🛵 11 | Vespa dan Malam

916 99 7
                                    

Walau sering ku ulang-ulang. Tentangmu tidak akan pernah bosan untukku bahas.
Aku selalu yakin bahwa bertemu denganmu lebih baik daripada tidak pernah bertemu sama sekali.

 Aku selalu yakin bahwa bertemu denganmu lebih baik daripada tidak pernah bertemu sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

OoOo

| 11 |

"Hai bro!" Ardan berdiri dan bersalaman dengan kedua laki-laki yang baru datang. Tapi cara mereka bersalaman beda saat Ardan bersalaman dengan Dimas tadi. Yang ini punya ciri tersendiri. Kurasa mereka berdua adalah orang yang Ardan akan kenalkan padaku.

"Wuih. Ardan bawa cewek." sahut laki-laki berambut ikal dengan gayanya yang nyentrik.

"Dia Indah." Ardan memperkenalkanku.

"Hai, aku Indah Medina. Panggil saja Indah."

"Hai Indah Medina Lestari Pujiawati Ayu."

Aku ketawa karena ia menambahkan namaku menjadi panjang.

Lalu, sambungnya, "Nama lengkapku Enal. Nama panggilan Enal. Nama gaul gak punya. Masih sendiri." Laki-laki yang baru saja mengenalkan namanya sebagai Enal mengulurkan tangan padaku. Aku terdiam, kukira Ardan akan menghalanginya berjabat denganku tapi sepertinya Ardan santai saja. Jadi kubalas jabat tangan Enal.

"Salam kenal Enal."

"Gak usah promosi." timpal Ardan.

Enal menyengir.

Lelaki yang satunya, memperkenalkan diri. "Perkenalkan saya Adji. Kalo saya sudah punya pacar. Maaf ya Indah."

"Hai Adji."

"Pada duduk di luar yuk." Ajak Adji. Kami beralih duduk di depan teras basecamp dibarengkan kopi susu yang dibuat Enal. Aku bukan penyuka kopi tetapi kuakui kopi susu buatan Enal lumayan nikmat. Kurasa kapan-kapan aku harus memperkenalkannya pada ayah. Ia bisa jadi bartender di warkop ayah.

"Bagaimana Indah kopi susu rasa yang pernah ada buatanku?"

"Enak. Kalau kamu cari pekerjaan sampingan, datang saja ke warkop ayahku. Dia pasti akan menerimamu sebagai bartendernya."

Enal tertawa, "Kuanggap itu pujian Indah. Bukan hinaan karena mukaku yang seperti orang melarat."

"Tidak. Aku tidak bermaksud Enal. Kopi susu buatanmu benar-benar enak."

"Iya, Indah. Aku cuma bergurau." Balas Enal.

Adji dan Ardan tertawa bersamaan sesudah memandangku yang terasa amat bersalah. Sepertinya aku harus sering-sering bergabung dengan mereka bertiga. Biar tidak terlalu kaku.

Vespa, Me and You #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang