🛵 18 | Tentang bagaimana

619 76 6
                                    

Selamat membaca, kalian pengguna vespa, pengagum senja, penikmat sendiri, manusia mageran, penggemar rahasia, si kutubuku dan kalian-kalian lainnya.

OoOo

Jika lelah boleh berhenti sejenak, jangan pura-pura berani. Sebab merasa lelah juga hal manusiawi.

OoOo

| 18 |

"Kamu hati-hati dijalan. Gerimis, jalanannya licin."

"Siap bu negara." Ardan menunggu hingga aku benar-benar telah masuk ke dalam rumah baru dia akan pergi.

Rasanya hari ini tidak ingin kulewati begitu cepat. Boleh aku jujur, hari ini perayaan ulang tahun yang penuh sejarah untukku. Hari yang membuatku merasa terlahir sebagai seorang perempuan yang beruntung.

Setelah mandi, aku lanjut dengan memutar lagu Linkin Park berjudul Leave All Out The Rest yang Ardan putar tadi siang saat kami berdua di kamarnya. Gerimis begini memang pas memikirkan orang yang kita rindui. Bukan begitu?. Ponselku berdering panggilan masuk dari Ardan dengan segera cepat kuangkat.

"Halo? Dengan Indah?"

"Iyalah. Memangnya siapa lagi."

"Saya Aaron—abang Ardan. Kamu lagi dimana dek?"

Eh? Aku baru sadar yang sedang berbicara denganku ternyata bang Aaron, suara mereka hampir mirip. "Indah lagi dirumah. Kenapa kak?"

"Ardan mengalami kecelakaan baru saja, dia menabrak seorang anak laki-laki. Sekarang lagi di UGD." Sebentar. Sebentar. Mungkin aku salah dengar barusan.

"Halo Indah?"

"Beneran bang Ardan kecelakaan?"

"Iya. Sekarang abang lagi dirumah sakit bersama ibu dan Marwah."

Seketika perasaanku amblas, berkecamuk di dalam. Bahagia seolah tidak suka berbetah diri denganku. "Keadaan Ardan dan korban gimana kak?" Mulutku bergetar menanyakannya.

"Cedera engkel ringan. Sedangkan korban—anak berumur 9 tahun yang Ardan tabrak terluka cukup parah. Dua-duanya masih ditangani dokter." Semesta. Cobaan apa lagi ini. Baru beberapa menit yang lalu aku bahagia tentang hari ini. Lantas kemudian aku di jatuhkan ke dasar jurang yang curam, sesat dan gelap. Berharap hari ini di tiadakan saja. Lalu bagaimana dengan doa di hari ulang tahunku? Secepat ini Kau patahkan doaku. Padahal aku tidak meminta hal besar.

"Indah? Kenapa diam." Ucapan bang Aaron menyadarkanku dari lamunan.

Pikiranku tak keruan, aku merasa jadi hilang akal, inginku hanya segera bertemu Ardan, "Iya kak. Aku kesana sekarang. Ardan di rumah sakit mana?"

"Jangan datang sekarang. Sudah tengah malam. Bang Aaron cuma mau kasih tahu kamu. Biar nggak khawatir nungguin kabar Ardan."

"Gapapa kak. Indah bisa naik ojek ke rumah sakit. Indah pengen lihat Ardan!"

"Bahaya dek. Begini saja, bang Aaron suruh bang Fahri jemput kamu. Tapi kamu minta izin dulu sama orang rumah. Kalau gak di izinin jangan dipaksain kesini."

"Iya kak. Aku tutup dulu." Segera aku mengambil jaket tidak urus dengan pakaian tidur yang kupakai. Dipikiranku sekarang adalah Ardan. Aku menyamperi ayah yang sudah terlelap karena memang sudah pukul 12 malam lewat. Ayah awalnya ragu mengizinkanku pergi dan menyuruhku ke rumah sakit besok pagi tapi sudah kuyakinkan bang Fahri yang akan menjemput.

Vespa, Me and You #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang