"1.... 2... 3... prittt!!"
Hitungan ketiga yang disusul oleh nyaringnya suara peluit menjadi pertanda dimulainya kegiatan kebugaran jasmani yang dijalani Lisa pada olahraga yang ia rasa kurang menyenangkan pagi ini. Lisa sudah lelah mendengar Pak Siwon yang mengoceh tentang efek yang akan dirasakan saat kita menjalani olahraga dengan benar.
Benar saja, seminggu yang lalu ia berhasil merasakan efek nyeri dan rasa pegal yang luar biasa pada sekujur tubuhnya akibat olahraga yang dijalaninya kala itu. Benar-benar efek yang dahsyat-begitu pikirnya. Namun bukan Lisa namanya yang langsung menyerah pada percobaan minggu lalu. Ia masih mengikuti pembelajaran dengan benar, ya walaupun dengan niat dan tekad yang sangat minim.
Tiga jam pelajaran terasa sangat lama hari ini. Atau mungkin hanya perasaan Lisa saja? Ia juga bingung akan hal itu. Mungkin ini efek dari tidur terlalu larut yang ia jalani malam tadi. Pak Siwon menyuruh seluruh siswa siswi kelas Lisa untuk duduk beristirahat sembari ia mengambil absen untuk hari ini. Lisa duduk di samping Jisoo. Lebih tepatnya mengambil posisi tidur dengan paha Jisoo yang menjadi bantalnya.
"Manja sekali..." begitu ucap si gadis bermata kucing di sebelah Jisoo. Sementara Jisoo hanya terkekeh ringan.
Lisa mengakui, namun bukan itu alasan utamanya. Sekujur tubuhnya bergetar tak tau kenapa. Matanya berkunang dan perutnya terasa amat perih kali ini. Ia ingat tidak makan pagi, namun ini bukan untuk kali pertama Lisa tak makan di pagi hari. Ia malah sudah terbiasa dengan perut kosong. Justru dengan sarapanlah yang akan membuatnya mual.
Hingga namanya dipanggil pak Siwon yang sedang mengambil absen, mengacungkan tangan saja Lisa tak sanggup. Semua yang terlihat serasa berputar. Ia lihat wajah panik Jisoo yang menepuk pelan pipinya sembari menyodorkan air mineral miliknya. Lisa berusaha duduk setidaknya untuk meminum seteguk air. Namun kalimat yang bisa ia lontarkan dengan suara lirih hanyalah-
"Jis, kepala gue pusing.."
Jisoo panik melihat Lisa yang meringkuk seraya memegang kuat perutnya. Pak Siwon segera menyuruh Jisoo dan beberapa siswi lainnya untuk membawa Lisa ke UKS yang hanya berjarak sepuluh meter dari tempat mereka duduk. Lisa masih kuat berjalan walaupun dengan sesuatu yang terasa membelit kuat perutnya. Namun di tengah jalan, pandangannya terasa amat gelap. Bahkan kelopak matanya tak sanggup lagi untuk dibuka. Lisa ambruk dan Jisoo menahannya. Hingga beberapa orang petugas UKS datang membawa tandu dan membopong Lisa menuju UKS. Lisa masih dalam keadaan sadar, lebih tepatnya setengah sadar. Teman-temannya sudah dicegah tak boleh masuk karena petugas UKS lah yang akan mulai menangani.
Lisa masih bisa melihat-walaupun tidak jelas-seseorang yang memperhatikannya sedang bersandar di pintu UKS seraya melipat kedua tangan. Jangan lupakan tampang angkuh yang selalu mendominasi. Jeon Jungkook.
"Hati-hati woi, itu pinggang anak orang bisa patah!"
Itu kalimat yang Lisa dengar sebelum ia merasakan badannya yang tadi berada di atas tandu sudah berpindah ke atas kasur. Petugas UKS yang perempuan mulai memberinya obat. Setidaknya berhasil membuat Lisa lebih baik. Atau mungkin karena keberadaan kak Jungkook. Ah sudahlah Lisa, dia bahkan tak tau siapa kau.
Jeon Jungkook cukup penasaran dengan seseorang yang baru saja dibawa masuk ke salah satu kamar rawat di UKS.
"Siapa yang sakit?" tanyanya pada Bambam yang sedari tadi juga hanya memperhatikan-sama sepertinya.
"Gak tau dah. Palingan anak baru" jawab Bambam enteng tanpa peduli.
"Gue masuk ah, pengen liat" balas Jungkook seraya mengambil langkah untuk masuk ke kamar rawat yang ditempati Lisa.
"Gak muhrim woii!!"
"Nanti gue muhrimin" ucap Jungkook tanpa peduli ucapan Bambam.
Jungkook segera menyelinap masuk ke dalam kamar UKS yang Lisa tempati. Terlihat beberapa petugas perempuan sedang menangani Lisa.
"Minggir, gue mau liat" ucap Jungkook kepada dua petugas UKS yang diketahui bernama Wendy dan Nayeon.
Jantung Lisa berdegup kencang. Tak karuan, ia sudah tak memikirkan rasa sakit yang melilit perutnya. Atau sesuatu yang membuat kepalanya terasa berat. Namun kali ini pikiran Lisa hanya tertuju pada cowok yang bernama Jeon Jungkook. Hanya itu.
"Gak berbakat lu berdua jadi petugas UKS. Masa nanya pasien kayak lagi ngintrogasi narapidana" ucap Jungkook jengkel kepada Wendy dan Nayeon. Sementara keduanya hanya bisa menahan kekesalannya.
Pandangan Jungkook beralih memperhatikan Lisa. Pandangan tulus dengan senyum yang Lisa rasa teramat manis melebihi manisnya gula.
"Mau minum teh dek?" tanya Jungkook lembut pada Lisa. Sementara Lisa hanya bisa menggeleng pelan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Jantungnya serasa ingin meloncat keluar dari tempatnya.
"Lu berdua gimana sih, masa dia gak dikasih minum sama sekali!" protes Jungkook lagi kepada Wendy dan Nayeon.
"Apanya yang sakit?" tanya Jungkook lagi.
"P-perut kak" jawab Lisa terbata-bata. Napasnya sudah mulai tidak teratur karena berada sedekat ini dengan Kak Jungkook.
"Mau makan? Kakak beliin bubur mau? Atau mau yang lain?"
Lisa udah gak sanggup lagi dihadapkan pada situasi kali ini. rasa sakit di sekujur tubuhnya mendadak hilang. Tidak ada lagi kepala yang terasa berat, mata yang berkunang, atau bahkan sesuatu yang membelit kuat perutnya. Semua itu seperti hilang secara ajaib hanya dengan setiap kalimat yang dilontarkan Jungkook padanya. Ingin sekali Lisa berteriak menggambarkan betapa bahagianya dia. Mungkin memang sedikit berlebihan, namun siapa yang bisa menahan hasrat seseorang ketika sedang dimabuk cinta. Hingga ia hanya bisa teriak dalam hati seperti-
'Mama... Lisa pengen pulangggg.. Gak jadi sakittt... Kak Jungkook sialann!!!!'
°°
Hari-hari berlalu seperti biasa setelah kejadian 'sangat menyenangkan' yang dialami Lisa di UKS tempo hari. Ia baru tau ternyata Kak Jungkook termasuk salah satu petugas UKS. Senyumnya terus merekah memikirkan semua itu. Ah, sudahlah Lisa.
Jam pelajaran sudah berakhir beberapa menit yang lalu. Lisa belum pulang, masih ada kegiatan ekskul yang harus ia jalani setelah ini.
"Lis, temenin gue ke depan dong. Gak ada temen nih, nyokap gue udah nungguin" ucap Jennie memelas. Lisa hanya merotasikan matanya malas lalu segera bangkit dari duduknya. Sementara Jennie cuma bisa nyengir.
"Makasih ya Lis, besok gue traktir bakso deh. Sana balik, ntar lu telat ekskul lagi" ucap Jennie saat berada di gerbang sekolah mereka.
"Iya iya.." ucap Lisa yang dihadiahi kekehan oleh Jennie.
Lisa kembali ke kelasnya sendiri seraya jengkel menendang beberapa kerikil kecil. Hingga tanpa ia sadari saat berselisih dengan seseorang-
"Woi dek.."
Suara itu begitu familiar bagi Lisa. Suara Kak Jungkook. Gak salah lagi. Yang bisa Lisa lakukan hanya menunduk seraya mempercepat langkahnya tanpa mengindahkan seseorang yang terus memanggilnya jengkel. Jeon Jungkook sialan-ucapnya dalam diam.
Namun tak dapat dipungkiri, sikap jengkel Jungkook berhasil membuatnya bersusah payah menyembunyikan raut wajah yang merona. Mungkin ia bukan hanya sekedar suka layaknya teman-temannya yang menyukai senior gugus mereka saat masa PLS. Rasa ini lebih spesifik. Well, Lisa jatuh cinta-
Jatuh cinta dalam diam..
End
Masih ada yg nyimpan book ini di perpustakaannya gk sih? Dan lumutan ya?
Wkwk, Masih serial Kak Jungkook lho ini.. 😅
Jangan lupa tinggalkan jejak
🧡🧡🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories || Lizkook Oneshoot
Short StoryCuma berisi oneshoot, twoshoot, etc tentang Lisa dan Jungkook. Mari menghayal bersama 🤗 Tinggalkan jejak sebagai bentuk apresiasi.. Ada saran cerita? let's share😊 Jangan lupa follow sebelum baca 🦄 Lisa 🐰 Jungkook