentak.

Tak mendapat jawaban apapun, pria itu hanya berbalik beralih menatap Lisa yang tengah kebingungan menatapnya. Ia membawa nampan berisi makanan itu ke meja makan tanpa menghiraukan Lisa yang diam tak berkutip.

Hingga selesai mempersiapkan sarapan, ia membuka celemek berwarna coklat tua itu lalu menggantungnya di samping lemari pendingin. Dan didetik berikutnya, ia segera beralih menuju Lisa dan semakin menepis jarak diantara mereka berdua. Mulai menyudutkan gadis tersebut hingga punggunya berhasil menyentuh meja makan.

"Masih belum mau bicara?" Tanya pemuda itu seraya menaik turunkan kedua alisnya.

"Huh?" Tanya Lisa kebingungan yang berhasil membuat pemuda itu menampilkan smirk andalannya.

Pemuda itu mundur selangkah dari tempatnya.

"Aku Jeon Jungkook, calon suamimu" ucapnya seraya mengulurkan tangan kearah Lisa.

Lisa hanya berdiam mematung tanpa berniat menerima uluran tangan pemuda yang diketahui bernama Jeon Jungkook itu.

"Huh?"

"Apa hanya kata itu yang bisa kau ucapkan?" Tanya Jungkook yang semakin membuat Lisa kebingungan. Hingga suara handphone-nya berhasil membuat lamunan Lisa buyar. Notifikasi tersebut menunjukkan adanya pesan masuk ke benda pintar miliknya.

📩From Daddy
Sudah bertemu dengannya? Dia pria yang Daddy maksud. Bersenang-senanglah. Dad dan Mom memiliki urusan mendadak pagi ini.

Lisa hanya bisa ternganga lebar membaca pesan yang tertera di layar handphone-nya. Beralih menatap Jungkook bergantian, sementara pria itu hanya tersenyum dengan sumringahnya.

"Sudah jelas kan? Sekarang duduklah, dan nikmati sarapannya" ucap Jungkook lalu menyiapkan kursi untuk Lisa duduk. Lisa hanya menuruti tanpa protes. Ia rasa otaknya bekerja lebih lamban dari biasanya. Ya, walaupun sebelumnya ia sudah diberi tahu kalau kedatangannya ke Swiss adalah untuk dijodohkan dengan anak dari rekan ayahnya. Namun secepat inikah? Bahkan Lisa rasa baru semalam ia mendarat di tanah kelahiran ayahnya ini. Dan pagi ini, dengan gamblangnya seorang pria bernama Jeon Jungkook mengaku sebagai calon suaminya.

Our Stories || Lizkook OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang